Wabup Sutjidra Jenguk Bayi Kelainan Bawaan di NICU RSUD Buleleng - Dewata News

Breaking News

Gold Ads (1170 x 350)

9/23/19

Wabup Sutjidra Jenguk Bayi Kelainan Bawaan di NICU RSUD Buleleng


Buleleng, Dewata News. Com - Wakil Bupati Buleleng, dr. I Nyoman Sutjidra, Sp.OG didampingi Direktur RSUD Buleleng, dr. Gede Wiartana, M.Kes dan Kepala Dinas Kesehatan Buleleng, dr. I Gusti Nyoman Mahapramana menjenguk bayi yang lahir dengan kelainan bawaan di ruang NICU, RSUD Kabupaten Buleleng, Senin (23/09).

Sungguh malang nasib bayi yang baru berusia satu hari ini. Bayi berjenis kelamin perempuan yang lahir pada Senin dinihari (23/09) sekitar pukul 02.45 Wita ini, lahir dalam kondisi tak sempurna di sebuah klinik bersalin yang ada di wilayah Kelurahan Seririt. 

Saat ini bayi yang memiliki kelainan banyak atau multiple itu dalam perawatan intensif di ruang NICU RSUD Buleleng.

Bayi yang merupakan anak ketiga lahir dari pasangan suami istri (pasutri) Made Gorsi (37) dan suaminya Made Mujana (38) asal Desa Pangkung Paruk, Kecamatan Seririt, dalam kondisi yang cukup memprihatinkan. 

Bayi lahir dengan kondisi memprihatinkan itu, terdapat tonjolan yang menyerupai bokong dan ada kelebihan dua pasang kaki serta memiliki 4 tangan yang menempel pada tubuh bayi tersebut.

Dari hasil pemeriksaan medis diketahui, bahwa bayi tersebut merupakan kembar parasit atau kembar siam yang tidak sempurna. Bukan itu saja, pada bagian perut bayi tersebut juga terlihat usus dan organ lainnya keluar yang menandakan anaknya yang ketiga itu lahir dalam keadaan tidak normal.

Bidan yang membantu proses persalinan, Putu Riang Wulandari, proses persalian Made Gorsi berlangsung dengan normal. Hanya saja, saat bayi tersebut lahir, sudah terlihat mengalami kelainan. Ada beberapa bagian seperti kaki dan tangan menempel di jaringan tubuh bayi tersebut.

Menurut Riang Wulandari, saat proses persalinan, bayi dengan berat 3 Kilogram, sang ibu sempat kehabisan tenaga yang berdampak plasenta bayi macet dan tertinggal di dalam, sehingga langsung dilakukan tindakan manual untuk membantu mengeluarkan. 

"Ada bagian plasenta yang tertinggal (race placenta) itu yang menyebabkan pasien kami rujuk ke rumah sakit," kata Riang Wulandari.

Kini penanganan medis secara serius di RSUD Buleleng. Dari hasil pemeriksaan medis, bayi yang lahir pada pukul 02.45 itu, mengalami kelainan kongenital atau cacat, asfixia sedang, namun dalam kondisi sehat. Sedangkan Made Gorsi ibu dari bayi tersebut masih mendapatkan perawatan medis di ruang melati RSUD Buleleng.

Kasubag Humas RSUD Buleleng, Ketut Budiantara menjelaskan, pihak RSUD Buleleng menerima rujukan bayi itu sudah dalam kondisi lemah. Sehingga, dari pihak medis langsung melakukan tindakan dengan memberikan oksigen kepada bayi.

Saat ini pihak medis masih menunggu kondisi bayi, jika kondisinya sudah membaik, maka bayi tersebut akan dirujuk ke RSUP Sanglah.

"Kalau sudah membaik, kami akan rujuk ke RSUP Sanglah. Ini untuk memastikan untuk proses medis lebih lanjut terhadap kondisi bayi.

Kondisi bayi, ada empat pasang kaki, empat pasang tangan yang menempel pada tubuh bayi. Kondisi ini terjadi karena proses pembuahan tidak sempurna. Sementara bayi kami rawat di ruang NICU II," ujar Budiantara.

Sementara kesedihan tampak terlihat dari wajah kedua orangtua bayi tersebut. 

Bahkan, pasca melahirkan, kondisi ibu bayi Made Gorsi, dalam keadaan masih lemah, namun sehat, sehingga saat ini tinggal melakukan pemulihan setelah sebelumnya ada sisa plasenta pada rahimnya. 

"Ibu bayi itu masih kami rawat di salah satu ruang rumah sakit untuk nendapat perawatan usai melahirkan bayi dengan kondisi kembar siam tidak sempurna," jelas Budiantara.

Kondisi kelahiran bayi yang tidak sempurna ini, mendapatkan perhatian dari Wakil Bupati Buleleng, Nyoman Sutjidra.

 Menurut Sutjidra yang juga dokter spesialis kandungan ini, kelainan ini merupakan kelainan bawaan yang banyak saat bayi tersebut dilahirkan dan sangat langka terjadi.

Setelah dievaluasi, tim dokter yang terdiri dari beberapa spesialis sepakat untuk melakukan konsultasi kembali untuk menangani kasus kelahiran ini. Ada banyak kelainan bawaan yang diidap bayi ini, seperti kelainan pada tangan, kaki, perut dan liver. 

Sutjidra tak menampik, kondisi ini terjadi akibat oleh kehamilan yang beresiko tinggi.

"Kehamilan ini beresiko tinggi karena jarak kehamilan yang jauh, termasuk persalinannya yang juga jauh. Pada kasus ini, sang ibu mempunyai anak pertama berusia 19 tahun dan anak kedua berusia 12 tahun. Jadi jarak kehamilan dan persalinannya sangat jauh. Sudah beresiko sebenarnya," beber Sutjidra.

Kehamilan-kehamilan yang beresiko tinggi ini, harus mendapat pengawasan ketat. Bayi yang lahir dengan kelainan multiple ini agak sulit penanganannya. 

Untuk itu diakui Sutjidra, tim dokter kini masih berkonsultasi untuk mengatasi kelainan pada perut, liver dan tungkainya juga, termasuk rencana dirujuk ke RSUP Sanglah, masih akan dirundingkan pihak dokter.

"Tim dokter harus melihat kondisi bayi untuk dirujuk nantinya ke RSUP Sanglah. Kemungkinan dirujuk setelah melihat kesiapan bayi untuk mobilisasi ke RSUP Sanglah. Kami perlu konsultasi dengan dokter anak dan dokter anastesi untuk masalah tersebut. Soalnya ini sangat langka terjadi," pungkas Sutjidra. (DN - TiR).-

No comments:

Post a Comment

Redaksi DEWATA NEWS menerima komentar terkait artikel yang ditayangkan di DEWATA NEWS . Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Pembaca berhak melaporkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA. Redaksi DEWATA NEWS akan menilai laporan dan berhak memberi peringatan dan menutup akses terhadap pemberi komentar.

Terimakasih
www.dewatanews.com