Sukses Digelar! Sthala Ubud Village Jazz Festival 2025 Sajikan Jazz Berkelas Lintas Benua - Dewata News

Breaking News

Gold Ads (1170 x 350)

8/3/25

Sukses Digelar! Sthala Ubud Village Jazz Festival 2025 Sajikan Jazz Berkelas Lintas Benua

 


Gianyar, dewatanews.com - Sthala Ubud Village Jazz Festival (UVJF) 2025 sukses digelar di Sthala, a Tribute Portfolio Hotel by Marriott, Lodtunduh. Berlangsung dua hari tanggal 1 & 2 Agustus 2025, event musik jazz paling dinanti di Bali ini menghadirkan pertunjukan jazz lintas benua, memadukan musisi lokal dan internasional dalam rangkaian penampilan yang berlangsung di dua panggung utama, Subak Stage dan Giri Stage dengan total 3.000 pengunjung.
 
Pembukaan UVJF 2025 pada tanggal 1 Agustus 2025 diawali dengan sambutan dari sejumlah tokoh, termasuk Heru Djatmiko (Head of Ticketing UVJF), Lasta Arimbawa (General Manager Sthala), Prof. Dr. Ir. Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati, Msi (Ketua PHRI dan perwakilan Puri Ubud), serta Ida Ayu Indah Yustikarini, S.S., M.Hum (Kepala Divisi Pemasaran Dinas Pariwisata Provinsi Bali), yang juga secara resmi membuka festival.
 
Dalam sambutannya, Prof. Tjokorda Oka menyampaikan apresiasi kepada penyelenggara: “Terima kasih kepada UVJF yang telah konsisten melaksanakan acara ini sebagai sebuah atraksi luar biasa untuk Ubud. Musik jazz bisa masuk ke Ubud, dan ke depan, acara seperti ini harus selalu direncanakan dan dilanjutkan,” ujarnya.
 
Pembukaan dilanjutkan dengan pemukulan simbal secara simbolis oleh co-founder UVJF Yuri Mahatma, A.A. Anom Darsana, dan perwakilan Dinas Pariwisata Gianyar. Momen ini disambut dengan fanfare dari East West European Jazz Orchestra (EWEJO) sebelum sesi foto bersama dan dilanjutkan dengan penampilan mereka.
 
Hari pertama festival menyajikan delapan penampilan dari musisi dengan latar dan warna musik beragam. Smokey Chamber Trio (Indonesia) membuka Subak Stage dengan format intim dan komposisi orisinal seperti Kesari (Eko Sumarsano) dan Free Delivery (Yuri Mahatma).
 
Di Giri Stage, band asal Jerman SILK membawakan deretan lagu funk dan soul, mulai dari Tiki Hut Strut (Cory Wong) hingga Boogie Down (Al Jarreau, Michael Omartian), menyalakan energi di awal festival. EWEJO menghadirkan kekuatan big-band jazz dengan aransemen seperti Chega de Saudade (Carlos Jobim) dan Street Life (Joe Sample), berpadu dengan vokal Dian Pratiwi yang kembali tampil di tanah air. Duo Jazz Steps (Vietnam) menampilkan kolaborasi unik jazz modern dan ritme tradisional Vietnam, sementara New Centropezn Quartet (Rusia) membawa pengaruh soul dan folk Armenia dalam repertoar mereka.
 

Di Subak Stage, Astrid Sulaiman bersama Soukma dan Doni Wirandana menghadirkan komposisi pribadi seperti Motherhood dan Midnight in Mumbul dan lagu-lagu daerah Indonesia, termasuk Panon Hideung yang dibawakan dalam nuansa jazz harmonis. Bojan Cvetković Quartet (Serbia) menghadirkan sentuhan Balkan dalam jazz modern, dan Gayatri Quartet menutup hari pertama dengan perpaduan standar jazz dan lagu pop-soul seperti Desafinado (Antonio Carlos Jobim) hingga Black & Gold (Sam Sparro).
 
Hari pertama Sthala UVJF 2025 menyuguhkan perjalanan musik yang dinamis, dengan suasana hangat di tengah panorama alam Ubud. Penonton menikmati ragam aliran jazz, mulai dari kamar musik intim hingga big-band, dari tradisi Asia Tenggara hingga Eropa Timur, menjadikan festival ini sebagai ruang pertemuan musik dan budaya yang khas di Bali.
 
Malam kedua Sthala Ubud Village Jazz Festival (UVJF) 2025 menjadi puncak perayaan musik lintas benua di jantung Lodtunduh. Festival dua hari ini kembali memikat penikmat musik dengan sajian jazz berkelas dunia, menghadirkan suasana yang gegap gempita namun tetap intim, persis seperti jiwa jazz itu sendiri.
 
