Umanis Galungan, Pujawali di Pura Desa Adat Pakraman Buleleng - Dewata News

Breaking News

Gold Ads (1170 x 350)

5/31/18

Umanis Galungan, Pujawali di Pura Desa Adat Pakraman Buleleng


Buleleng, Dewata News. Com — Pada hari Kamis (31/05) Umanis Galungan ~ Wraspati Umanis Dungulan merupakan puncak Upacara Pujawali di Pura Desa Adat Pakraman Buleleng, Singaraja, Bali.

Rangkaian pujawali diawali dengan pecaruan dipimpin Jro Mangku Kahyangan Tiga disaksikan krama Tridatu, pengurus desa dan warga adat desa Pakraman Buleleng.

Pada puncak upacara, Kamis ini, upacara diawali dengan menurunkan pratima dari gedong simpen.

Usai mekala hias rangkaian upacara dilanjutkan dengan nganteb banten Piodalan Ageng. Sehingga para pemedek diberi kesempatan datang mulai pukul 13.00 Wita yang secara bergelombang guna menghaturkan sujud kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang berstana di Pura Desa Adat Pakraman Buleleng.

Sementara bunyi tetabuhan gong wanita dari Banjar Adat Banjar Paketan dan gong kebyar anak-anak mengiringi proses upacara Pujawali sore itu. Upacara pujawali dihadiri warga pemedek senantiasa dengan Pancakramaning Sembah dan nunas wangsuh pada Ida Betara. Tampak Paseban Pemangku Banjar Adat Banjar Tegal ngayah saat warga pemedeknunas wangsuh pada Ida Betara.

Kelian Desa Adat Pakraman Buleleng Nyoman Sutrisna mengatakan, piodalan di Pura Kahyangan Tiga diawali di Pura Segara Buleleng, kemudian Pura Desa pada Umanis Galungan dan pada Umanis Kuningan nanti di Pura Dalem. 

Rekonstruksi Bangunan Dengan Dana Rp850 Juta

Seperti diketahui, bahwa Pura Desa Adat Pakraman telah tuntas dengan sejumlah rekonstruksi bangunan yang meliputi Candi Bentar, Paduraksa, Bale Kulkul, Wantilan dan Kori Agung mempertahankan bentuk awal dengan ukiran khas Buleleng.

Proses rekonstruksi yang berlangsung selama empat bulan tersebut memperbaiki seluruh sudut di empat bangunan itu yang mulai keropos. Dengan dana hibah Bupati Buleleng sebesar Rp850 juta, seluruh proses rekonstruksi dapat selesai tepat waktu, dari awal pengerjaan September 2017 lalu, dan sudah dipelaspas, pertengahan Januari 2018 lalu.

Ketua panitia pembangunan Pura Bale Agung, Jro Made Arsana yang ditemui di Pura Desa Bale Agung menjelaskan, bahwa rekonstruksi yang dilakukan tetap mempertahankan bentuk aslinya. Tujuannya untuk melestarikan ukiran khas Buleleng yang berbeda dengan ukiran Bali Selatan. Ukiran khas Buleleng yang terpahat di bangunan Pura Bale Agung Buleleng pun diyakni sudah berumur ratusan tahun.

”Tidak ada perubahan apapun, misalnya ada ornamen yang keropos, itu saja yang diperbaiki, sesuai dengan harapan pak Bupati untuk melestarikan ukiran khas Buleleng,” katanya.

Sementara itu Kelian Desa Pakraman Nyoman Sutrisna mengaku optimis dengan direkonstruksinya ornamen Pura Bale Agung sesuai aslinya akan menambah daya tarik bagi wisatawan. Selain itu, ukiran khas Buleleng yang dipertahankan pada ornamen menambah kesan kuno dan sakral dari Pura yang diperkirakan ada sejak tahun 1930 ini.

”Ke depannya kalau dikembangkan sebagai destinasi wisata saya sangat setuju. Apalagi pura ini merupakan pintu masuk dari kegiatan wisatawan yang akan menuju Kota Singaraja,” ungkap dia.

Pura Desa Bale Agung Pakraman Buleleng ini pun kedepannya akan dirancang masuk dalam city tourBuleleng. Sutrisna pun berharap setelah ditata kembali, Pura Desa Bale Agung Pakraman Buleleng ini dapat menjadi acuan masyarakat Buleleng untuk kembali ke pelestarian seni ukiran khas yang dimiliki.


Ia pun menjelaskan keberadaan Pura Bale Agung yang sangat erat kaitannya dengan ibunda Bung Karno, Rai Srimben, sebagai heritage di Singaraja tentu akan menambah destinasi di Buleleng. Bahkan, keberadaan pura ini nantinya bisa berkolaborasi dengan Taman Bung Karno di Sukasada, sehingga saling menopang. Meski dibuka untuk pariwisata umum, Sutrisna yang juga menjabat sebagai Kepala Dinas Pariwisata Buleleng mengaku akan tetap menjaga kesakralan pura.  (DN ~ TiR).—

No comments:

Post a Comment

Redaksi DEWATA NEWS menerima komentar terkait artikel yang ditayangkan di DEWATA NEWS . Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Pembaca berhak melaporkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA. Redaksi DEWATA NEWS akan menilai laporan dan berhak memberi peringatan dan menutup akses terhadap pemberi komentar.

Terimakasih
www.dewatanews.com