Puluhan Pemuda Bali Belajar Perubahan Iklim - Dewata News

Breaking News

Gold Ads (1170 x 350)

11/17/15

Puluhan Pemuda Bali Belajar Perubahan Iklim


Denpasar, Dewata News. Com - Menjelang perundingan perubahan iklim internasional yang lebih dikenal dengan Conference of Parties (COP) yang ke-21 pada bulan Desember 2015 di Paris, Rachmat Witoelar sebagai Utusan Khusus Presiden untuk Pengendalian Perubahan Iklim (UKP-PPI) mengajak para pemuda untuk lebih aktif dalam menyikapi perubahan iklim. 

Hal ini dilakukan melalui penyelenggaraan Youth for Climate Camp (YFCC) 2015 yang melibatkan ratusan mahasiswa/i dan siswa/i dari institusi pendidikan di Indonesia. Di Bali, kegiatan YFCC 2015 ini diadakan selama sehari penuh di Berry Biz Hotel, Sunset Road Bali, pada (17/11). 

YFCC 2015 yang diselenggarakan oleh The Climate Reality Project Indonesia bekerjasama dengan Kantor Utusan Khusus Presiden untuk Pengendalian Perubahan Iklim merupakan acara tahunan sejak tahun 2011. Tujuan dari kegiatan ini adalah agar generasi muda Indonesia dari berbagai latar belakang agama dapat menjadi agent of change sebagai penggerak aksi perubahan iklim di lingkungannya. Kegiatan YFCC di Bali ini bertemakan Local Food, Tourism, and Climate Change.

Peserta juga dilatih untuk menjadi “pejuang iklim”, yaitu yang menyebarkan informasi perubahan iklim kepada rekan-rekan mahasiswa di kampus serta masyarakat umum melalui jurnalisme dan kampanye, baik melalui sosial media maupun seminar edukasi. Para alumni YFCC memiliki tagar di sosial media yaitu #pejuangiklim. 


Dalam sesi Pembukaan dan Media Briefing yang bertempat di Berry Biz Hotel, tampak hadir Amanda Katili Niode Ph.D, Manager the Climate Reality Project Indonesia yang juga merupakan Ketua Tim Ahli Utusan Khusus Presiden untuk Pengendalian Perubahan Iklim; serta Bayu Amus, Tourism Expert and Food 

Rachmat Witoelar, selaku Utusan Khusus Presiden untuk Pengendalian Perubahan Iklim menyatakan jika dampak dari perubahan iklim ini akan semakin parah dari waktu ke waktu. Terlebih jika tidak ada aksi signifikan untuk mengurangi emisi karbon. 

"Yang paling rentan sebenarnya adalah generasi muda sekarang, karena mereka lah yang paling terdampak di masa depan. Oleh karena itu, menjelang COP21 di Paris yang menentukan nasib dunia ini, kita harus memberi porsi lebih bagi generasi muda. Kita harus dengarkan aspirasi mereka, ide-ide mereka, dan apa yang mereka harapkan dari COP21. Karena apa yang kita putuskan di perundingan nanti, generasi muda lah yang menanggung," ujarnya.

Tak hanya Rachmat Witoelar, Amanda Katili Niode selaku Manager the Climate Reality Project Indonesia menyatakan jika ancaman perubahan iklim sekarang sudah semakin nyata. Dirinya juga mengungkapkan jika hal ini membutuhkan aksi skala global. 

"Penduduk dunia, khususnya generasi muda, harus aktif mencari tau informasi mengenai perubahan iklim, kemudian juga menyebarkannya pada yang lain, serta melakukan aksi untuk mengurangi emisi gas rumah kaca. Melalui Youth for Climate Camp 2015 di Bali ini, pemuda Indonesia, khususnya di Bali, dapat menjadi garda depan gerakan tersebut. Mereka harus mencari dan menyebarkan informasi, serta melakukan aksi," ucapnya.

Sedangkan Bayu Amus yang merupakan Tourism Expert dan Food Blogger menyatakan nantinya pada tahun 2050, sektor pariwisata akan menyumbang sekitar 40% dari emisi karbon dunia. 

"Karena itu kita harus secara sadar menerapkan sustainable tourism. Penerapannya sendiri perlu kerjasama dari pemangku kepentingan yaitu pemerintah, LSM, Komunitas Lokal, dan dari kita semua sebagai turis. Salah satu wujud dari sustainable tourism adalah dengan memberikan dukungan aktif terhadap para pelaku bisnis pariwisata dan makanan lokal. Selain dari alasan sustainable tourism, konsumsi makanan lokal sebenarnya memiliki peran penting juga untuk melestarikan kuliner tradisional Indonesia," ungkapnya.

Menurut Deputy to Assistant UKP-PPI Lia Zakiyyah. selain di Bali, kegiatan YFCC 2015 juga diselenggarakan di Jawa Barat, Jawa Timur, dan Makassar. (DN - AN)

No comments:

Post a Comment

Redaksi DEWATA NEWS menerima komentar terkait artikel yang ditayangkan di DEWATA NEWS . Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Pembaca berhak melaporkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA. Redaksi DEWATA NEWS akan menilai laporan dan berhak memberi peringatan dan menutup akses terhadap pemberi komentar.

Terimakasih
www.dewatanews.com