Gianyar, dewatanews.com - Bertepatan dengan Sukra Kliwon Watugunung, Jumat (7/2) Puri Ubud selaku pengempon menyelenggarakan Karya Agung Tawur Panca Wali Krama, Mapedudusan Agung, Mapeselang Lan Mepedanan ring Pura Kahyangan Jagat Payogan Agung Gunung Lebah Tjampuhan Ubud.
Rangkaian karya telah diawali dengan matur piuning pada Rabu (15/12), nanceb, caru Rsi Gana di Beji Campuhan, Nedunin Ida Bhatara sami, Melasti segara Masceti pada Rabu (5/2) selanjutnya mepepada alit, mendak bagia, dan Tawur pada Sukra Kliwon Watugunung.
Pada Tawur Panca Wali Krama kali ini dipuput oleh Ida Pedanda Tegal Jingga, Ida Pedanda Buda Keling, Ida Rsi Bujangga Angkling, Ida Pedanda Selat Duda, Ida Pedanda Wana Yoga Griya Sidemen, Ida Pedanda Griya Peling Baleran, Ida Pedanda Budha Griya Saraswati Batuan, Ida Pedanda Griya Griya Baturiti, Ida Pedanda Budha Wanasari Tali Beng, Ida Pedanda Griya Peling Delodan, Ida Pedanda Budha Keling, Ida Pedanda Griya Peling Batubulan dan Ida Padanda Budha Wanasari Baler Tali Beng.
Upacara Panca Wali Krama merupakan bagian dari Butha Yadnya yang dilaksanakan setiap 10 tahun sekali dengan tujuan untuk menjaga keharmonisan antar manusia dengan alam serta merawat lima unsur alam yaitu tanah, air, dara, api dan ether.
Pengempon Pura Prof Dr Ir Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati MSi mengatakan Karya Padudusan Agung ini merupakan gelaran setiap 10 tahun sekali. Secara khusus pada pelaksanaan kali ini mengambil tingkatan Tawur Pedanan Madya dengan menggunakan sarana 3 ekor Kebo.
Terkait keberadaan Pura Payogan Agung Gunung Lebah, tak lepas dari Purana Pura yang menyebutkan bahwa tempat tersebut merupakan pertemuan Akasa lan Pertiwi, pertemuan antara Lanang dan Wadon yang dibuktikan dengan keberadaan aliran Tukad Wos lanang dan wadon. "Semoga dari karya ini membawa vibrasi positif untuk Bali," jelasnya.
Prof. Dr Tjokorda Gde Raka Sukawati SE MM menambahkan Pura Gunung Lebah juga berkaitan erat dengan perjalanan suci Maha Rsi Markandeya dari Gunung Dieng Jawa Tengah ke Bali.
"Konon, sesampainya beliau di Bali beliau tanpa permisi sehingga banyak pengikut beliau yang sakit sampai meninggal dunia.” Kondisi tersebut membuat Maha Rsi kembali ke Gunung Raung di tanah Jawa hingga beliau mendapatkan petunjuk untuk melakukan perabasan dan membawa peradaban baru ke Bali melalui suatu upacara yadnya.
"Setelah beliau menempatkan pancadatu, baru beliau mengadakan upacara perabasan dan peradaban baru di Bali. Sejak itu, tidak ada lagi kejadian seperti sebelumnya dan di tempat ini beliau mengadakan yoga. Setelah itu baru beliau melakukan perabasan sampai Taro dan mewariskan peradaban baru," terangnya.
Upacara Panca Wali Krama merupakan bagian dari Butha Yadnya yang dilaksanakan setiap 10 tahun sekali dengan tujuan untuk menjaga keharmonisan antar manusia dengan alam serta merawat lima unsur alam yaitu tanah, air, dara, api dan ether. Pada upacara Tawur Panca Wali Krama kali ini dihadiri beberapa tokoh penting di Bali mulai dări Pangelingsir Puri, Pejabat Pemerintahan dan tokoh-tokoh penting di Bali.
Puncak Karya akan berlangsung pada Budha Kliwon Sinta rahina Pagerwesi, Rabu (12/2). Sementara Penyineban digelar Rabu (19/2) lalu Nyegara Gunung pada Recite Umanis Ukir, Minggu (23/2).
No comments:
Post a Comment
Redaksi DEWATA NEWS menerima komentar terkait artikel yang ditayangkan di DEWATA NEWS . Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Pembaca berhak melaporkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA. Redaksi DEWATA NEWS akan menilai laporan dan berhak memberi peringatan dan menutup akses terhadap pemberi komentar.
Terimakasih
www.dewatanews.com