Prosesi Mejenukan Akhiri Rangkaian Upacara Ngenteg Linggih di Pura Penataran Banda - Dewata News

Breaking News

Gold Ads (1170 x 350)

3/3/24

Prosesi Mejenukan Akhiri Rangkaian Upacara Ngenteg Linggih di Pura Penataran Banda

Gianyar, dewatanews.com - Upacara Nyenukan menjadi salah satu rangkaian upacara setiap kali digelar upacara besar seperti Upacara Ngenteg Linggih. Di Desa Adat Banda, Desa Saba, Blahbatuh, Gianyar, inipun digolongkan sebagai upacara sakral dan langka. Menurut Bendesa adat Banda, I Wayan Balik, Minggu (3/3),  upacara nyenukan ini  pernah digelar 25 tahun silam  sedangkan kini upacara ini merupakan rangkaian karya Ngenteg Linggih, Pedudusan, Tawur Balik Sumpah, di Pura Penataran Banda. 

"Tahun ini karena sejumlah bangunan telah sudah rampung diperbaiki, dan pretima Ida, dalam wujud ratu ayu dan ratu gede barong juga selesai di perbaiki atau ngodakan," ujarnya di sela-sela upacara berlangsung. 

Sejatinya uoacara mejenukan juga masih akan dilanjutkan dengan  upacara Nyegara Gunungdan Ngelungkar Setra yang juga menjadi bagian Upacara Di Pura Penataran Banda. 

Sedangkan rangkaian upacara menyeluruh telah berlangsung sejak bulan Februari, dimulai dengan upacara tawur balik sumpah, pada Jumat 23 Februari 2024. Dilanjutkan dengan Melasti pada Penampahan Galungan Selasa 27 Februari 2024, dan puncak karya pada Kamis, 29 Februruari 2024.

"Mejenukan menjadi rangkaian akhir karya ageng ini bersama nanti ada upacara nyegara gunung, dan ngelungkar setra,"  jelas Wayan Balik. 


Seperti biasanya dalam upacara mejenukan ini, anak-anak desa setempat berhiasa dengan payas bali madya, mereka mepeed  menuju Pura Dalem setempat yang jarakanya kurang lebih 200 meter  dengan berjalan kaki. 

Para remaja secara berkelompok mengenakan pakaian adat serba merah, putih, Kuning, hitam dan poleng, sembari membawa tegen-tegenan berisikan aneka buah, umbi-umbian, tebu dan lainnya. Ibu-ibu PPK membawa jauman yang isinya semua jajan basah.

"Ini sebagai upacapan syukur karena upacara telah berlangsung dengan lancar," ujarnya.

Yang menjadi ciri khas dalam upacara ini adalah, adanya dialog antara sang yajmana (pimpinan upacara) dengan mereka yang membawa tegen-tegennan dengan pakaian serba merah, Putih, Kuning, hitam, dan poleng sebagai simbol Dewata penguasa arah mata angin, Timur, Selatan, Barat, Utara dan Tengah yang membawa persembahan tulus iklas untuk kelancaran upacara yadnya. "Dialognya menggunakan bahasa kawi, sehingga upacara juga cukup sakral," jelas. 

Mewakili msyarakat, Bendesa Adat Banda mengucapkan terimakasih dan permakluman terhadap para pengguna lalulitas, karena telah ikut mendukung kelancaran upacara dimana memasuki Jalan pantai Saba, wilayah desa adat Banda, selama upacara mengalami pengalihan lalulitas. 

"Kami mohon permakluman karena harus melakukan pengalihan lalulintas untuk kelancaran upacara," jelasnya.

Berharap usai digelarnya upacara ini aakaan membawa kesejahteran bagi seluruh warga daan duniawi. 

No comments:

Post a Comment

Redaksi DEWATA NEWS menerima komentar terkait artikel yang ditayangkan di DEWATA NEWS . Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Pembaca berhak melaporkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA. Redaksi DEWATA NEWS akan menilai laporan dan berhak memberi peringatan dan menutup akses terhadap pemberi komentar.

Terimakasih
www.dewatanews.com