Banyak Menyimpan Misteri, Tamblingan Dijadikan Kawasan Wisata Spritual - Dewata News

Breaking News

Gold Ads (1170 x 350)

10/4/14

Banyak Menyimpan Misteri, Tamblingan Dijadikan Kawasan Wisata Spritual



                                                          

 Oleh : I Made Tirthayasa*       

Danau Tamblingan adalah sebuaah danau yang terletak di lereng sebelah utara Gunung Lesung, kawasan Desa Gobleg, Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng, Bali. Danau ini merupakan satu dari tiga danau kembar yang terbentuk di dalam sebuah kaldera besar. Di sebelah timur berturut-turut terdapat Danau Buyan dan Danau Beratan. Diapit oleh hutan disekelilingnya serta dikarenakan letaknya di dataran tinggi membuat lingkungan danau ini berhawa sejuk.

       Danau di wilayah Desa Gobleg ini,  selain menyimpan sejarah peradaban juga penuh misteri. Peradaban sejarah tersebut, terutama sejak zaman pemerintahan Raja Ugrasena pada abad ke-11. Terbukti sejumlah situs pura di lereng bukit yang mengitari danau itu, diempon, tidak saja oleh masyarakat Buleleng namun juga mnasyarakat Tabanan. Berkenan dengan itulah, tak berkelebihan kalau Pemkab Buleleng melirik kawaan pura ini sebagai kawasan wisata spiritual dan sejarah, sekaligus sebagai kawasan wisata suci dalam hening.
      
     Dari sejarah disebutkan, pada abad 10M sampai 14M lingkungan Danau Tamblingan adalah pemukiman yang pusatnya berada di Gunung Lesung sebelah selatan danau. Karena suatu alasan penduduknya kemudian berpindah ke empat daerah berbeda yang jaraknya masih berdekatan dengan areal danau. Keempat desa itu kemudian disebut Catur Desa , yang berarti empat desa, yakni Desa Munduk, Gobleg, Gesing, dan Umejero. Keempat desa ini memiliki ikatan spiritual dan memiliki tanggung jawab dan kewajiban untuk menjaga kesucian danau dan Pura yang ada di sekitarnya.
                                                                          
    Menurut bukti-bukti sejarah, ribuah tahun silam, di kawasan ini pernah ada kehidupan masyarakat yang sangat teratur. Baik dari segi tata pemerintahan, tata ekonomi maupun sosial budaya. Hal itu dapat diketahui dari penemuan prasasti beberapa waktu lalu.
     Dari segi topografi, kawasan ini adalah daerah resapan yang secara alami meneteskan berbagai sumber-sumber kesejahteraan keberbagai kawasan di daerah Bali. Pasalnya, di kawasan ini terdapat hutan yang masih lestari dan tiga buah danau sebagai sumber kehidupan.

    Sebagai salah satu obyek wisata alam, Danau Tamblingan tidak dikembangkan ke arah pariwisata modern demi menjaga kelestarian alam dan lingkungannya. Yang menjadi daya tarik utama tempat ini bukan hanya pesona alamnya, namun juga karena banyaknya pura yang menyimpan sejarah dan perkembangan peradaban serta kebudayaan Bali, khususnya menyangkut pembentukan dan perkembangan Desa Tamblingan.
    
       Nama Tamblingan berasal dari dua kata dalam Bahasa Bali yaitu Tamba berarti obat, dan Elingang berarti ingat atau kemampuan spiritual. Disebutkan pula, dalam Lontar Kutara Kanda Dewa Purana Bangsul bahwa masyarakat di wilayah itu konon pernah terkena wabah epidemi. Sebagai jalan keluar seseorang yang disucikan kemudian turun ke danau kecil di bawah desa untuk mengambil air untuk obat. Berkat doa dan kemampuan spiritual beliau, air itu kemudian dijadikan obat dan mampu menyembuhkan masyarakat desa. Kata Tamba dan Elingang inilah lama kelamaan menjadi Tamblingan.
                                                                 
     Ketika “duet kepemimpinan” Buleleng Putu Bagiada dan Gede Wardana, Pemerintah Kabupaten Buleleng sempat mewacanakan kawasan danau Tamblingan sebagai kawasan wisata spiritual dan sejarah, dengan menyiapkan beberapa ekor kuda di tapal batas Danau Tamblingan.

     Menurut Wabup Buleleng waktu itu, Gede Wardana pengelolaan kuda bakal diserahkan kepada masyarakat adat di sekitar dana sebagai langkah awal perkenalan obyek wisata alam ini. Nantinya selain kuda, alat transportasi apa-pun tak boleh memasuki kawasan danau. Menurut Wardana, prospek penataan Danau Tamblingan menjadi obyek wisata spiritual sekaligus wisata berkuda sangat cerah. Sesungguhnya, pemanfaatan transportasi berkuda di kawasan hijau Danau Tamblingan sudah dimulai sejak zaman nenek moyang.

      Masyarakat zaman dulu di Buleleng kerap melakukan penjelajahan hutan lindung dengan menaiki kuda. Ketika Danau Tamblingan dihidupkan kembali menjadi obyek wisata spiritual yang nyaman dan indah, dengan sendirinya kawasan itu tidak terganggu plusi udara.

     Selain kegiatan wisata secara umum, Danau Tamblingan juga akan difokuskan menjadi pusat kegiatan-kegiatan spiritual seperti tapa brata, yoga untuk meningkatkan iman dan taqwa masyarakat yang datang ke tempat itu. Penetapan Danau Tamblingan sebagai pusat kegiatan spiritual diharapkan mampu menanamkan konsep berpikir Tri Hita Karana di kalangan masyarakat Buleleng. ‘’Sebab, selain menyimpan nilai-nilai sakral, sesuai keyakinan masyarakat Bali, Danau Tamblingan juga disebut Sunan Jagad Bali sebagai salah satu peninggalan leluhur”.

     Disisi lain, mantan Kadisbudpar Buleleng Ida Bagus Puja Erawan  menjelaskan, sudah adanya ramu-rambu pengelolaan objek wisata Danau Tamblingan melaui SK Bupati No. 100/2003. Menurutnya, pengelolaan teradap obyek wisata alam yang memiliki panorama cukup menarik sepenuhnya ditangani desa dinas. Dana yang masuk dari pengelolaan obyek wisata terebut, 50 persen masuk kas desa dan sisanya lagi disetor ke kas daerah.                                                                      
                                                 Sarana transportasi yang disebut pedau

     Sebagai wisata alam, Danau Tamblingan bebas polusi dengan melarang pengunjung menggunakan sampan bermesin. Apalgi jetsky, spedboat dan sejenis, agar panorama tetap lestari dan asri. Sangat diharapkan, masyarakat pengunjung menggunakan alat angkut tradisional seperti jukung.—

  • Pemred Dewata News

No comments:

Post a Comment

Redaksi DEWATA NEWS menerima komentar terkait artikel yang ditayangkan di DEWATA NEWS . Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Pembaca berhak melaporkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA. Redaksi DEWATA NEWS akan menilai laporan dan berhak memberi peringatan dan menutup akses terhadap pemberi komentar.

Terimakasih
www.dewatanews.com