Pada Pengerupukan Selasa Petang Ini, 861 Ogoh-Ogoh Diarak di Buleleng - Dewata News

Breaking News

Gold Ads (1170 x 350)

3/8/16

Pada Pengerupukan Selasa Petang Ini, 861 Ogoh-Ogoh Diarak di Buleleng


                                     Ogoh-ogoh Desa Adat Pakraman Kalibukbuuk, Lovina

Buleleng, Dewata News.com — Pada saat malam pengerupukan, Selasa (08/03) petang ini, setidaknya ada  861 ogoh-ogoh yang akan diarak di seluruh wilayah Buleleng. Jumlah terbesar ada di Kota Singaraja dalam wilayah Desa Adat Pakraman Buleleng sebanyak 161 ogoh-ogoh.

    Ketua Majelis Madya Desa Pakraman (MMDP) Buleleng, Dewa Putu Budarsa mengatakan, saat malam pengerupukan, setiap pengusung ogoh-ogoh tidak boleh melewati batas desa pakraman saat pawai. Alasannya agar tidak terjadi gesekan antar desa saat pawai.

    “Kami tetap berkoordinasi dengan kelian-kelian desa pakraman dan pecalang untuk mengawasi dari saat upacara pengerupukan di masing-masing catus pata, mengarak ogoh-ogoh, karena pada saat mengarak ogoh-ogoh itu kami intruksikan jangan melewati desa pakraman,” katanya.           
   Sementara itu, sebanyak 5.070 pecalang yang tersebar di 169 Desa Adat Pakraman se-Buleleng akan mengamankan Hari Raya Nyepi Caka 1938, baik saat perayaan malam pengerepukan pada Selasa (08/03) maupun saat sipeng pada Rabu (09/03).

    ”Saat pelaksanaan sipeng, pecalang juga akan mengawasi setiap desa pakramannya. Setiap orang tidak diperkenankan keluar dari rumah tanpa alasan yang darurat. Jika ada yang melanggar, maka akan dikenakan sanksi sesuai awig-awig desa pakraman masing-masing,” kata Ketua MMDP Kabupaten Buleleng Dewa Putu Budiasa di Singaraja, Senen (07/03).

    Menurut Dewa Putu Budarsa, akan ada 30 pecalang di setiap desa pakraman untuk mengamankan Nyepi. “Pecalang akan menjadi prioritas saat pengamanan rangkaian Nyepi di setiap desa pakraman. Mereka akan berkoordinasi dengan petugas keamanan di masing-masing desa, baik Babinsa maupun Babinkamtibas,” ujarnya.

    MMDP, lanjut dia, juga telah menjalin kesepakatan dengan umat beragama se-Buleleng berupa seruan. Bagi umat Hindu sendiri, harus selalu menjaga ketertiban dan keamanan serta bekerjasama dengan umat beragama yang lain.

     “Selain umat Hindu di dalam melaksanakan ibadah tetap mengacu seruan bersam di masing-masing rumah atau tempat ibadah terdekat tanpa mengendarai kendaraan bermotor untuk bertransportasi. Loudpeaker diarahkan ke dalam bila perlu tidak memakai loudspeaker,” katanya.

     Di sisi lain, ada tambahan upacara ngaturang gurupiduka saat pengerupukan, karena Nyepi kali ini bertepatan dengan gerhana matahari total. Ini sesuai arahan dari Parisada Hindu Dharma (PHDI) Pusat.
     Ngaturang gurupiduka itu menurutnya untuk menghaturkan doa kepada Dewa Surya. Tujuannya untuk memohon ampunan kepada Dewa Surya.

     “Kami di Hindu punya persembahyangan sehari sebelum upacara sipeng Nyepinya, saat pengeriupakan melakukan persembahyangan bersama untuk menghayati Dewa Surya, karena di dalam tambahan upacara pengerupukan ada ngaturang gurupiduka, pada saat itu kami mohon ampunan kepada Dewa Surya. Ada imbuhan upacaranya dengan menambahkan banten dengan banten gurupiduka,” imbuhnya. (DN ~ TiR).—

No comments:

Post a Comment

Redaksi DEWATA NEWS menerima komentar terkait artikel yang ditayangkan di DEWATA NEWS . Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Pembaca berhak melaporkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA. Redaksi DEWATA NEWS akan menilai laporan dan berhak memberi peringatan dan menutup akses terhadap pemberi komentar.

Terimakasih
www.dewatanews.com