HARI ini 6 Juni, 118 tahun yang lalu, telah lahir seorang pendiri bangsa bernama Koesno Sosrodihardjo yang kemudian dikenal dengan Soekarno dan akrab disapa Bung Karno.
Momen lahirnya Pancasila dan Bung Karno diperingati oleh Panitia Temu Kangen Aktivis Marhaenis 6672 pada hari Kamis (06/06) mulai pukul 17.00 Wita di Rumah almarhum Bapak Ketut Wijana yang lebih dikenal dengan nama Pak Item, Jalan A.Yani 107 Singaraja.
Selaku Ketua Panitia, Made Hardika didampingi Sekretaris Ketut Menengah menjelaskan, bahwa kegiatan memperingati lahirnya Pancasila dan Bung Karno untuk memupuk Persatuan dan Kesatuan antar generasi guna memperkokoh NKRI dan Pancasila.
Menurut Hardika, Bung Karno yang merupakan tokoh pendiri bangsa menghabiskan sebagian besar masa hidupnya untuk berpikir dan berjuang atas nama kemerdekaan bangsa Indonesia.
Soekarno lahir di Surabaya pada 6 Juni 1901, dari pasangan suami istri Raden Soekemi Sosrodihardjo dan Ida Ayu Nyoman Rai dari nama lengkap Nyoman Rai Serimben yang lahir di Banjar Baleagung, Buleleng.
Aktivis Marhaenis kelahiran Banjar Baleagung ini juga menilai, Soekarno penggali butir-butir lima sila yang digali dari perut bumi pertiwi yang menjadi dasar negara Indonesia pada 1 Juni dikenal Pancasila.
"Sebagai Proklamator RI dan Presiden RI pertama tentu banyak tulisan yang mengisahkan kehidupan sosok Bung Karno, mulai dari kisah masa kecilnya, masa perjuangannya, masa kejayaannya, hingga soal kisah cintanya", ujar Hardika.
Mantan Anggota Fraksi PDI Perjuangan DPRD Provinsi Bali Dapil Buleleng ini mengatakan, Bung Karno menjadi salah satu tokoh yang pengaruhnya paling besar dalam sejarah Indonesia hingga saat ini.
Bung Karno, lanjut Hardika, murapakn sosok cerdas dengan ragam gagasan dan ide-ide cemerlang membuatnya dikagumi banyak pihak.
Sementara Ketut Meneng yang mantan Anggota DPRD Kabupaten Buleleng dari PDI Suryadi ini tak menampik kegiatan Tersebut Kangen Aktivis Marhaenis di support putra alm.Pak Item, yakni pak Made Wijanaya yang mantan Sekda Provinsi Bali.
"Kegiatan Temu Kangen ini sebagai ajang dialog sambung rasa sesama aktivis Marhaenis", jelas Ketut Meneng.
-- Made Tirthayasa --
No comments:
Post a Comment
Redaksi DEWATA NEWS menerima komentar terkait artikel yang ditayangkan di DEWATA NEWS . Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Pembaca berhak melaporkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA. Redaksi DEWATA NEWS akan menilai laporan dan berhak memberi peringatan dan menutup akses terhadap pemberi komentar.
Terimakasih
www.dewatanews.com