Denpasar, dewatanews.com - Dunia media Bali berduka. Sosok yang dikenal sebagai perintis televisi lokal Dewata TV, yang kini dikenal dengan nama Kompas Dewata TV, I Nyoman Artha, berpulang pada Senin (27/10) pukul 13.00 WITA di RS Prof. Dr. I.G.N.G. Ngoerah, Denpasar. Ia meninggal dunia di usia 62 tahun, meninggalkan teladan, semangat, dan warisan besar bagi dunia penyiaran di Pulau Dewata.
Pria kelahiran 23 Oktober 1963 ini meninggalkan istri Ni Ketut Diani, tiga anak — Putu Dinar Artha Putri, Kadek Putri Mediathari Artha, dan Komang Anaditha Nugraha Artha — serta seorang cucu, Kiiro Tangerine.
Saat ini, jenazah almarhum disemayamkan di Rumah Duka Jalan Sedap Malam, Gang Gardenia No.12, Denpasar, dan akan dikremasi pada Sabtu (1/11/2025) pukul 07.00 WITA di Crematorium Santha Yana, Jalan Cekomaria, Denpasar.
Bagi keluarga besar I Nyoman Artha, sosok almarhum bukan hanya seorang kakak, suami, atau ayah, melainkan juga teladan dalam nilai kekeluargaan dan kebersamaan.
“Beliau adalah iwak (kakak bapak) saya, anak ketiga dari delapan bersaudara. Meski berbeda pandangan hidup, kami diajarkan untuk selalu saling membantu dan menjaga keterikatan keluarga,” tutur Jipa, keponakan almarhum, mengenang dengan mata berkaca-kaca.
Ia mengingat betul bagaimana keluarga mereka tetap erat meski kerap terjadi perbedaan. “Pernah suatu kali bapak, iwak, dan om bertengkar. Tapi tak sampai satu jam mereka akur lagi, seolah tak pernah terjadi apa-apa. Dari situ kami belajar arti saling memaafkan dan menjaga hubungan darah,” kisahnya haru.
Perintis Televisi Lokal dan Motivator Jurnalisme
Perjalanan panjang I Nyoman Artha di dunia media dimulai pada tahun 2007, saat ia menggagas pendirian stasiun televisi lokal Dewata TV, yang kemudian berkembang menjadi Kompas Dewata TV pada tahun 2011.
Langkah tersebut menjadi tonggak penting dalam sejarah penyiaran di Bali, membuka ruang bagi talenta lokal dan memperkuat jurnalisme daerah di tengah gempuran media nasional.
“Saya masih ingat ketika dia mengajak kami, para keponakan, ikut membangun Dewata TV. Dari situ saya mulai mencintai dunia jurnalistik,” ujar Jipa.
Ia juga menuturkan pesan yang tak pernah ia lupakan dari sang paman:
“Kamu kalau menjadi orang, bukan hanya untuk dirimu sendiri. Kamu bisa mengabdi pada bangsa dan negara lewat karya jurnalistik yang kamu tulis. Media itu bukan sekadar tontonan, tapi tuntunan agar masyarakat terlepas dari kebodohan.” ceritanya.
Pesan itu kini menjadi warisan moral bagi generasi muda jurnalis di Bali, sekaligus pengingat akan semangat dan dedikasi almarhum dalam mengembangkan media lokal yang mendidik dan mencerahkan.
“Selamat jalan, Iwak. Kini Iwak sudah tidak sakit lagi. Sampaikan salam kami kepada bapak dan para leluhur di surga. Hormat kami, anak-anakmu,” ujar Jipa menutup kisahnya dengan suara lirih.
Kepergian I Nyoman Artha meninggalkan duka mendalam bagi keluarga, sahabat, serta insan media di Bali. Namun, semangatnya untuk menjadikan media sebagai sarana pendidikan publik akan terus hidup dalam setiap karya dan tayangan yang ia wariskan.
Selamat jalan, I Nyoman Artha. Terima kasih atas dedikasi dan inspirasi yang telah menghidupkan jurnalisme lokal Bali.

No comments:
Post a Comment
Redaksi DEWATA NEWS menerima komentar terkait artikel yang ditayangkan di DEWATA NEWS . Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Pembaca berhak melaporkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA. Redaksi DEWATA NEWS akan menilai laporan dan berhak memberi peringatan dan menutup akses terhadap pemberi komentar.
Terimakasih
www.dewatanews.com