Miris, Juara Dunia Pencak Silat Berakhir Jadi Satpam Hotel - Dewata News

Breaking News

Gold Ads (1170 x 350)

5/9/18

Miris, Juara Dunia Pencak Silat Berakhir Jadi Satpam Hotel


Denpasar, Dewata News. Com —Kejayaan para atlet berprestasi tidak selalu abadi. Terkadang roda kehidupan dan takdir di masa depan justru tidak seindah bayangan. Ya, itulah yang dialami mantan atlet Pencak Silat Bali, Ni Made Wahyuni. Pasca pensiun menjadi atlet, Wahyuni kini menyambung hidup dengan bekerja sebagai Satpam di sebuah hotel di kawasan Nusa Dua.

”Saya sebenarnya sudah melamar lima tahun lalu kalau tidak salah ada pembukaan Pegawai Negeri untuk kepelatihan. Waktu itu saya sudah melamar, tetapi karena umur saya lewat hanya satu hari, lamaran saya di tolak. Di situ rasanya saya sedih. Sedih sekali, padahal cuma sehari lewatnya. Saya tidak putus asa, tapi saya jadinya fokus dengan pekerjaan saya sebagai security, saya tidak menuntut apa-apa, karena mungkin hanya itulah rejeki saya,” tuturnya sambil menangis, tak kuasa menahan air matanya.

Sambil mengucek-ucek  matanya yang berkaca kaca  dengan tisu, Wahyuni pun mengenang masa lalunya, saat ia berhasil meraih lima medali emas Sea Games, dan mengharumkan nama Merah Putih.

”Saya menjadi atlet itu dari 1986 mulai terjun di Pencak Silat. Tahun 1987 saya sudah menjadi juara Sea Games hanya berselang setahun. Di Sea Games saya dapat lima medali emas. Saya tidak pernah kalah, kalau yang namanya saya keluar dari Bali saya punya prinsip saya harus menang dan saya harus emas,” kenangnya.

Bonus menjadi juara Sea Games tempo dulu tidak seberapa, hanya Rp1 juta. Namun bagi Made Wahyuni, uang dan piagam yang diperoleh tidak sebanding dengan kebanggaan dapat mengharumkan nama negeri di mata Internasional.  Bahkan, dengan semangat yang masih membara, Made Wahyuni pun mengembangkan sayapnya hingga menjadi Juara di Malaysia dan Thailand dalam ajang Kejuaraan Dunia Pencak Silat.

”Dulu itu saya dapat bonus Rp1 juta. Zaman itu cukup lumayan bonus itu. Sea Games, saya lima emas, kemudian saya ikut Kejuaraan Dunia di Malaysia tahun 1989, kemudian di Thailand tahun 1994 saya dapat dua emas di sana,” ungkapnya.

Lain dulu, lain sekarang. Kini Made Wahyuni hanyalah seorang mantan atlet dengan profesi sebagai satpam hotel.  Beruntung nasib masih memberinya kesempatan untuk memperoleh pekerjaan demi menyambung hidup.  Menurutnya, ada juga kakak seperguruannya, Badengwati yang juga sesama juara dunia, harus berakhir menjadi buruh angkut atau yang dalam Bahasa Bali disebut tukang suwun di Pasar Badung.

”Ibu Badengwati, dia kakak seperguruan saya. Dia lebih dulu jadi juara dunia, tapi dia sekarang menjadi tukang suwun (buruh angkut) di Pasar Badung.  Sedih saya mendengar itu. Saya ternyata lebih beruntung, saya dapat ketemu IPSI Pusat, pak wakil IPSI yang mengajak saya terjun di perhotelan untuk bekerja. Saya bilang, pak saya mau kerja, tetapi karena bahasa Inggris saya kurang, jadi hanya hanya bisa menjadi security,” tuturnya.

Keinginan dan rasa rindu untuk kembali menekuni olahraga Pencak Silat selalu menyelimuti hati Made Wahyuni. Namun apa daya dengan pekerjaan sebagai satpam hotel tidak memungkinkan lagi baginya untuk mengobati kerinduannya melakoni Pencak Silat lagi.

Kini, Sang Juara Dunia itu hanya bisa berharap, nasib yang menimpanya tidak lagi menimpa atlet-atlet berprestasi di era sekarang. Pemerintah, semestinya turut memikirkan masa depan atlet, tidak sebatas hanya memberikan bonus dan piagam, tetapi bagaimana menjamin masa depan atlet pasca pensiun. Bila tidak, maka cerita miris Made Wahyuni, Sang Juara Dunia Pencak Silat yang berakhir menjadi satpam hotel, akankah  terulang lagi?

No comments:

Post a Comment

Redaksi DEWATA NEWS menerima komentar terkait artikel yang ditayangkan di DEWATA NEWS . Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Pembaca berhak melaporkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA. Redaksi DEWATA NEWS akan menilai laporan dan berhak memberi peringatan dan menutup akses terhadap pemberi komentar.

Terimakasih
www.dewatanews.com