Gung De: Atraksi City Tour Bisa Jadi Potensi Wisata di Kota Denpasar - Dewata News

Breaking News

Gold Ads (1170 x 350)

1/25/19

Gung De: Atraksi City Tour Bisa Jadi Potensi Wisata di Kota Denpasar


Denpasar, Dewata News. Com - A.A. Gede Agung Aryawan, ST yang akrab disapa Gung De selama ini sangat menyayangkan sekali kalau potensi Kota Denpasar sebagai destinasi wisata belum sepenuhnya bisa tergarap dengan baik. "Potensi wisata yang dimaksud adalah atraksi city tour," ujar calon legislatif (caleg) DPRD Kota Denpasar Dapil Denpasar Selatan dari Partai Golkar nomor urut 2, Sabtu (26/1).

Menurutnya, potensi wisata dengan atraksi city tour akan bisa mengangkat keragaman budaya dari berbagai etnis dan agama, tentu akan lebih menarik. Ini simbol kebhinekaan, yang adalah suatu ajaran yang sebenarnya telah ditularkan oleh leluhur kita sejak zaman dahulu. "Selain itu, rute city tour bisa dirancang dengan start dari Lapangan Puputan, Masjid Suci Jalan Hasanuddin, Kampung Arab, Tukad Badung, Puri Pamecutan, perkampungan China di wilayah Gajah Mada, Gereja di Jalan WR Supratman dan Jalan Kepundung, serta finisnya bisa di makam keramat Siti Khadijah (Gusti Made Rai)," terangnya.

Gung De yang juga menjadi Kelian Adat Banjar Sakah Desa Pemogan menjelaskan, kalau seandainya saja pihak terkait dapat bersikap tepat dalam menangani, maka keragaman budaya di Kota Denpasar ini dapat dikemas menjadi atraksi wisata yang menarik yang salah satunya atraksi city tour. Sekaligus menawarkan atraksi wisata yang inovatif, karena menyajikan akulturasi beragam budaya dari suku dan agama yang berlainan, namun menjadi padu dan harmonis.

Seperti di wilayah Pemogan pun demikian, sejak dulu sudah ada umat Muslim, Kristen, Budha dan lainnya. Mereka selalu dapat hidup berdampingan yang rukun dan harmonis,” ujar Gung De dengan menambahkan, “Di negara kita memang ada 6 agama yang diakui, dan ini sudah menjadi kesepakatan para pendiri bangsa. Jadi hendaknya kita bersatu dan tidak saling mengganggu, dengan tidak mengingkari konstitusi yang ada," ucapnya.


Gung De mencontohkan, di Balai Banjar Sakah sering digunakan menjadi tempat penyelenggaraan ritual agama lain. Misalnya, ritual Maulid Nabi. Hal ini sudah berlangsung sejak bertahun-tahun silam, namun tidak pernah ada yang mempermasalahkan dan meributkan.

Malah umat beragama di Pemogan, lanjutnya, sudah terbiasa saling mengundang jika ada upacara atau memiliki ritual tertentu.  Sudah sejak zaman nenek moyang memberi contoh akulturasi budaya. Ini terbukti dari begitu melegendanya berbagai kebudayaan luar di tanah Bali, misalnya tarian Baris China, Barong Landung, bahkan penggunaan uang kepeng (pis bolong) atau permainan tradisional ceki.

“Semuanya itu mengandung unsur budaya dari luar, yakni China. Tapi tetap bisa padu dan padan dengan budaya Bali. Inilah harmonisasi budaya yang mestinya senantiasa dipertahankan. Lantas kenapa belakangan ada saja yang mencoba mengkotak-kotakkan diri antarsesama warga Indonesia ?. Ini tidak dibenarkan. Karena kita adalah satu dalam kebhinekaan,” ujar calon anggota legislatif dari Partai Golkar itu menegaskan. (DN - Bdi)

No comments:

Post a Comment

Redaksi DEWATA NEWS menerima komentar terkait artikel yang ditayangkan di DEWATA NEWS . Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Pembaca berhak melaporkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA. Redaksi DEWATA NEWS akan menilai laporan dan berhak memberi peringatan dan menutup akses terhadap pemberi komentar.

Terimakasih
www.dewatanews.com