Ritual Sakral Patangian Ida Betara Sesuunan Dewa Ayu Jimbaran ke Pura Luhur Uluwatu: Spirit Jimbaran yang Menggetarkan Bali - Dewata News

Breaking News

Gold Ads (1170 x 350)

5/13/25

Ritual Sakral Patangian Ida Betara Sesuunan Dewa Ayu Jimbaran ke Pura Luhur Uluwatu: Spirit Jimbaran yang Menggetarkan Bali

Badung, dewatanews.com - Puluhan ribu umat Hindu dari Jimbaran tumpah ruah ke jalan untuk mengikuti prosesi sakral Patangian Ida Betara Sesuunan Dewa Ayu Jimbaran menuju Pura Luhur Uluwatu, (11/05). Upacara ini merupakan tradisi turun-temurun yang penuh makna spiritual dan budaya, hanya dilaksanakan ketika Ida Sesuunan "matangi" atau bangun dan bangkit dari masa "masimpen". Upacara Patangian atau Mapinton Ida Betara Sesuunan Dewa Ayu Jimbaran ke Pura Luhur Uluwatu merupakan salah satu ritual sakral yang tidak memiliki jadwal tetap. Upacara ini hanya dilaksanakan ketika Ida Betara Sesuunan Dewa Ayu Jimbaran "matangi", sebuah kondisi spiritual yang menandakan kebangkitan atau bangunnya beliau dari masa "sirep" (diam/tenang).

Dalam bahasa Bali, kata matangi berasal dari kata dasar tangi yang berarti "bangun". Dalam istilah keagamaan Bali, ini dimaknai sebagai kebangkitan Ida Betara dari keadaan masimpen atau marerep, yaitu ketika beliau berstana di gedong parerepan (tempat suci penyimpanan). Saat matangi, Ida Betara bangkit (ngadeg) dan berstana atau malinggih di payogan yang berada di Pura Ulun Swi. 

Menariknya, waktu matangi ini tidak bisa diprediksi, bisa dua tahun sekali atau bahkan lebih lama. Hal ini menambah nilai sakral dan kekhusukan upacara Patangian yang dilakukan sebagai bentuk penghormatan dan pengiringan Ida Betara menuju Pura Luhur Uluwatu untuk memohon pasupatian (penyucian energi spiritual). 
Di wilayah Jimbaran sendiri, terdapat dua prerai (manifestasi) Barong, yaitu Ida Betara Sesuunan yang berstana di Pura Ulun Swi dan Ida Betara Sesuunan yang berstana di Pura Dalem Desa Adat Jimbaran. Begitu pula dengan Rangda, Jimbaran memiliki lima tapel Rangda yang digunakan dalam berbagai upacara. 

Ketika Ida Betara matangi (bangkit secara spiritual), maka tiga tapel Rangda akan turut disertakan dalam prosesi. Sebaliknya, saat Ida Betara masih masimpen (berstana dalam keheningan) dan ada prosesi panganggihan Calonarang, hanya dua tapel Rangda yang disertakan. Untuk tahun 2025, yang matangi adalah Ida Betara Sesuunan yang berstana di Pura Ulun Swi. 

Hal ini tergolong langka, sebab biasanya  Ida Betara Sesuunan  yang berada di Pura Dalem lebih sering matangi. Dalam beberapa kesempatan,  Ida Betara Sesuunan di Pura Dalem bisa matangi dua kali lebih dahulu sebelum Ida Betara Sesuunan di Pura Ulun Swi matangi.

Wakil Ketua Panitia Patangian Ida Betara Sesuunan Dewa Ayu Jimbaran, I Wayan Eka Santa Purwita menjelaskan bahwa, secara historis kawasan Kuta Selatan dulunya merupakan satu wilayah. Pura Luhur Uluwatu dianggap sebagai tempat pertapaan tertinggi menuju moksha, sebagaimana diceritakan dalam kisah Dang Hyang Nirartha yang mencapai moksha di tempat ini. 

“Meru di Pura Ulun Swi menghadap ke Timur, sama seperti meru di Pura Luhur Uluwatu. Maka umat yang sembahyang menghadap ke Barat, dan hal ini menjadi acuan dasar dalam pelaksanaan upacara, mencerminkan hubungan spiritual antara kedua pura tersebut” jelasnya.

