DSB Bedah Buku Puisi ”Antara Kita” Ketut Syahruwardi Abbas - Dewata News

Breaking News

Gold Ads (1170 x 350)

5/27/18

DSB Bedah Buku Puisi ”Antara Kita” Ketut Syahruwardi Abbas


Buleleng, Dewata News. Com — "Ngorte Kangin Kauh" mengapresiasi buku puisi "Antara Kita" Ketut Syahruwardi Abbas di sekretariat Dermaga Seni Buleleng (DSB), Jalan Pulau Samosir IV No.15, Sabtu (26/05) sore ternyata benar-benar merasuk sukma para pecinta sastra modern, dari penyair usia uzur hingga penerus dari kalangan SMA maupun SMP,  Di antara penyair sudah termasuk kategori uzur, seperti Ngurah Parsua maupun Made Tirthayasa yang akrab di era 70-an disapa Cantiryas Boy yang tahun 2017 lalu menerima Penghargaan Seni Wija Kusuma sebagai Seniman Sastra Modern.

Seperti diketahui, bahwa Dermaga Seni Buleleng (DSB) yang pada kelahiran pembentukannya digawangi oleh I Gede Dharna (alm), Gede Artawan dan Made Tirthayasa masih mewarnai degup seni sastra modern dan teater di kabupaten ujung Utara pulau Dewata.

Koordinator DSB, Dr, Gede Artawan, M.Pd sesaat membuka ”Ngorte Kangin Kauh” menyampaikan rasa banggsa, bahwa penyair se’kaliber Ketut Syahruwardi Abbas memberi kepercayaan special dalam kegiatan bedah buku sajak-sajak ”Antara Kita”.

”Sesungguhnya, penyair-penyair itu menunjukkan eksistensinya bermain dalam dimensi dan realitas yang sering dilupakan oleh poembaca awam. Sebab, sebuah puisi dapat ditafsir dalam banyak segi. Ketika penyair membuat transformasi arti, tidak sekedar bermain dengan kata,” celoteh Gede Artawan.

Penyair kelahiran desa tua yang seluruh penduduknya beragama Islam, yakni Desa Pegayaman, Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng, Bali pada tahun 1959, Ketut Syahruwardi Abbas. Melalui Sajak-Sajak ”Antara Kita”, Abbas mengemas 89 puisi hasil karyanya oleh Peneliti Sastra, Balai Bahasa Bali,  Puji Retno Hardiningtyas, bahwa wajah Abbas dalam kumpulan sajak ”Antara Kita” Bergelut dengan Rindu.

Kenapa? Menurut Puji Retno Hardiningtyas, bahwa keseluruhansajak dalam antologi ini mengungkapkan kegelisahan, kecemasa, kepedulian, keperihatinan, dan kerinduan terhadap Tuhan, orang tua, kawan,dan toleransi kehidupan antarmanusia di lingkungan masyarakat.

”Ngorte Kangin Kauh” mengapresiasi antologi puisi Ketut Syahruwardi Abbas diwarnai penampilan penyair Ngurah Parsua kendati sudah usia uzur membawa angin semilir Bondalem dari Denpasar mengapresiasi sajak-sajak Ketut Syahruwardi Abbas, di samping penyair yang lagi produktif menulis di media cetak terbesar di Bali, hingga penerus pecinta sastra modern dari kalangan siswa SMA maupun SMP Lab Undiksha, termasuk Komunitas Cemara Angin dan Komunitas Api Undiksha berkalobrasi dengan seni pencak silat Sitembak asuhan Mangku Suad.

Bahkan, tak ketinggalan dramawan pendobrak teater Putu Satriya Koesuma dan pendiri Museum Panji Tisna, yakni Anak Agung Brawida yang notabene cucu Anak Agung Panji Tisna maupun Cantiryas Boy.

Ida Bagus Pawanasuta setelah tampil membacakan salah satu puisi Antara Kita, selanjutnya Penyair dari Gumi Serombotan Klungkung ini mengukuhkan kepiawaian baca puisi dengan mantan pacarnya.

Budayawan Ketut Syahruwardi Abbas menyebut, bahwa dialog, interaksi,darinyalah semua sajak pada buku ”Antara Kita” ini berawal. ”Saya merasa, interaksi dengan alam, dengan manusia lain, dengan cahaya, dengan dingin, dengan Tuhan, dan segala apa saja, bermakna sangat luas. (DN ~ TiR).—

No comments:

Post a Comment

Redaksi DEWATA NEWS menerima komentar terkait artikel yang ditayangkan di DEWATA NEWS . Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Pembaca berhak melaporkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA. Redaksi DEWATA NEWS akan menilai laporan dan berhak memberi peringatan dan menutup akses terhadap pemberi komentar.

Terimakasih
www.dewatanews.com