Tutup Pelaksanaan Bulan Bahasa, Gubernur Koster Ingatkan Penguatan Karakter dan Identitas Bali - Dewata News

Breaking News

Gold Ads (1170 x 350)

3/2/25

Tutup Pelaksanaan Bulan Bahasa, Gubernur Koster Ingatkan Penguatan Karakter dan Identitas Bali



Denpasar, dewatanews.com - Setelah berlangsung sebulan penuh mulai 1 Februari 2025, pelaksanaan Bulan Bahasa Bali VII Tahun 2025 resmi ditutup Gubernur Bali Wayan Koster pada Sabtu (Saniscara Paing Ukir), 1 Maret 2025. Penutupan Bulan Bahasa Bali VII yang berlangsung di Gedung Ksirarnawa Taman Budaya Provinsi Bali ditandai dengan peletakan kepompong di tengah bunga. Acara penutupan dirangkai dengan peluncuran tema Bulan Bahasa Bali VIII Tahun 2026 yaitu “Atma Kerthi Udiana Purnaning Jiwa”.

Gubernur Bali Wayan Koster dalam sambutannya menegaskan bahwa Bulan Bahasa Bali yang dilaksanakan setiap tahun adalah bagian penting dalam upaya penguatan karakter dan identitas Bali. Dalam kesempatan itu, ia memuji penampilan remaja dan anak-anak yang merupakan juara dalam lomba debat, magending dan masatue Bali. 

“Sungguh membahagiakan melihat penampilan mereka, ini akan lebih menyemangati kita untuk membangun kekuatan Bali,” ucapnya.

Lebih jauh ia mengungkap, kemunculan talenta-talenta muda dengan kemampuan berbahasa Bali adalah salah satu dampak positif dari Bulan Bahasa Bali yang mulai dilaksanakan sejak tahun 2019 dan tahun ini telah mamasuki tahun ke-7. Untuk menyegarkan ingatan, Gubernur kelahiran Desa Sembiran menyampaikan hal yang melatarbelakangi pelaksanaan Bulan Bahasa Bali. Disampaikan olehnya, ketika maju menjadi Gubernur pada periode pertama tahun 2018 lalu, salah satu hal yang menjadi kekhawatirannya adalah fenomena generasi muda yang mulai meninggalkan bahasa dan aksara Bali. 

“Ini disebabkan dahsyatnya gempuran perkembangan teknologi di berbagai bidang kehidupan yang menyebabkan ruang penggunaan Bahasa Bali menjadi makin sempit. Di sekolah, sesuai ketentuan UU harus menggunakan Bahasa Indonesia. Di tempat kerja, karena kebutuhan kantor harus lebih banyak menggunakan bahasa asing. Lalu di rumah, kebiasaan penggunaan Bahasa Bali juga kian berkurang,” urainya.

Berangkat dari kekhawatiran itu, ia kemudian menjadikan penguatan budaya sebagai salah satu program prioritas dalam Visi Nangun Sat Kerthi Loka Bali. “Ini yang menjadi pertimbangan saya untuk menguatkan Budaya Bali, salah satu unsur yang sangat penting adalah Bahasa, Aksara dan Sastra Bali,” terangnya. 

Upaya itu diimplementasikan dalam sejumlah regulasi yaitu Perda Nomor 4 Tahun 2019 Tentang Desa Adat di Bali, Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 4 Tahun 2020 Tentang Penguatan dan Pemajuan Kebudayaan Bali, Peraturan Gubernur Bali Nomor 80 Tahun 2018 tentang Pelindungan Dan Penggunaan Bahasa, Aksara, Dan Sastra Bali Serta Penyelenggaraan Bulan Bahasa Bali dan Peraturan Gubernur Bali Nomor 79 Tahun 2018 tentang Hari Penggunaan Busana Adat Bali. 

“Desa adat perlu diperkuat karena lembaga ini harus kokoh dan kuat untuk menjaga dan melestarikan seni, budaya dan tradisi masyarakat Bali,” cetusnya.

Khusus terkait bahasa dan aksara Bali, Gubernur Koster mencontohkan sejumlah negara yang berhasil melestarikan bahasa dan aksara tradisional mereka. 

“China, Jepang, Korea dan Thailand adalah sejumlah negara yang taat dan berhasil melestarikan aksara tradisional mereka. Kita juga patut bersyukur dan bangga karena punya warisan aksara yang begitu indah dan metaksu,” tambahnya. 

Pada masa kepemimpinan periode yang kedua ini, Gubernur Koster akan lebih tegas dalam menegakkan regulasi yang berkaitan dengan upaya pelestarian bahasa dan aksara Bali. 

“Saya lihat belum semuanya tertib. Saya tegaskan kembali agar nama jalan fasilitas umum, kantor dan perusahan swasta gunakan aksara Bali,” tandasnya.

Mengakhiri sambutannya, Gubernur Koster menyinggung tentang pentingnya upaya penguatan budaya Bali yang menjadi modal utama dalam pengembangan pariwisata. 

