”Namunang Pulpul” Tradisi Pemberian Sesajen Pertama di Lahan Pertanian - Dewata News

Breaking News

Gold Ads (1170 x 350)

1/13/19

”Namunang Pulpul” Tradisi Pemberian Sesajen Pertama di Lahan Pertanian


WARGA Desa Adat Pakraman Pedawa, Kecamatan Banjar memiliki tradisi yang telah dilakukan secara turun-temurun dari nenek moyang mereka untuk melestarikan pertanian secara niskala. Tradisi tersebut dinamakan Namunang Pulpul.

Namunang Pulpul berasal dari dua kata, yaitu Namunang yang berarti mengumpulkan dan Pulpul berarti alat-alat yang digunakan untuk najuk atau penanaman padi. Jadi, Namunang Pulpulberarti upacara pemberian sesajen pertama kali untuk alat-alat yang dipakai pada saat menanam padi.

Najuk atau penanaman padi sejatinya sudah dilakukan empat minggu yang lalu. Namun, pemberian sesajen pertama itu, baru dilakukan. Sesajen selanjutnya terus diberikan pada hari-hari baik selanjutnya.

Pada Namunang Pulpul ini, dibuatkansanggah atau pelinggih untuk di-upacarai. Sedangkan, untuk Pulpul-nya dikumpulkan menjadi satu, kemudian diikat dan diberikan sesajen.

”Ini sesajen pertama di lahan padi gaga (padi gogo). Untuk kelanjutannya akan terus dibawakan sesajen pada hari-hari baik selanjutnya. Sampai pada padi gaga ini dipanen,” jelas Wayan Dasar, salah seorang petani di Desa Pedawa didampingipenglingsir Nyoman Kalam saat ditemui di sela-sela upacara Namunang Pulpul di Banjar Dinas Insakan, Desa Pedawa, Sabtu (12/01).

Wayan Dasar pun bercerita, bahwa lahannya seluas tujuh are. Pada lahan ini tidak hanya ditanam padi gaga saja, melainkan bibit padi gaga hanya lima kilogram. Sisanya, yang juga ditanam pada lahan ini adalah jagung, ketela, macam-macam kecipir, kacang-kacangan, jahe dan cekuh.

”Semua ini dinamakan bijaratus untuk keperluan upacara adat Desa Pedawa. Di sanalah hasil petikan, termasuk padi gaga ini diperlukan untuk upacara adat”, ujarnya.

Bijaratus ini sendiri sebenarnya diambil dari hasil gaga ini. Tidak boleh mencari di luar gaga. Dan kalau pun bisa betul-betul dari hasil gaga Desa Pedawa.

Inilah yang membuat Desa Pedawa itu unik dengan tradisi dan budayanya. Walaupun ada jenis varietas padi baru, selain dari padi gaga tidak bisa dipakai untukBijaratus.

”Tradisi ini merupakan budaya turun temurun dari lelhur kami sebelum ada sawah. Sudah harus begitu. Disamping itu, penghasilan padi juga bisa digunakan untuk melanjutkan kehidupan selanjutnya”, imbuh Wayan Dasar.  ~ Made Tirthayasa

No comments:

Post a Comment

Redaksi DEWATA NEWS menerima komentar terkait artikel yang ditayangkan di DEWATA NEWS . Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Pembaca berhak melaporkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA. Redaksi DEWATA NEWS akan menilai laporan dan berhak memberi peringatan dan menutup akses terhadap pemberi komentar.

Terimakasih
www.dewatanews.com