Tari Baris Tengklong Bagian Warisan Seni Budaya Kerajaan Badung - Dewata News

Breaking News

Gold Ads (1170 x 350)

12/22/20

Tari Baris Tengklong Bagian Warisan Seni Budaya Kerajaan Badung

 

Denpasar, dewatanews.com - Tari Baris Tengklong juga salah satu warisan seni budaya yang ada di Kota Denpasar, dan harus bisa kembali di prioritaskan. Karena Tari Baris Tengklong ini merupakan salah satu simbul peran penting pada masa kerajaan Badung.

"Dulunya Tari Baris Tengklong dalam sebuah kerajaan diibaratkan sebagai pasukan gerak cepat atau bisa dikatakan sebagai pasukan andalan yang berperan penting di kerajaan Badung kala itu," ujar Penglingsir Puri Pemecutan Badung Drs. Anak Agung Ngurah Putra Darmanuraga, Selasa (22/12).

Diceritakan, dimana zaman dahulu orang tidak ada kendaraan, dan hanya mengandalkan kesaktian (kadiatmikan).
    
Dilihat dari sejarah Badung, Kerajaan Badung memiliki tiga senjata utama yaitu Keris, Tuluk Empet dan Pecut Sakti.

Untuk pusaka keris yang disimpulkan di lidah bisa diibaratkan sebagai ucapan atau bahkan kata-kata. Dan hal itu bisa dijadikan sebagai sarana membunuh orang hanya melalu ucapannya saja.

Kemudian pusaka pecut  yang disimpulkan di perut yang bisa diibaratkan sebagai membimbing, memimpin dan mengolah kebijaksanaan.

Sementara pusaka tuluk empet yang disimpulkan sebagai jnana atau pemikiran. Jika ketiga pusaka ini dipadukan, maka akan menjadikan sebuah pusaka yang tak terkalahkan pada masa itu. Dari sanalah kehebatan pusaka Kerajaan Badung.
    
Diketahui Tari Baris Tengklong terdapat di Pura Tambang Badung Kelurahan Pemecutan, yang dalam Buku Sejarah Pura Tambang Badung karya Darmanuraga dan Phalgunadi (2016) menyatakan bahwa Tari Baris Tengklong sebagai pasukan khusus yang tercipta di zaman kepemimpinan Ida Kyiayi Ketut Pemedilan sebagai perintis kelahiran Puri Pemecutan Badung.
    
Konon cerita, Ida Kyiayi Ketut Pemedilan diketahui memiliki kemampuan tingkat tinggi, baik secara fisik dan spiritual tinggi, serta gerakan sangat cepat seperti macan hutan.

Ia pun mendapat julukan  Ida Bhatara Macan Gading/Kyayi Macan Gading sekaligus pula menjadi orang kepercayaan dari Raja Puri Tegeh Kori Tegal di zamannya. Pasukan yang disusun bernama Barisan Poleng karena berpakaian serba poleng, selain itu dikenal kebal dan sekali melompat beberapa meter jarak terlewati.

Pasukan ini dipimpinnya dalam perang Gelgel 1677 untuk mengusir Kyayi Agung Maruti. Untuk mengenang pasukan ini maka di Pura Tambang Badung setiap ada acara maprani di hari Penampahan Galungan maka Baris Poleng ini akan ditampilkan.

Penarinya akan menampilkan tarian baris yang menunjukkan kehebatan loncatan dengan meloncat dari sudut panggungan yang satu ke sudut yang lain.

Di mana para penarinya menari dengan satu kaki atau satu kaki nekuk (nongklong atau nengkleng), maka disebutlah Tari Baris Tengklong.

Bahkan saat itu, keberadaan pasukan poleng pernah terlibat membantu Ida Dalem Klungkung dalam pemberontakan Agung Maruti sebagai patih Klungkung, disebut ingin menguasai Kerajaan Klungkung untuk mengambil tahta kerajaan.

Dari cerita tersebut, Ida Dalem Klungkung mengungsi ke daerah Bangli (Desa Guliang), merasa terdesak kala itu akhirnya Badung pun diminta bantuannya untuk membebaskan Kerajaan Klungkung, khususnya Ida Dalem Klungkung dari tawanan Agung Maruti hingga akhirnya Badung yang membantu mampu mengalahkan patih Agung Maruti.
    
