Ogoh-ogoh Diiringi Sound System Bukan Budaya Bali - Dewata News

Breaking News

Gold Ads (1170 x 350)

3/5/19

Ogoh-ogoh Diiringi Sound System Bukan Budaya Bali


Denpasar, Dewata News. Com - Sehari sebelum Nyepi tepatnya pada malam pangrupukan, seluruh warga akan tumpah ruah ke jalan untuk menyaksikan pengarakan ogoh-ogoh. Nah untuk tahun ini, Pemerintah Kota Denpasar kembali melarang pengarakan boneka raksasa dengan perwujudan buta kala ini menggunakan sound system.

Keputusan dari Pemkot inipun mendapat tanggapan positif masyarakat, salah satunya tokoh muda Denpasar, I Gusti Agung Ngurah Adi Mertha,SE. Menurutnya, pengarakan ogoh-ogoh dengan diiringi sound system tidak mencerminkan budaya Bali. 

“Apalagi seperti tahun lalu, ada yang secara khusus membawa DJ untuk beratraksi di atas panggung kecil di dekat ogoh-ogohnya. Ini sudah keluar jalur dari pakem budaya kita. Saya harap ini tidak terjadi lagi,” ujarnya di Denpasar, Selasa (5/3/2019).

Menurut pria yang akrab disapa Jik Wah Uyuk, perangkat desa di masing-masing wilayahnya diharapkan turut memberikan himbauan dan juga pendampingan kepada generasi milenial ini untuk tidak lagi menggunakan sound system. "Jika menggunakan sound system sungguh menyimpang dari budaya adat Bali," ujar pria kelahiran Depansar 23 april 1980.

Lebih lanjut mengatakan, pihaknya juga mengapresiasi keputusan Pemkot yang tetap memperbolehkan parade ogo-ogoh, kendatipun dalam suasana pemilihan umum. Hal tersebut menunjukan bahwa pemerintah kota komitmen untuk melestarikan seni dan budaya Bali.

"Kalau tidak kita yang melestarikan, siapa lagi? Cuma perlu diingat, kita juga harus mendapingi para generasi milinial agar tidak menyimpang dari budaya Bali dengan wajibkan arak-arakan ogoh-ogoh menggunakan iringan gong bleganjur," jelasnya.

Sementara itu, terkait sampah yang biasanya berserakan seusai pengarakan ogoh-ogoh, pihaknya berharap warga yang menonton arak-arakan tersebut juga harus iktu berpartisipasi agar segera memungut dan membuangnya ke tempat sampah. Apalagi Perwali No. 36 Tahun 2018 tentang Pengurangan Penggunaan Plastik telah terbit. 

“Jangan biarkan bumi rusak dengan plastik, kasihan anak cucu kita nanti, karena plastik sangat susah untuk hancur dan butuh waktu ratusan tahun,” tandasnya. (DN - LiT)

No comments:

Post a Comment

Redaksi DEWATA NEWS menerima komentar terkait artikel yang ditayangkan di DEWATA NEWS . Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Pembaca berhak melaporkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA. Redaksi DEWATA NEWS akan menilai laporan dan berhak memberi peringatan dan menutup akses terhadap pemberi komentar.

Terimakasih
www.dewatanews.com