Denpasar, dewatanews.com - Petani di Bali direkomendasikan untuk mulai melakukan langkah adaptasi terhadap fenomena perubahan iklim. Adaptasi menjadi penting untuk menghindari gagal panen ataupun penurunan produksi.
“Strategi adaptasi melalui optimalisasi pengelolaan sumberdaya eksisting, sumber daya air dan irigasi” kata Koordinator Bidang Data dan Informasi, Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Wilayah III, I Nyoman Gede Wiryajaya saat Webinar Kuliah Umum dengan tema “Mengenal Cuaca/Iklim dan Pemanasan Global” yang diselenggarakan oleh Prodi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Warmadewa di Denpasar pada Sabtu (17/9).
Wiryajaya yang juga merupakan Tim Sertifikasi Kesiapsiagaan Bencana Provinsi Bali mengungkapkan strategi adaptasi lainnya yaitu menggunakan varietas unggul tahan kekeringan, rendaman dan salinitas. Petani dapat juga mulai mengadaptasi teknologi memanen hujan.
“Menampung air hujan dan memanfaatkan untuk pengairan pada musim kering. Teknologi irigasi dengan meningkatkan nilai guna air mesti diadaptasi, misalnya irigasi tetes dan irigasi bergilir” ujar pria kelahiran Denpasar, 8 April 1969 tersebut.
Ia juga mengajak petani untuk berperan dalam melakukan mitigasi melalui penggunaan varietas padi rendah emisi. Langkah lainnya pengolahan tanah secara kering guna menekan produksi gas metan, serta menggunakan irigasi berselang.
Wiryajaya berharap petani mampu memanfaatkan informasi yang diberikan oleh BMKG secara optimal, sehingga kedepannya petani dapat menjaga stabilitas produksi.
No comments:
Post a Comment
Redaksi DEWATA NEWS menerima komentar terkait artikel yang ditayangkan di DEWATA NEWS . Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Pembaca berhak melaporkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA. Redaksi DEWATA NEWS akan menilai laporan dan berhak memberi peringatan dan menutup akses terhadap pemberi komentar.
Terimakasih
www.dewatanews.com