Denpasar, Dewata News. Com - Berbagai program pembangunan yang tengah dilaksanakan pemerintah tak akan membuahkan hasil optimal jika tidak dibarengi peran aktif dan partisipasi dari seluruh komponen masyarakat. Bertolak dari hal tersebut, Wakil Gubernur Ketut Sudikerta mendorong masyarakat untuk meningkatkan partisipasi dalam mensukseskan berbagai program pembangunan yang tengah dilaksanakan. Harapan itu disampaikan dalam orasinya di Podium Bali Bebas Bicara Apa Saja (PB3AS), Minggu (28/2).
Lebih jauh, Wagub Sudikerta mencontohkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan infrastruktur.
"Jika melihat jalan berlubang yang sekiranya bisa diatasi, lakukan langkah sementara seperti menambal dengan semen. Selanjutnya baru dilaporkan ke pihak yang berwenang," ujar Sudikerta seraya mengingatkan masyarakat agar tidak cuek.
Menurut Sudikerta, pembangunan infrastruktur menjadi salah satu prioritas Pemprov Bali dalam program Bali Mandara Jilid II. Dia berkeyakinan, dengan partisipasi seluruh komponen, pembangunan akan berjalan lebih optimal.
Pada bagian lain, Wagub Sudikerta kembali menyinggung tantangan yang tengah dihadapi sektor pariwisata sejalan dengan kebijakan pusat menggenjot pembangunan 10 destinasi wisata di luar Bali. Menurutnya, hal ini harus disikapi dengan langkah strategis dan inovatif di bidang kepariwisataan. Dalam kesempatan itu, Wagub Sudikerta juga angkat bicara soal fenomena LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender) yang belakangan menjadi trending topic. Menurutnya, LGBT merupakan kelompok orang yang sakit dan perlu dibantu untuk sembuh.
"Persoalan ini tak bisa disikapi secara emosional. Selain faktor dari dalam diri mereka sendiri, lingkungan juga akan sangat membantu proses penyembuhan mereka," ujarnya.
Masih terkait dengan penyimpangan norma kesusilaan, dia juga menyoroti prosesi pernikahan sejenis yang berlangsung pada sebuah hotel di Bali dan terekspose di media beberapa waktu yang lalu. Kata dia, ajaran agama manapun tak membenarkan pernikahan yang dilakukan sesama jenis. Karena itu, dia mengingatkan agar masyarakat dan lingkungan sekitar tak melakukan pembiaran terhadap tindakan seperti itu. Selain itu, dia juga berharap adanya penerapan sanksi berat sesuai regulasi yang berlaku.
"Sanksi berat itu akan membuat efek jera bagi si pelaku. Di sini, Desa Pakraman sangat memegang peranan," imbuhnya.
Berikutnya tampil Sekretaris Paruman Walaka PHDI Bali I Made Suasti Puja. Dalam orasinya, dia memaparkan pandangan Hindu soal fenomena LGBT. Menurutnya, sebagai mahluk hidup, keberadaan LGBT dapat diterima. Namun dengan catatan, mereka tetap berada di jalan dharma, dapat mengendalikan indria dan tak mempengaruhi orang lain. Dia lantas mencontohkan sosok Srikandi dalam cerita Mahabrata. Dengan tujuan memenangkan Dharma, sosok wanita dalam cerita pewayangan ini digambarkan berperilaku laki-laki. Namun Swasti Puja menegaskan bahwa Agama Hindu tak membenarkan tindak penyimpangan seksual, apalagi pernikahan sesama jenis.
Dalam kesempatan itu, dia juga mengingatkan agar orang tua menanamkan nilai-nilai agama sejak dini pada anak-anak untuk menangkal perilaku menyimpang.
Prof. Ketut Sukardika yang tampil berikutnya berorasi tentang pentingnya upaya untuk meningkatkan kualitas tenaga medis di tengah persaingan yang makin ketat. Selain itu, Sukardika juga menyinggung peluang pengembangan pariwisata khusus wisatawan lanjut usia. Sementara Wayan Wisnaya dan Lanang Sudira dalam orasinya menyampaikan manfaat positif pelaksanaan PB3AS sebagai ajang untuk memotivasi masyarakat agar lebih berani bicara. (DN - HuM)
No comments:
Post a Comment
Redaksi DEWATA NEWS menerima komentar terkait artikel yang ditayangkan di DEWATA NEWS . Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Pembaca berhak melaporkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA. Redaksi DEWATA NEWS akan menilai laporan dan berhak memberi peringatan dan menutup akses terhadap pemberi komentar.
Terimakasih
www.dewatanews.com