Pastika Tegaskan 2016 Harus Lebih Fokus Tanggulangi Kemiskinan - Dewata News

Breaking News

Gold Ads (1170 x 350)

1/11/16

Pastika Tegaskan 2016 Harus Lebih Fokus Tanggulangi Kemiskinan

Foto (c) by : Humas Pemprov Bali

Denpasar, Dewata News. Com - Gubernur Bali, Made Mangku Pastika, tegaskan bahwa tahun 2016 seluruh SKPD harus 'keroyokan' fokus menanggulangi kemiskinan. Hal itu disampaikan saat menerima paparan Kepala Badan Pusat Statistik Nasional (BPS) wilayah Bali, Panusuan Siregar, tentang Potret Perkembangan Indikator Makro Pembangunan Bali hingga tahun 2015 dan antisipasi 2016 di ruang rapat Gubernur, Senin (11/1). 

Pastika menyampaikan keprihatinannya karena Bali tergeser dari posisi no 2 menjadi nomor 4 dengan tingkat kemiskinan paling rendah di Indonesia. Posisi pertama masih diduduki oleh DKI Jakarta sementara posisi kedua dan ketiga disusul oleh Kalimantan Selatan dan Bangka Belitung. “Harus cari penyebab menurunnya posisi kita, langsung tuntaskan, masa tergeser jadi posisi 4 padahal ambisi kita tahun ini jadi no 1” tegas Pastika. 

Pastika menambahkan SKPD terkait harus identifikasi masalah penambahan jumlah kemiskinan yang menyebabkan penurunan angka tersebut, meskipun harus mengundang tenaga ahli untuk mencari solusi. Bahkan menurutnya jika perlu langsung terjun ke desa-desa sebagai indikator tingkat kemiskinan untuk melihat permasalahan riil yang terjadi. “Jika karena faktor pendidikan, bangun sekolah di sana, jika terbentur anggaran buat sekolah jarak jauh, bisa menggabungkan SD dan SMA sekaligus,” sarannya. Bahkan untuk anak-anak mereka yang ingin melanjutkan ke tingkat SMA bisa dimasukkan ke SMA dan SMK Bali Mandara.

Dalam kesempatan itu Pastika juga menyayangkan masih adanya enam desa tertinggal di Bali padahal sudah begitu banyak bantuan disalurkan ke desa-desa. Keenam desa terbut adalah Desa Tembuku, Desa Binyan, Desa Mengani, Desa Abuan, Desa Ulian dan Desa Langgahan di kecamatan Kintamani , Bangli serta Sepang Kelod di Busung Biu, Buleleng. “Jadi tahun ini gelontorkan bantuan lebih banyak untuk enam desa itu,” tambahnya. Dia berharap tahun ini persoalan kemiskinan bisa tuntas mengingat paparan dari BPS masih dibeberkan di awal tahun. “Masih ada waktu sampai akhir tahun, agar sesuai juga dengan program pemerintah pusat Nawacita, yaitu membangun dari pinggiran,” tandasnya.

Sementara itu Kepala BPS, Panusuan Siregar dalam paparannya memang membenarkan lonjakan kemiskinan yang terjadi tahun 2015 di Bali. Pada Maret 2015 angka kemiskinan masih 4,47% namun melonjak menjadi 5,25% di bulan September. Penyebabnya diperkirakan karena jumlah pengangguran yang melonjak yaitu sebesar 1,37% di Maret menjadi 1,99% di bulan september 2015. 

Penyebab lainnya adalah penurunan pelaku usaha di sektor pertanian dan industri, padahal sektor ini merupakan sektor yang paling mudah digeluti. Dalam kesempatan itu Siregar juga menambahkan bahwa tingkat kesejahteraan petani yang menurun membuat sektor ini menjadi kurang diminati lagi terutama oleh anak muda. Namun Siregar mengapresiasi langkah pemprov Bali dalam mengatasi kesenjangan sosial di Bali. Pada tahun lalu indeks kesenjangan sosial di Bali hanya 0,98% dan merupakan terendah tingkat nasional. “Saya yakin ini berkat program-program yang bapak gelontorkan, sehingga mampu dirasakan oleh masyarakat luas,” bebernya.

Selain itu, dalam pemaparan yang juga dihadiri oleh Asisten Bidang Ekonomi, Pembangunan dan Kesra Setda Provinsi Bali,  Ketut Wija dan sejumlah kepala SKPD di lingkungan pemprov Bali, Siregar juga memaparkan tingkat pertumbuhan ekonomi di Bali. Saat ini Bali menduduki peringkat sepuluh dengan tingkat pertumbuhan ekonomi sebesar 6,17%, di atas rata-rata nasional yang hanya sebsar 4,17%. Dia juga berharap serapan anggaran pemerintah tidak kecil di awal tahun karena bisa mempengaruhi tingkat pertumbuhan ekonomi. 

Dia juga mengapresiasi tingkat inflasi di Bali yang lagi-lagi terendah tingkat nasional, bahkan dalam kurun 20 tahun terakhir ini. Inflasi di Bali cukup terkendali di angka 2,57% di bawah nasional sebesar 3,35%. Dia menyarankan agar Pemprov terus mengawal laju inflasi dengan menyuplai banyak kebutuhan pokok karena bulan depan akan menyambut hari raya keagamaan yaitu Hari Raya Galungan dan Imlek.

Terakhir yang menjadi sorotannya adalah tingkat kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) dan pertumbuhan ekspor. Bali penyumbang devisa terbesar di Indonesia dengan tingkat kunjungan wisman mencapai 41% di seluruh Indonesia. Akan tetapi ada beberapa bulan tertentu yaitu di bulan februari sampai dengan maret ada kecenderungan turun, sehingga diharapkan langkah nyata pemerintah untuk menarik lebih banyak minat wisman lagi di bulan-bulan tersebut. Dan untuk eskpor di Bali masih rendah di tahun 2015, hal itu diperkirakan karena imbas kelesuan ekonomi di tingkat nasional. (DN - HuM)

No comments:

Post a Comment

Redaksi DEWATA NEWS menerima komentar terkait artikel yang ditayangkan di DEWATA NEWS . Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Pembaca berhak melaporkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA. Redaksi DEWATA NEWS akan menilai laporan dan berhak memberi peringatan dan menutup akses terhadap pemberi komentar.

Terimakasih
www.dewatanews.com