KOMPAS/PRIYOMBODO
Aktivitas pengisian bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi jenis premium untuk Umum di (SPBU) .
Buleleng,
Dewata News.com — Rencana
pemerintah bakal mengganti BBM jenis premium dengan pertalite mendapat reaksi
dari masyarakat, khususnya kalangan sopir angkutan penumpang umum. Bahkan, BBM
jenis pertalite sebagai pengganti premium belum muncul, ternyata ada di antara SPBU
yang ada di Kota Singaraja dan sekitarnya sudah tidak menjual premium, kecuali
Partamax dan solar.
Hilangnya BBM jenis premium ini terpantau Dewata News, sejak beberapa
hari ini, dan bahkan, di tempat pembelian premium itu sudah dipasang pengumuman
Premium diganti Pertalite.
Beberapa pengendara sepeda motor yang sudah masuk ke areal SPBU
Sukasada, meski diselimuti rasa kecewa akhirnya membeli Partamax, dari pada
tangki sepeda motor miliknya kosong. Namun, bagi mereka yang stock di tangki
motor maupun mobil masih ada, langsung meninggalkan areal SPBU Sukasada.
Pengusaha SPBU Sukasada belum sempat dimintai konfirmasi, terkait sudah
menyetop jatah premium seperti hari-hari sebelumnya.
Para sopir angkutan penumpang umum tidak sependapat dengan rencana
pemerintah untuk mengganti BBM jenius premium dengan jenis Pertalie. Mereka itu
lebih cendrung memilih BBM jenis premium dengan harga lebih murah. Kenapa?
Karena makin sepinya masyarakat menggunakan angkutan penumpang umum, sehingga
pendapatan sopir secara tidak langsung mempengaruhi untuk memilih BBM jenis
Pertalite.
Sementara pemerintah menyakini BBM pertalite lebih baik kualitasnya dibandingkan jenis premium. Sebab, BBM jenis pertalite memiliki kadar Research Octane Number (RON 90), lebih tinggi dibandingkan premium RON 88. Di mana mesin kendaraan menjadi lebih halus, dan ramah lingkungan.
Sopir angkutan umum menilai pembatasan BBM bersubsidi jenis premium oleh
pemerintah, untuk digantikan BBM jenis pertalite membuat sopir keberatan,
terutama menyikapi harga pertalite lebih tinggi dibandingkan premium.
Estimasi harga pertalite diperkirakan antara Rp7.400 - Rp8.600, masih
berada di atas premium dan di bawah pertamax. “Kami lebih memilih premium
dengan harga lebih murah, ini juga karena pendapatan pas-pasan dari ongkos
menarik penumpang tidak seberapa dalam situasi sepi penumpang,” ujar salah
seorang sopir angkutan enumpang umum jurusan Banyuasri Singaraja-Seririt maupun
Banyuasri Singaraja-Sukasada.
Sopir angkutan lainnya juga mengomentari kebijakan pemerintah itu, karena perubahan penggunaan BBM jenis premium menjadi pertalite, masih belum ada informasi kepada kalangan sopir di tingkat bawah.
Sebut saja Pasek nama sopir angkutan penumpang umum jurusan Terminal
Banyuasri, Singaraja – Seririt mengatakan, dalam sehari memerlukan 12 liter
premium untuk keliling mencari muatan penumpang. Belakangan terakhir dia masih
tetap menarik tarif angkutan jurusan Singaraja-Seririt Rp10 ribu per orang.
Sementara jumlah penumpang tidak menentu,dan lebih sering sepi, bahkan penumpang
sering berulah dengan membayar kurang
dari ketentuan kenaikan tarif sopir angkutan. ”Soal BBM bersubdisi saja’kan
belum jelas aturannya dengan kami sopir angkutan. Ketika BBM jenis premium naik,
kami juga tidak ada menaikkan tarif, dan masih pakai tarif lama, sementara
tidak sedikit penumpang bayarnya kurang dari tarif sebenarnya,” imbuhnya.
(DN~*).—
No comments:
Post a Comment
Redaksi DEWATA NEWS menerima komentar terkait artikel yang ditayangkan di DEWATA NEWS . Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Pembaca berhak melaporkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA. Redaksi DEWATA NEWS akan menilai laporan dan berhak memberi peringatan dan menutup akses terhadap pemberi komentar.
Terimakasih
www.dewatanews.com