Prosesi mapinton dimulai sejak pagi hari sekitar pukul 06.30 dari Jimbaran menuju Desa Pecatu, tiba di Pura Parerepan Desa Pecatu sekitar pukul 09.30 untuk beristirahat. Perjalanan dilanjutkan pukul 13.00 dan tiba di Pura Luhur Uluwatu sekitar pukul 15.00, dilanjutkan dengan upacara nunas pasupatian dan mapinton. 

Malam harinya, masyarakat melaksanakan upacara madatengan dan masembaran, diikuti pementasan calonarang sebagai bagian dari ritual. Keesokan harinya, pada Senin pagi pukul 06.00, iring-iringan kembali berjalan menuju Jimbaran dan tiba di Pura Ulun Swi sekitar pukul 09.30. Upacara dilanjutkan hingga pukul 11.30 dengan prosesi madatengan dan Ida Sesuunan malinggih kembali ke payogan. 

Upacara ini dilaksanakan pada awal wuku Medangsia, yang dalam konsep Tri Murti terkait dengan Dewa Brahma sebagai Dewa Pencipta. Awal wuku Medangsia ini selalu menjadi titik awal prosesi Upacara Mapinton Ida Betara Sesuunan Dewa Ayu Jimbaran, yang kemudian dilanjutkan dengan piodalan Ida Betara Sesuunan Dewa Ayu Jimbaran (perayaan keagamaan) pada hari Jumat wuku Medangsia. 

Antusiasme masyarakat sangat luar biasa, dengan puluhan ribu umat yang tidak hanya berasal dari Jimbaran, tetapi juga dari berbagai daerah lainnya. Mereka tumpah ruah di sepanjang jalan, mengiringi perjalanan Ida Betara Sesuunan Dewa Ayu Jimbaran menuju Pura Luhur Uluwatu.

Ketua Panitia Patangian Ida Betara Sesuunan Dewa Ayu Jimbaran, I Nyoman Sudana mengatakan, pihaknya telah mengantisipasi potensi kemacetan dengan berkoordinasi dengan berbagai pihak, seperti Desa Adat Ungasan, Pecatu, aparat kepolisian, perusahaan di wilayah Kuta Selatan, dan stakeholder terkait. Surat edaran dan imbauan juga disebarkan termasuk sosialisasi melalui media sosial untuk menginformasikan kepada masyarakat tentang pengalihan jalur alternatif selama prosesi berlangsung. Ia juga menambahkan bahwa, masyarakat Jimbaran sangat menjaga adat dan tradisi leluhur ini. 

“Selain pelestarian budaya, ini juga menjadi ajang memperkenalkan tradisi sakral dan besar ke mancanegara. Wisatawan yang berada di Jimbaran juga menunjukkan antusiasme tinggi, bahkan beberapa ikut langsung dalam prosesi,” ujarnya.

Ada pula kisah menarik dari para tetua bahwa dahulu sempat dicoba untuk mengantar Ida Sesuunan ke Uluwatu menggunakan kendaraan, namun kendaraan tersebut tidak bisa bergerak. Sejak saat itu, masyarakat kembali teguh menjalankan tradisi dengan berjalan kaki, sebagai wujud bakti dan kesetiaan terhadap nilai-nilai adat. Patangian Ida Betara Sesuunan Dewa Ayu Jimbaran bukan hanya sebuah prosesi spiritual, tetapi juga simbol harmoni antara manusia, alam, dan Tuhan dalam ajaran Tri Hita Karana. Momen ini menjadi bukti nyata bahwa warisan budaya Bali masih hidup dan berkembang dalam jiwa masyarakatnya.

No comments:

Post a Comment

Redaksi DEWATA NEWS menerima komentar terkait artikel yang ditayangkan di DEWATA NEWS . Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Pembaca berhak melaporkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA. Redaksi DEWATA NEWS akan menilai laporan dan berhak memberi peringatan dan menutup akses terhadap pemberi komentar.

Terimakasih
www.dewatanews.com