Masuk Nominasi, Yayasan Walter Spies Diversifikasi Tim Kerthi Buwana Sandhi Nugraha - Dewata News

Breaking News

Gold Ads (1170 x 350)

12/4/24

Masuk Nominasi, Yayasan Walter Spies Diversifikasi Tim Kerthi Buwana Sandhi Nugraha


Gianyar, dewatanews.com - Yayasan Walter Spies yang berpusat di Museum ARMA Kecamatan Ubud, Gianyar menjadi salah satu kandidat penerima penghargaan tertinggi oleh Pemerintah Provinsi Bali dalam waktu dekat ini. 

Ini dibuktikan dengan  verifikasi dari tim Bali Kerthi Buwana Sandhi Nugraha terdiri dari Prof. Dr Made Bandem, Prof. Dr I Wayan Dibia, dan I Gde Nala Antara mengunjungi Yayasan Walter Spies di Museum ARMA, Ubud, Gianyar pada Selasa (3/12). 

Prof. Bandem mengungkapkan, Tim Disbud Bali melakukan verifikasi serangkaian pemberian penghargaan Kerthi Buwana Sandi Nugraha kepada tokoh besar yang berjasa mengembangkan kebudayaan Bali. Salah satunya Yayasan Walter Spies yang mengoleksi karya asli Walter Spies satu satunya di Bali (1933) ada di Museum ARMA. 

Dalam kisahnya Walter Spies sejak tahun 1930 an-1940an telah berpartisipasi besar mengembangkan dan memperkenalkan Kebudayaan Bali ke kancah dunia. “Penghargaan ini bermula sejak setahun yang lalu, di mana saat itu Pj Gubernur Bali berkunjung ke Ubud dan bertanya kepada sejumlah tokoh di Ubud siapa tokoh luar negeri yang ikut berjasa mengembangkan kesenian Bali. Nah kami kebetulan ada di Ubud, salah satunya tokoh Walter Spies,” ujar Prof Bandem.

Dipilihnya Walter Spies karena banyak yang menyukainya dalam membina dan mengembangkan kesenian Bali. “Kalau bicara kecak, Walter Spies ini selalu orangnya yang tampil mengagungkan mementaskan kecak untuk kepentingan wisatawan. Walter Spies mengusulkan sangat besar ketika membuat film 'Insel Del Damonem' atau Bali Pulau Hantu tahun 1931 dan diluncurkan tahun 1933,” imbuhnya

Digarap Walter Spies bercerita tentang kesenian Bali di antaranya tarian Kecak dan tari sakral Sanghyang. Ketika tahun 1925, Walter Spies pertama kali berkunjung ke Ubud. Dia disuguhkan tarian Sanghyang diiringi tarian Kecak. Ketika membuat film beliau memisahkan antara yang sakral dan profan, ide ini sangat cemerlang tidak mau kesenian Bali didesakralisasikan, di mana tari Sanghyang dan tari Kecak tidak lagi disajikan bersama-sama. Sejak itu mulai tari Kecak disajikan tersendiri untuk wisatawan.

Selain itu, Walter Spies seorang pelukis yang banyak memberikan masukan kepada pelukis tradisional di Ubud. Terutama perspektif, memperkenalkan kanvas, warna, teknik, media, seperti gaya Barat. Walter Spies ikut membangun Pita Maha, sebuah yayasan yang lahir dengan aliran pemikiran untuk meningkatkan kualitas seni, seperti seni lukis, seni patung di Bali. Karena saat itu, banyak karya seni Bali sudah diboyong oleh wisatawan luar negeri.

Sedang kanecara ketokohan Walter Spies pernah diberikan Anugerah Dharma Kusuma, namun karena kehilangan data. Anak Agung Gde Rai menyatakan Museum Arma memiliki koleksi satu-satunya karya Walter Spies di Bali. Karya lukisan berjudul Calonarang. Saat Walter Spies melukis dia mendemontrasikan lukisannya di depan pelukis Ubud.

Dia mempertemukan lukisan gaya barat, disaksikan oleh seniman seperti AA Sobrat, pak Mregeg, seniman Padangtegal diundang. Karya Walter Spies sangat langka, sangat sedikit, karena dia melukis satu karya saja dalam satu tahun, "inipula yang menjadi cikal bakal budaya Bali , khusunya tarian Kecak tersohor hingga ke mancanegara", tutupnya. (DN - Sty)

No comments:

Post a Comment

Redaksi DEWATA NEWS menerima komentar terkait artikel yang ditayangkan di DEWATA NEWS . Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Pembaca berhak melaporkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA. Redaksi DEWATA NEWS akan menilai laporan dan berhak memberi peringatan dan menutup akses terhadap pemberi komentar.

Terimakasih
www.dewatanews.com