Buleleng,
Dewata News.com — Pada saat
malam pengerupukan, Selasa (08/03) petang ini, setidaknya ada 861 ogoh-ogoh yang akan diarak di seluruh
wilayah Buleleng. Jumlah terbesar ada di Kota Singaraja dalam wilayah Desa Adat
Pakraman Buleleng sebanyak 161 ogoh-ogoh.
Ketua Majelis Madya Desa Pakraman (MMDP) Buleleng, Dewa Putu Budarsa
mengatakan, saat malam pengerupukan, setiap pengusung ogoh-ogoh tidak boleh
melewati batas desa pakraman saat pawai. Alasannya agar tidak terjadi gesekan
antar desa saat pawai.
“Kami tetap berkoordinasi dengan kelian-kelian desa pakraman dan
pecalang untuk mengawasi dari saat upacara pengerupukan di masing-masing catus
pata, mengarak ogoh-ogoh, karena pada saat mengarak ogoh-ogoh itu kami
intruksikan jangan melewati desa pakraman,” katanya.
Sementara itu, sebanyak 5.070 pecalang yang tersebar di 169 Desa Adat Pakraman
se-Buleleng akan mengamankan Hari Raya Nyepi Caka 1938, baik saat perayaan
malam pengerepukan pada Selasa (08/03) maupun saat sipeng pada Rabu (09/03).
”Saat pelaksanaan sipeng, pecalang juga akan mengawasi setiap desa
pakramannya. Setiap orang tidak diperkenankan keluar dari rumah tanpa alasan
yang darurat. Jika ada yang melanggar, maka akan dikenakan sanksi sesuai awig-awig
desa pakraman masing-masing,” kata Ketua MMDP Kabupaten Buleleng Dewa Putu
Budiasa di Singaraja, Senen (07/03).
Menurut Dewa Putu Budarsa, akan ada 30 pecalang di setiap desa pakraman
untuk mengamankan Nyepi. “Pecalang akan menjadi prioritas saat pengamanan
rangkaian Nyepi di setiap desa pakraman. Mereka akan berkoordinasi dengan
petugas keamanan di masing-masing desa, baik Babinsa maupun Babinkamtibas,”
ujarnya.
MMDP, lanjut dia, juga telah menjalin kesepakatan dengan umat beragama
se-Buleleng berupa seruan. Bagi umat Hindu sendiri, harus selalu menjaga
ketertiban dan keamanan serta bekerjasama dengan umat beragama yang lain.
“Selain umat Hindu di dalam melaksanakan ibadah tetap mengacu seruan
bersam di masing-masing rumah atau tempat ibadah terdekat tanpa mengendarai
kendaraan bermotor untuk bertransportasi. Loudpeaker diarahkan ke dalam bila
perlu tidak memakai loudspeaker,” katanya.
Di sisi lain, ada tambahan upacara ngaturang gurupiduka saat pengerupukan, karena Nyepi kali ini bertepatan
dengan gerhana matahari total. Ini sesuai arahan dari Parisada Hindu Dharma
(PHDI) Pusat.
Ngaturang gurupiduka itu menurutnya untuk menghaturkan doa kepada Dewa
Surya. Tujuannya untuk memohon ampunan kepada Dewa Surya.
“Kami di Hindu punya persembahyangan sehari sebelum upacara sipeng
Nyepinya, saat pengeriupakan melakukan persembahyangan bersama untuk menghayati
Dewa Surya, karena di dalam tambahan upacara pengerupukan ada ngaturang
gurupiduka, pada saat itu kami mohon ampunan kepada Dewa Surya. Ada imbuhan
upacaranya dengan menambahkan banten dengan banten gurupiduka,” imbuhnya. (DN ~
TiR).—


No comments:
Post a Comment
Redaksi DEWATA NEWS menerima komentar terkait artikel yang ditayangkan di DEWATA NEWS . Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Pembaca berhak melaporkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA. Redaksi DEWATA NEWS akan menilai laporan dan berhak memberi peringatan dan menutup akses terhadap pemberi komentar.
Terimakasih
www.dewatanews.com