Perayaan Cap Go Meh dan Ritual Tolak Bala Ci Suak di Klenteng Ling Gwan Kiong - Dewata News

Breaking News

Gold Ads (1170 x 350)

2/8/20

Perayaan Cap Go Meh dan Ritual Tolak Bala Ci Suak di Klenteng Ling Gwan Kiong


Buleleng, Dewata News. Com - Rangkaian Perayaan Tahun Baru  “Imlek”  2571 Tahun Mahesi 2020, diakhir dengan menggelar perayaan dan persembahyangan Cap Go Meh serta ritual tolak bala Ci Suak. Di Buleleng, perayaan Cap Go Meh dan Ci Suak, dipusatkan di Klenteng Ling Gwan Kiong, yang ada di kawasan Pelabuhan Tua Buleleng, pada Sabtu (8/2). Acara diawali dengan persembahyangan Cap Go Meh, yang dilakukan oleh para rohaniawan dan umat yang datang. Setelah melakukan persembahyangan Cap Go Meh selasi, sekitar pukul 09.30 Wita acara dilanjutkan dengan Ci Suak atau ritual tolak bala. 

Ritual Ci Suak, dilakukan bagi mereka yang mengalami Ciong (kesialan/bertabrakan) dengan Shio Tikus Logam. Terdapat empat shio yang mengalami ciong di tahun Tikus Logam, diantaranya, ciong besar bagi mereka shio kuda dan tikus, ciong kecil shio kelinci dan ayam. Bagi warga keturunan Tionghoa dan bagi mereka yang percaya, mereka akan melaksanakan Ci Suak, di klenteng tempat ibadat tri dharma. 


Humas TITD Seng Hong Bio-Ling Gwan Kiong, Pipit Budiaman Teja, menyampaikan, pelaksanaan sembayang Cap Go Meh dan Ci Suak, tahun ini dipusatkan di klenteng Ling Gwan Kiong. “Perayaan Cap Go Meh dan Ci Suak kami lakukan bergantian setiap tahunnya, di dua klenteng yang ada di Buleleng. Terkait ritual Ci Suak, ini kepercayaan yang diwariskan leluhur kami, dan sebaiknya dilakukan oleh para umat, sebagai keyakinan bersama”, ungkapnya.  

Ci Suak, dilakukan secara bergiliran. Warga harus mendaftar terlebih dahulu di panitia Ci Suak. Selanjutnya akan dipanggil satu persatu. Mengingat tempat yang terbatas, Ci Suak dilakukan secara bergelombang, setiap gelombangnya terdiri dari 20 orang. Diawali dengan bersembayang di dalam klenteng, di depan altar, dilanjutkan dengan menerima, lalu melemperkan biji-bijian ke belakang sambil berjalan mengelilingi halaman klenteng. Akhir ritual Ci Suak dengan melepas hewan, seperti burung, penyu, kura-kura dan tokek. Hal ini merupakan kepercayaan dalam melepas kesialan yang berlawan dengan shio tikus logam. 

Halim Kanoki Alim, salah satu warga keturunan tionghoa, yang mempercayai tradisi Ci Suak mengatakan “Kami percaya dengan tradisi yang diwariskan oleh nenek moyang kami, makanya kami melakukan ritual Ci Suak. Kami percaya dengan mengikuti ritual ini, kami berharap setidaknya kesialan kami ditahun tikus logam ini bisa berkurang”. (KOP)

No comments:

Post a Comment

Redaksi DEWATA NEWS menerima komentar terkait artikel yang ditayangkan di DEWATA NEWS . Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Pembaca berhak melaporkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA. Redaksi DEWATA NEWS akan menilai laporan dan berhak memberi peringatan dan menutup akses terhadap pemberi komentar.

Terimakasih
www.dewatanews.com