“Mari kita perkokoh komitmen dalam penguatan budaya Bali dalam seluruh tatanan kehidupan karena ini akan menjadi identitas sekaligus untuk menjaga keberlanjutan ekesistensi Bali. Hanya Bali yang punya kebudayaan yang kaya, unik dan unggul. Dalam urusan budaya, tak ada yang mengalahkan Bali. Mari kita rawat bersama karena tanpa budaya, pariwisata tidak akan ada,” pungkasnya. 

Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali I Gede Arya Sugiartha dalam laporannya menyampaikan bahwa pelaksanaan Bulan Bahasa Bali tahun ini berjalan dengan baik sesuai harapan. Dilaksanakan selama sebulan penuh, Bulan Bahasa Bali diisi dengan beragam kegiatan seperti festival nyurat lontar dan mengetik dengan keyboard aksara Bali yang diikuti 500 siswa SMA/SMK dan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi.

Berikutnya ada kegiatan seminar yang membahas perkembangan penggunaan aksara Bali di berbagai platform media yang melibatkan 656 peserta. Selain itu, Bulan Bahasa Bali tahun ini juga dimeriahkan 12 jenis lomba yang diikuti 805 peserta. 

“Ada pula kegiatan workshop dan pameran. Pameran diikuti komunitas kreatif, UMKM dan lembaga pendidikan,” ujarnya. Kegiatan pameran mendapat sambutan antusuas dan mendapat apresiasi dari 2.500 pengunjung.

Selanjutnya, Kadisbud Arya Sugiartha menginformasikan program baru dalam pelaksanaan Bulan Bahasa Bali VII yaitu tempat belajar ‘Ramah Anak. 

“Di sini anak-anak dibimbing untuk belajar Bahasa Bali oleh guru FKMGMP Bahasa Bali dan Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar. Tercatat 420 siswa SD dari wilayah Denpasar mengikuti kegiatan ini,” sebutnya. 

Selama pelaksanaan Bulan Bahasa Bali, juga dilaksanakan konservasi lontar. “Kita berhasil menuntaskan perawatan 469 lontar milik Krama Bali. Ini akan terus dilaksanakan dengan target 1.500 lontar,” tambahnya. 

Masih dalam laporannya, Arya Sugiartha juga menyampaikan bahwa pelaksanaan Bulan Bahasa Bali tahun ini berjalan semarak, mulai dari tingkat desa adat, Kabupaten/Kota, Provinsi hingga lembaga pendidikan. 

“Dari 1.500 Desa Adat, 1.487 telah melaksanakan kegiatan Bulan Bahasa Bali tahun ini. Selanjutnya dari 716 Desa/Kelurahan, yang melaksanakan bulan bahasa sebanyak 667 Desa/Kelurahan,” sebutnya. 

Antusiasme pelaksanaan Bulan Bahasa Bali juga ditunjukkan oleh lembaga pendidikan. Dari 152 SMA, sebanyak 131 sekolah melaksanakan Bulan Bahasa Bali tahun ini. Yang menggembirakan,SMK dan SLB seluruhnya berpartisipasi melaksanakan Bulan Bahasa Bali tahun ini. Sementara perguruan tinggi yang melaksanakan Bulan Bahasa Bali yaitu Universitas Udayana, UHN I Gusti Bagus Sugriwa, Undhiksa Singaraja, Universitas PGRI Mahadewa Indonesia, STAHN Mpu Kuturan Singaraja, INSTIKI, STKIP Amlapura dan lainnya.

Penutupan Bulan Bahasa Bali juga diiisi dengan Panganugrahan Bali Kerthi Nugraha Mahottama. Penghargaan paling utama dalam bidang bahasa, aksara dan sastra Bali ini diberikan kepada Ida Wayan Oka Granoka. Penghargaan diserahkan Gubernur Bali Wayan Koster yang didampingi Sekda Provinsi Bali Dewa Made Indra, perwakilan DPRD Bali dan Kadisbud Arya Sugiartha. Selanjutnya diserahkan pula Piagam Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) Kepada Pemprov dan Kabupaten/Kota se-Bali. Selain itu, Gubernur Koster juga menyerahkan piagam bagi Juara I pada masing-masing lomba serangkaian Bulan Bahasa Bali VII Tahun 2025.

Penutupan Bulan Bahasa Bali VII dimeriahkan dengan penampilan Juara I dan II Lomba dengan tema pengaruh dunia maya pada upaya pelestarian Bahasa Bali. Juara I Lomba Gending Rare dan Masatue Bali juga tampil memukau pada rangkaian acara penutupan Bulan Bahasa Bali Tahun 2025.Sasolanan “Rahayu Lengka" oleh Teater Kini Berseri mengakhiri rangkaian acara Penutupan Bulan Bahasa Bali VII Tahun 2025.

No comments:

Post a Comment

Redaksi DEWATA NEWS menerima komentar terkait artikel yang ditayangkan di DEWATA NEWS . Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Pembaca berhak melaporkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA. Redaksi DEWATA NEWS akan menilai laporan dan berhak memberi peringatan dan menutup akses terhadap pemberi komentar.

Terimakasih
www.dewatanews.com