Padi Salibu, Peralihan Pertanian Konvensional Menuju Konversi Pertanian Organik - Dewata News

Breaking News

Gold Ads (1170 x 350)

7/17/22

Padi Salibu, Peralihan Pertanian Konvensional Menuju Konversi Pertanian Organik


Gianyar, dewatanews.com - Minggu (17/7) pagi, petani di Subak Telaga, Desa Tewel,  Sukawati, Gianyar sedang memanen padi salibu di sawah seluas kurang lebih 1 hektar. Yakni padi tanam sekali, panen berkali-kali. Padi Salibu ini merupakan besutan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (Distan) Provinsi Bali ini untuk membantu petani dalam mempercepat proses panen.

Petani lain yang hadir menonton panen ini, juga tampak kaget. Panen itu disangka bukan padi salibu. Karena hasilnya bagus, kalah dengan padi tanam pertama. Inovasi salibu ini merupakan peralihan pertanian konvensional menuju konversi. Yakni peralihan ke pertanian organik. 

Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (Distan) Provinsi Bali, I Wayan Sunada pun tampak berbaur dengan 10 orang petani yang sedang panen itu. Dia turut turun ke sawah, mendampingi petani panen.

Di sela-sela kegiatan itu, Sunada menuturkan proses padi salibu ini merupakan projek ke empat di Bali. “Padi salibu pertama di Gerokgak, hasilnya bagus, dan naik,” tuturnya.

Tak ada gading yang tak retak, pilot project kedua gagal. Karena varietas tidak cocok, yakni varietas IR64. Namun di pilot project ketiga di Sidan, hasilnya kembali bagus.

“Untuk keempat hasilnya bagus. Untuk hasil pertama, petani di Subak Telaga mendapatkan hasil 7,5 ton, tapi dengan salibu ini, hasilnya sekarang menjadi 8 ton,” ungkapnya.

Dijelaskan, untuk menuju kedaulatan pangan, maka perlu membangun swasembada beras, para petani diarahkan untuk bersalibu.

Karena, lanjut dia, keuntungan petani akan bertambah. Sebab, petani tidak perlu lagi mengolah tanah, efisiensi tenaga kerja, dan juga tidak menanam bibit. Akan tetapi, memanfaatkan batang padi sehabis panen. 

“Kita potong tiga sentimeter dari atas tanah. Kemudian di sekitarnya kita bersihkan,” jelasnya.

Pemeliharaan salibu ini juga sama dengan merawat padi secara konvensional. Yakni perlu pemupukan dan juga penyemprotan. “Ini diawasi dan rawat dengan telaten, sehingga hasilnya bagus,” imbuhnya. 

No comments:

Post a Comment

Redaksi DEWATA NEWS menerima komentar terkait artikel yang ditayangkan di DEWATA NEWS . Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Pembaca berhak melaporkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA. Redaksi DEWATA NEWS akan menilai laporan dan berhak memberi peringatan dan menutup akses terhadap pemberi komentar.

Terimakasih
www.dewatanews.com