YYDiaz Center Kembali Gelar Teras Dialog Kepariwisataan - Dewata News

Breaking News

Gold Ads (1170 x 350)

12/10/18

YYDiaz Center Kembali Gelar Teras Dialog Kepariwisataan


Denpasar, Dewata News. Com - YYDiaz Center kembali menggelar acara Teras Dialog yang diselenggarakan pada Minggu 9 Desember 2018 malam, di Warung Sang Dewi, Jl. Tukad Musi I, No. 5, Renon, Denpasar.

Dalam diskusi tersebut terungkap munculnya praktik menjual murah Pariwisata Bali di pasar Tiongkok merupakan ekses (dampak negatif) dari tingginya target kunjungan wisatawan yang ingin didatangkan oleh pemerintah.

Tahun ini pemerintah pusat menargetkan kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) datang ke Indonesia sebanyak 20 juta wisman.

Dari jumlah tersebut Bali mendapat beban untuk mendatangkan 35%-nya atau sebanyak 7 juta kunjungan.

Lemahnya penegakan hukum dan pengawasan usaha pariwisata yang terjadi selama ini ditambah tekanan target inilah yang kemudian memunculkan paraktik-praktik usaha pariwisata yang tidak sehat.

Teras Dialog tersebut menghadirkan Ngurah Paramartha dan Heri Sudiarto sebagai pembicara utama dalam diskusi tersebut.

Ngurah Paramartha merupakan seorang praktis pariwisata sementara Heri Sudiarto mewakili Asosiasi Travel Agent Indonesia (ASITA) dia merupakan Ketua Komite Tiongkok di ASITA.

Dalam diskusi tersebut Ngurah Paramartha mengatakan tingginya target wisman yang harus didatangkan ke Bali membuat wisata Bali hari ini menjadi seperti istilah 'Palu Gada' (apa lo mau gua ada).

"Pariwisata Bali menjadi seperti destinasi 'Palu Gada' ini konsekuensi dari upaya pemerintah menargetkan jumlah kunjungan 7 juta wisatawan," ucapnya.

Ia juga mengatakan perlu ada pengkajian untuk menetapkan berapa jumlah maksimal kunjungan wisatawan yang membuat Bali tetap nyaman terutama bagi penduduk Bali dan wisatawan itu sendiri.

"Ini perlu dilakukan (kajian), selama ini wisatawan yang datang ke Bali untuk mengapresiasi budaya itu seberapa si, jangan-jangan banyak yang datang karena sex, drugs, dan night life lainnya," ungkapnya.

Menurutnya gencarnya upaya mendatangkan wisatawan sebanyak-banyaknya ke Bali, membuat Bali seoleh-olah seperti sedang 'diperkosa'.

Terkait ramai yang mepermasalahkan pariwisata Bali yang dijual murah di Tiongkok, ia mengatakan masalahnya bukan pada murah atau mahalnya, namun masalahnya ada pada praktik ilegal yang terjadi.

"saya pikir murah itu relatif. Ada hotel sekarang, penampilannya sederhana dapi harganya advance, harganya sampai ratusan juta, jadi itu sesuai dengan segmen pasarnya masing-masing," ucapnya.

"Semua ini kembali pada Law Inforcement-nya (penegakan hukum), selama ditegakkan pasti tidak ada masalah," imbuhnya.

Hal senada juga disampaikan oleh Heri Sudiarto menurutnya murah atau mahal itu hal yang biasa, menurutnya setiap barang itu ada harganya masing-masing.

“Soal mahal atau murah itu sudah ada segmen masing-masing. Kita mau cari segmen yang mana saja itu sah-sah saja. Namun masalahnya ada temuan pelanggaran hukum yang dilakukan,” paparnya.

Terkait penurunan kunjungan wisatawan ke Bali di akhir November hingga Desember tahun ini, kata Heri, lebih karena dipicu isu bencana alam yang terjadi di Lombok, Palu dan Donggala, bukan karena penertiban yang dilakukan oleh Pemprov Bali.

“Tidak ada rasa jera dari turis Tiongkok. Malahan mereka berterimakasih kepada pemerintah kita di Bali dan berharap konsisten dengan upaya penertiban praktik ilegal ini,” terang Heri Sudiarto.

Heri mengatakan turis Tiongkok yang masuk ke Bali saat ini tak sampai 1 % dari pendududuk Tiongkok pemegang paspor yang jumlahnya mencapai 200 juta orang.

Sehingga, menurutnya Tiongkok menjadi pasar yang sangat potensial bagi perkembangan pariwisata di Bali kedepannya.

Selain itu, pertumbuhan ekonomi di China, kata Heri Sudiarto, yang diprediksi akan maju pesat di tahun 2035, akan semakin menambah jumlah ‘orang kaya baru’ di Tiongkok menjadi sekitar 750 juta-an orang untuk kelas ekonomi menengah keatas.

“Jika segmen itu digarap tidak akan ada habisnya. KBRI kita di Beijing juga mengatakan itu, ada potensi besar menggarap pasar Tiongkok,” jelas Heri.

Dan, meski beberapa Toko Tiongkok di Bali dilarang beroperasi pasca penertiban yang dilakukan Pemerintah Provinsi Bali, namun Heri meyakinkan, hal itu bukan jadi alasan wisatawan mengurungkan niatnya ke Bali.

Teras Dialog ini sendiri merupakan yang ketiga yang diselenggarakan oleh YYDiaz Center dengan mengangkat tema "Patgulipat Bisnis Pariwisata"

Yosep Yulius Diaz atau yang dikenal dengan Yusdi selaku pendiri dari YYDiaz Center yang menginisiasi Teras Dialog ini mengatakan banyak dari kita yang berbicara besar namun sebenarnya tidak memahami permasalahan secara komprehensif (menyeluruh).

Untuk itu, topik ini sengaja diangkat untuk memberikan pemahaman yang benar terkait permasalahan ini, dan ia berharap diskusi ini dapat turut mendorong upaya penegakan hukum atau Law Inforcement dan perbaikan dunia pariwisata khususnya di Bali. (DN - Bdi)

No comments:

Post a Comment

Redaksi DEWATA NEWS menerima komentar terkait artikel yang ditayangkan di DEWATA NEWS . Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Pembaca berhak melaporkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA. Redaksi DEWATA NEWS akan menilai laporan dan berhak memberi peringatan dan menutup akses terhadap pemberi komentar.

Terimakasih
www.dewatanews.com