Dari catatan cerita bahwa setelah memperoleh kemenangan kemudian dilakukan perayaan di Pura Tambang Badung yang mana dengan menghaturkan syukur pesta dengan simbol prani oleh pasukan Raja saat Penampahan Galungan.

Di saat bersamaan untuk menikmati lungsuran, Raja ingin atraksi seni yang mencerminkan sikap kesatria ketika menyerang Patih Agung  Maruti, lalu muncullah Tari Baris Tengklong yang diiringi gamelan gong kebyar sekaligus diiringi gending-gending kawitan.

Tari Baris Tengklong berbusanakan lewat busana udeng putih, baju hitam (kemeja), selendang merah, saput poleng, dan kamen hitam.

Setelah itu, Tari Baris Tengklong pun hanya bisa dipentaskan di Jaba sisi Pura Tambang Badung, penarinya sendiri oleh anak laki-laki atau krama di Banjar Kerandan yang dipercaya sebagai tangan kanan Raja untuk menjaga dan melindungi Kerajaan Pemecutan.
    
Tarian Baris Tengklong adalah tari sakral (tari wali) ini gerakannya seperti nengkleng yang mana melompat dengan melipat salah satu kaki ke belakang.

"Penari dalam pementasan Tari Baris Tengklong hanya empat orang penari dan menyesuaikan sudut pepanggungan lewat bentuk segi empat, dan menarikan tarian harus dengan rasa tulus ikhlas,” terangnya.
    
Dari kisah Tari Baris Tengklong, mengingatkan perjuangan di masa kerajaan terdahulu, pada Sabtu (26/12) nanti akan di tuangkan dalam sebuah pementasan dalam Festival Budaya Pecut Pusaka Ksatria Mahottama Tahun 2020.

“Dimana Pura Masopahit adalah taksu Kerajaan Badung di sana. Sebelum Tegal jatuh, oleh Ida Panglingsir Kerajaan Badung di sini dulu masemaya dengan keluarga dan baru melakukan penyerangan ke Tegal, dan Tegal sudah kalah taksu lebih dahulu,” katanya.

Mengingat begitu panjangnya sejarah, maka dibuatlah Festival Budaya Pecut Pusaka Ksatria Mahottama Tahun 2020. Pada Festival Budaya tersebut akan diisi acara olahraga pecut, demo permainan pecut, tari kreasi pecut, pentas seni nusantara, dan pameran budaya yang akan dilaksanakan di Puri Gerenceng, Pemecutan di Jalan Dr. Sutomo.

Melihat Festival Budaya Pecut Pusaka Ksatria Mahottama Tahun 2020 begitu kental akan sejarah Kerajaan Badung dan sejarah lahirnya nama Pemecatan ini, maka salah satu Pengelingsir Puri Pemecatan Anak Agung Ngurah Putra Darmanuraga berharap kegiatan ini bisa dihadiri oleh pemimpin-pemimpin di Bali, salah satunya Bupati Badung dan Wali Kota Denpasar.

“Kami ingin mengajak demi kesadaran kita bersama dari mana Kerajaan Badung itu lahir, semuanya lahir dari Pecut Sakti (Paica dari Ida Bhatari Danu) ini," jelasnya.

Sembari menambahkan, kami ingin bangkitkan lagi Pemecatan untuk menjadi satu keluarga. Dibuatkan acaranya di Gerenceng, sebab lokasinya sebagai simbol dari lokasi perencanaan dan kelahiran Kerajaan Badung berkait dengan Pura Masopahit dan Gerenceng.

"Apa salahnya kalau gelar Festival Pecut, yang tujuannya adalah melecut saudara-saudara kita untuk bersatu kita mulai dari Gerenceng kembali,” tambahnya. (DN - Bdi)

No comments:

Post a Comment

Redaksi DEWATA NEWS menerima komentar terkait artikel yang ditayangkan di DEWATA NEWS . Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Pembaca berhak melaporkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA. Redaksi DEWATA NEWS akan menilai laporan dan berhak memberi peringatan dan menutup akses terhadap pemberi komentar.

Terimakasih
www.dewatanews.com