DAERAH karya tak lantas membuat masyarakatnya berjaya, bahkan sebagian masyarakat cenderung tak berdaya. Meski pemerintah mengklaim kemiskinan telah jauh menurun dari tahun ke tahun, tetap saja kemiskinan masih ada.
Kabupaten Badung contohnya. Meski kabupaten ini kesohor sebagai
kabupaten yang terkaya se Bali, bahkan dengan pendapatan terbesar nomor
dua seIndonesia., bukan berarti kemiskinan tak menghinggapi
masyarakatnya.Dari data yang disajikan Dinas Sosial dan Tenaga Kerja
(Disosnaker) Badung pada tahun 2015, masih terdapat sekitar 9.043 orang
miskin.
Jumlah tersebut tersebar di enam kecamatan di Kabupaten Badung.
Masyarakat perkotaan Mangupura (Ibu Kota Kabupaten Badung) yang berada
di Kecamatan Mengwi, justru disebut-sebut paling banyak menyumbang
warga miskin. Lalu disusul Kecamatan Abiansemal, Petang, Kuta Utara,
Kuta dan beberapa di Kecamatan Kuta Selatan.
Kepala Disosnaker Badung, Ida Bagus Oka Dirga, Selasa (22/9) kemarin
menjelaskan, angka kemiskinan tersebut telah ditekan dari tahun 2014
yang mencapai 12 ribu warga miskin, di mana tahun 2015 telah berkurang
menjadi 9.000 lebih. Kemiskinan tersebut disebankan oleh beberapa
faktor, dan faktor yang paling dominan adalah berada pada “zona nyaman
kemiskinan”. Artinya kata dia, warga yang masih tergolong miskin tidak
giat untuk bekerja. Kebanyakan dari mereka malas berusaha dan malas
kerja,” ucapnya.
Lanjut Dirga, rata-rata warga telah berpendidikan SMA yang mestinya
mampu berebut peluang kerja yang tersedia di Kabupaten Badung, namun
kenyataanya masih ada yang tidak jeli memanfaatkan peluang tersebut.
Data warga miskin Badung yang mencapai 9.000 lebih tersebut
beradasarkan data yang dilaporkan ke Pusat Data Kemiskinan Sosial
pemerintah pusat. Pelaporan tersebut dengan tujuan untuk mendapat
bantuan dari pemerintah pusat melalui program “kartu sakti” Presiden
Joko Widodo.
“Itu data yang kita laporkan ke pusat. Mungkin setelah
didata ulang akan ada perubahan,” kata Oka Dirga, meski ada perubahan
kemungkinan angka yang telah dilaporkan tidak banyak perubahan.
Badung, kata Oka Dirga, sebenarnya telah memiliki berbagai program
untuk mengentaskan kemiskinan. Diantaranya, memberikan bantuan-bantuan,
bedah rumah dan membantu biaya pendidikan bagi siswa miskin. Selain itu,
demi menyerap tenaga kerja pihaknya secara rutin menggelar bursa
lowongan kerja (job fair), dengan melibatkan perusahan baik lokal,
nasional dan bahkan internasional. Sehingga, tidak ada istilah sulit
mencari kerja. “Kalau mereka mau kerja, pasti dapat kerja. Ikuti saja
job fair,” sarannya.
Untuk diketahui, APBD induk 2015 Rp 3,5 triliun, kemudian pada
APBD-Perubahan tahun 2015 anggaran belanja melonjak hingga Rp 500
miliar. Sehingga, APBD perubahan 2015, anggaran belanja mencapai Rp 4
triliun.(DN ~ PB).-
No comments:
Post a Comment
Redaksi DEWATA NEWS menerima komentar terkait artikel yang ditayangkan di DEWATA NEWS . Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Pembaca berhak melaporkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA. Redaksi DEWATA NEWS akan menilai laporan dan berhak memberi peringatan dan menutup akses terhadap pemberi komentar.
Terimakasih
www.dewatanews.com