Tahun ini, tata panggung festival hanya menampilkan dua ruang utama: Giri Stage, panggung besar dengan dentuman big band dan harmoni berlapis, serta Subak Stage, yang terletak di tepi sungai, sebuah ruang kecil nan intim di mana suara musik berpadu dengan gemericik air, menciptakan pengalaman mendengarkan yang nyaris magis. Sthala UVJF 2025 tidak lagi tentang membagi massa ke banyak arah, melainkan mengajak semua penonton menyelam dalam musik, bersama, dalam satu napas kolektif.
 
Sore dimulai dengan Dizzy & Wicked, kuartet electro-jazz yang memanaskan udara dengan Tentative Love, Canggu City Bob, hingga Lotus Blossom, membawa groove modern yang membangkitkan semangat penonton. East West European Jazz Orchestra kemudian mengubah Giri Stage menjadi pesta swing dan funk lintas benua lewat Almost Like Being in Love, Love for Sale, hingga Samba Para Ubud, lagu yang seakan ditulis khusus untuk festival ini.
 
Energi berlanjut di Subak Stage lewat Balawan Trio feat. Jiyestha, memadukan jazz fusion dengan akar gamelan Bali dalam Travelling Nusantara, Dagang Sate, dan Bali Bach. Virtuoso double-neck guitar Balawan membuat tepuk tangan penonton berderu tanpa henti. ROUGE dari Prancis menghadirkan nuansa lirikal lewat Tempête, Strawberries in the Dark, hingga Pink Flamingo, membawa penonton ke lanskap melodi yang dalam dan penuh emosi.
 
Jazz Traveller kemudian memanggil kembali energi bossa dan swing klasik lewat G. Blues dan Jazz Pasar, mengalir mulus menuju penampilan Makoto Kuriya Trio. Sang maestro Jepang menghipnotis Giri Stage dengan Intro Blues, Jive Love, Sakura Garden, hingga Cherokee—jazz-fusion yang merentangkan batas-batas musikal lintas generasi dan negara.
 

Menjelang larut, Mahanada menurunkan tempo di Subak Stage, mengundang keintiman lewat It Could Happen to You, Round Midnight, hingga lagu orisinalnya Me Myself Nada. Malam pun ditutup dengan dentuman besar Galaxy Big Band, yang menyalakan panggung dengan The Wind Machine, Feeling Good, Georgia on My Mind, hingga Coffee Rumba, menutup festival dengan energi yang membuncah ke langit Lodtunduh.
 
Namun UVJF bukan sekadar urusan musik. Tahun ini, arsitek festival Klick Swantara dan Diana Surya menggandeng Kadek Armika dan komunitas Rare Angon, menghadirkan instalasi layangan raksasa sebagai bagian dari arsitektur artistik festival. Janggan berukuran monumental, layangan Wayang yang berliku anggun, dan Barong yang digantung megah di jembatan sungai Sthala membentuk lanskap visual yang memikat. Layangan-layangan ini tidak diterbangkan, melainkan dipajang sebagai instalasi seni, menjembatani tradisi Bali dengan atmosfer jazz yang bebas dan kosmopolitan.
 
Kesadaran ekologi juga menjadi bagian tak terpisahkan dari festival tahun ini. UVJF menerapkan sistem gelas deposit: setiap pengunjung yang membeli minuman menyimpan gelas dengan deposit Rp10.000, yang bisa dikembalikan saat gelasnya diserahkan kembali, atau dibawa pulang sebagai souvenir. Hasilnya, area festival terjaga bersih, hampir tanpa jejak sampah plastik, memberi contoh bahwa perayaan musik kelas dunia bisa berjalan selaras dengan alam yang memeluknya.
 
“Acara ini akan terus berlanjut di tahun depan, karena ini adalah idealisme kami bersama, saya dan Yuri,” ujar Anom Darsana, co-founder UVJF. “Selama 12 tahun, festival ini telah menjadi ikon baru di Ubud, menghadirkan musisi dari berbagai belahan dunia, dan kami berharap ke depannya akan ada lebih banyak dukungan agar jazz idealis seperti ini terus hidup. Terima kasih kepada semua tim dan relawan yang telah bekerja keras mewujudkan UVJF 2025.”
 
Saat malam minggu berakhir, tepuk tangan panjang yang menggema dari tepi sungai hingga panggung utama bukan hanya untuk band-band yang tampil, tetapi untuk seluruh pengalaman UVJF 2025: musik yang jujur, penonton yang hidup bersama setiap nada, budaya lokal yang menjulang sebagai instalasi seni, dan komitmen menjaga bumi yang menampung semua kegembiraan ini. Festival pun menutup perjalanannya tahun ini dengan satu janji tak terucap: sampai jumpa di UVJF berikutnya, yang akan kembali membawa semangat jazz dari berbagai penjuru dunia, lebih besar dan lebih menggema lagi. (DN - DWA)

No comments:

Post a Comment

Redaksi DEWATA NEWS menerima komentar terkait artikel yang ditayangkan di DEWATA NEWS . Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Pembaca berhak melaporkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA. Redaksi DEWATA NEWS akan menilai laporan dan berhak memberi peringatan dan menutup akses terhadap pemberi komentar.

Terimakasih
www.dewatanews.com