Pemkab Buleleng Kurang Dukung Desa Wisata Potensial Munduk - Dewata News

Breaking News

Gold Ads (1170 x 350)

6/12/15

Pemkab Buleleng Kurang Dukung Desa Wisata Potensial Munduk


Buleleng, Dewata News.com — Buleleng dikenal dengan tofografi wilayahnya nyegara Gunung. Kabupaten paling utara di Pulau Bali itu tidak bisa dipisahkan dari potensi pemandangan panorama alam. Kondisi ini secara otomatis memunculkan adanya potensi pengembangan pariwisata alam yang tidak kalah dengan di daerah lain. 

    Desa-desa di Bali Utara memiliki pemandangan alam indah. Tak heran belakangan ini mulai dilirik wisatawan asing untuk berlibur. Selain potensi alamnya nan indah, desa-desa di Buleleng dikunjungi wisman karena memiliki tradisi unik, budaya, dan aktivitas pertanian dan juga perkebunan yang dilakukan dengan cara tradisional.

    Salah satu desa di Buleleng yang ramai dikunjungi tamu mancanegara adalah Desa Munduk, Kecamatan Banjar. Warga di desa ini telah berhasil mengembangkan dan mengelola potensi pariwisata dengan baik. Warga di desa berhawa sejuk itu kini banyak mengelola akomodasi wisata. Seperti home stay, guest house, dan restoran. Selain itu, warga juga banyak menjadi pemandu tamu asing yang berlibur di Munduk.
 
                       
     Keterlibatan warga lokal ini berkat kebijakan pihak desa pakraman melalui awig-awig yang  membatasi pengelolaan akomodasi pariwisata dilakukan oleh pemilik modal (investor-red). Tak heran, jika usaha dibidang pariwisata ini kini menjadi penghasilan tambahan warga pribumi selain mengandalkan hasil panen cengkeh atau kopi.

    Putu Ardana salah satu pelaku pariwisata di Desa Munduk, menceritakan, potensi pariwisata di desanya itu sebenarnya tercipta dengan sendirinya. Bahkan, sejak dahulu tamu asing sudah datang ke desa yang terkenal dengan hasil cengkeh dan kopi tersebut. 

     Salah satu bukti desa ini sudah pernah dikunjungi wisatawan mancanegara (wisman) adalah sebuah bangunan tempat peristirahatan (pesanggrahan-red). Bangunan di pusat desa ini berarsitektur jaman Belanda. Konon, tamu mancanegara sering memanfaatkan bangunan pesanggrahan itu saat berkunjung ke Desa Munduk. 

    ‘’Kalau dari sejarah pariwisata di Munduk ada dengan sendirinya. Selain bangunan pesanggrahan jaman Belanda, ada bukti lain pemenang nobel sastra terbaik asal India,  Rabindranath Tagore pernah menginap di Munduk,’’ katanya.

    Sekitar tahun 1992, lanjut Ardana, salah seorang pelaku pariwisata Nyoman Bagiarta pertama kali membangun fasilitas penginapan di Munduk. Upaya yang dilakukan itu awalnya justru dicibir. Banyak pihak tidak yakin tamu asing mau berkunjung ke Munduk. 

     Rupanya anggapan itu tidak benar adanya. Tamu mancanegara justru mulai tertarik berkunjung ke Munduk. Sejak itu, penginapan lain pun mulai bertambah. Menariknya, pengembangan fasilitas akomodasi wisata itu banyak digeluti  warga lokal.  

            
    ‘’Dulu apa yang dilakukan Pak Bagiarta itu banyak  mencibir. Banyak kalangan tidak yakin ada tamu berkunjung ke desa kami. Meski banyak cibiran rupanya tamu mulai tertarik berkunjung. Akhirnya pengembangan akomodasi wisata  digeluti warga lokal,’’ tegasnya.

     Meski pengelola warga lokal yang notabene kemampuan sumber daya menusia (SDM) masih lemah, kondisi itu tidak menghalangi warga terus berusaha mengelola potensi pariwisata Desa Munduk. Dengan modal penginapan model home stay, guest house atau mengantar tamu tracking, warga belajar berinteraksi dengan wisatawan dan mempromosikan fasilitas akomodasi wisata yang mereka jual. Pola seperti ini membuahkan hasil. Tingkat kunjungan wisatawan mancanegara ke Desa Munduk dala setahun berada pada kisaran 50 persen.

   Dominasi kunjungan wisatawan ke Munduk dari Eropa, Francis, Jerman, dan Belanda. Wisatawan asing tertarik ke Munduk karena panorama alam yang masih alami. Selain itu ada aktivitas pertanian, seperti melihat hamparan kebun kopi dan cengkeh. Terkadang tamu juga melihat aktivitas pengolahan hasil kebun milik warga. Suasana alam yang tenang ini disukai tamu asing. Mereka bersantai sambil membaca buku. Selain itu, di desa ini juga kaya seni, budaya dan kesenian tradisional megangsing. Semuanya tetap lestari hingga kini.

    Potensi itu diminati wisatawan asing. Rata-rata tarif kamar penginapan di sini paling murah Rp 100.000 sampai termahal Rp 1,2 juta tiap malam. Sedangkan  tarif penginapan kelas home stay Rp 150.000 hingga Rp 250.000 tiap malam.

    Ditanya dukungan instansi terkait dalam pengelolaan potensi wisata di Desa Munduk, Ardana mengatakan sangat kurang. Bukannya membantu, namun pemerintah justru mewajibkan pihak desa menyetorkan pendapatan dari sektor pariwisata kepada pemerintah daerah. 

     Seperti, retribusi dari air terjun di Melanting. Kini rutin diminta pemerintah daerah sebesar 50 persen. Sisanya lagi 50 persen baru dibagi untuk desa dinas dan desa pekraman.

     ‘’Dukungan dari pemerintah sejak awal bisa dibilang kurang. Bukannya membantu, tapi pemerintah justru  meminta hasil kepada desa seperti retribusi air terjun melanting, dan akomodasi wisata di sini sudah dipungut pajak,’’ tegasnya. (DN~*).—

No comments:

Post a Comment

Redaksi DEWATA NEWS menerima komentar terkait artikel yang ditayangkan di DEWATA NEWS . Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Pembaca berhak melaporkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA. Redaksi DEWATA NEWS akan menilai laporan dan berhak memberi peringatan dan menutup akses terhadap pemberi komentar.

Terimakasih
www.dewatanews.com