Sebagai Pendidik Harus Memiliki Taksu Agar Disegani Siswa - Dewata News

Breaking News

Gold Ads (1170 x 350)

2/13/19

Sebagai Pendidik Harus Memiliki Taksu Agar Disegani Siswa


Denpasar, Dewata News. Com - Rektor IKIP PGRI Bali, Dr. I Made Suarta,SH, M.Hum yang juga praktisi pendidikan mulai menyoroti terkait peristiwa miris seorang siswa SMP yang menantang gurunya berkelahi di Gresik, Jawa Timur. Dimana menurutnya, peristiwa tersebut sangat mencoreng dunia pendidikan di Tanah Air, bahkan nantinya kalau tidak diperhatikan serius  bisa saja terjadi di Bali. Karenanya, para pendidik harus memiliki wibawa atau taksu dalam mendidik para siswanya," ujar Suarta, Rabu (13/2).

Dikatakan, untuk menjadi guru yang metaksu tidaklah sulit. Tinggal implementasikan konsep Tri Kaya Parisudha (pikiran, perkataan dan perbuatan yang baik) dipadukan dengan penguasaan materi. "Dengan menjadi guru pendidik yang mataksu otomatis akan disegani oleh para siswanya. Sementara guru menurutnya harus berhasil menjadi sosok publik figur yang baik atau berperilaku sesuai dengan apa yang diucapkan,"  terangnya.

Lebih lanjutnya, berdasarkan dari pengalaman inkonsistensi guru terhadap waktu adalah pudarnya taksu yang menyebabkan peserta didik mulai tidak segan, ditambah cara mengajar yang monoton atau terlalu bertumpu pada materi pelajaran itu-itu saja. "Padahal guru dalam mendidik siswanya agar menjadi cerdas dan bisa berguna bagi nusa bangsa yang mesti diutamakan adalah bagaimana sepenuhnya bisa menerapkan pendidikan karakter," ucapnya.

Suarta mengingatkan, dalam hal menangani siswa brutal usia SMP dan SMA diperlukan pendekatan persuasif. Jika guru membalas dengan kekerasan, maka perkelahian tak terelakkan. Pasalnya, siswa seusia itu masih labil dan belum mengerti risiko dari perbuatannya. "Jika siswa usia SMP dan SMA berani melawan guru di depan teman-temanya akan menjadi kebanggaan, namun bukan itu tujuan utamanya untuk bisa mencari kebanggaan. Kalau ingin bisa dibanggakan harua punya preatasi yang hebat baik dibidang akademik maupun non akademik," imbuhnya.

Surta menambahkan, perlu adanya  koordinasi pendidik dengan orang tua siswa yang harus ditingkatkan. Sebab, peserta didik yang brutal lahir dari keluarga yang bermasalah. Kecanggihan teknologi komunikasi mestinya mampu dimaksimalkan seperti membuat grup WhatsApp agar pendidik dan orang tua lebih mudah mengawasi anak-anak mereka. "Selaku pemimpin institusi pencetak calon guru, rektor yang juga Pragina Arja ini mengaku memiliki tanggung jawab moral terhadap kualitas guru yang dihasilkan," tambahnya.

Lebih lanjut, ia berharap pemerintah lebih serius lagi memberikan jaminan guru dalam menjalankan profesinya. Dia meyakini tidak ada guru yang sengaja menyakiti peserta didik yang notabene anak keduanya. Hubungan guru dengan peserta didik itu sama saja dengan anak dan orang tua di rumah. Tidak ada alasan oran tua melaporkan guru ke polisi selama tindakan guru itu wajar dan bisa dimaklumi," pungkasnya. (DN - Bdi)

No comments:

Post a Comment

Redaksi DEWATA NEWS menerima komentar terkait artikel yang ditayangkan di DEWATA NEWS . Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Pembaca berhak melaporkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA. Redaksi DEWATA NEWS akan menilai laporan dan berhak memberi peringatan dan menutup akses terhadap pemberi komentar.

Terimakasih
www.dewatanews.com