Diusia 77 Tahun, Arthanegara Tetap Menulis Buku - Dewata News

Breaking News

Gold Ads (1170 x 350)

12/12/20

Diusia 77 Tahun, Arthanegara Tetap Menulis Buku

 

Denpasar, dewatanews.com - Sosok I Gusti Bagus Arthanegara yang dilahirkan tanggal 21 Januari 1944 di Singaraja yang sangat menekuni hobi di bidang sastra ini. Pada tanggal 21 Januari 2021 usianya sudah menginjak 77 tahun.

Arthanegara yang sehari-harinya banyak dihabiskan dengan tugas-tugasnya sebagai Ketua Yayasan, yang mana Yayasan yang dikelolanya dulunya bernama IKIP PGRI Bali. Kini sudah berubah status menjadi Universitas PGRI Mahadewa Indonesia.

Namuntidak membuat dirinya surut untuk menulis buku dan novel, sebab hobinya di bidang sastra harus terus digelutinya, walau usianya sudah masuk kepala 7.

Selain suka menulis buku dan novel, Arthanegara juga suka menulis puisi. Biasanya karya puisi yang dituangkan dalam buku, menurutnya tidak bisa ditebak.

“Sebab dalam menciptakan inspirasi tentu sulit bisa ditebak dan kemunculnya bisa datang tiba-tiba,” ucapnya, Jumat (11/12) diruang kerjanya.

Menurut Arthanegara  membuat karya puisi sesungguhnya sangat simple dengan penyampaian bahasa yang indah dan mudah dipahami serta gampang dihapalkan. Melalui karya-karyanya, Arthanegara juga ingin menyindir minimnya generasi muda saat ini yang tertarik berkecimpung dalam proses kreatif melahirkan karya-karya sastra.

"Mustinya anak-anak muda harus bisa didorong untuk gemar menulis. Tidak mustahil jika suatu hari anak-anak muda akan bisa pandai menulis karya sastra, baik puisi, cerpen, pantun, syair, penulis naskah drama, novel, dan lain sebagainya,” ujarnya.

Karya-karya I Gusti Bagus Arthanegara bahkan sempat menang dibeberapa even lomba serta dimut pada harian-harian yang terbit di Denpasar dan Jakarta. Aktivitasnya di bidang seni juga ditunjukkan dengan keikutsertaan sebagai pengurus Listibiya Bali, Himpunan Peminat Sastra (HPS) Bali, Yayasan Pedalangan Bali, dan lain-lain.

Beberapa karyanya yang telah terbit di antaranya Surat Senja (kumpulan puisi), Serba Neka Wayang Kulit Bali, Dalam Bayang-Bayang Cinta (kumpulan puisi), serta beberapa artikel lainnya mengenai kebudayaan.

Kemudian, untuk wtatus IKIP PGRI Bali menjadi Universitas PGRI Mahadewa Indonesia. Arthanegara mengatakan dikarenakan adanya marger, maka mau tidak mau harus bisa menggabungkan beberapa kampus.

AkhirnyaIKIP PGRI Bali dan Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer (STMIK) Denpasar bergabung, dan munculah nama  Universitas PGRI Mahadewa Indonesia yang ditandai dengan adanya  Surat Keputusan (SK) Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 613/M/2020.

Penyerahan stasus tersebut dilaksanakan di kantor LLDIKTI Wilayah VIII, Bali, Nusa Tenggara di Jalan Terengguli I, Tembau, Denpasar Timur oleh Kepala LLDikti Wilayah VIII, Bali, Nusa Tenggara Prof. Dr. I Nengah Dasi Astawa.

Arthanegara juga menambahkan Universitas PGRI Mahadewa Indonesia nantinya akan berusaha terus meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) para dosen dan sarana-prasana penunjang seperti lab, alat olahraga serta lainnya agar lulusannya semakin meningkat kualitasnya.

Kemudian khusus untuk Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan (FPOK) selalu mendapat kesempatan untuk dimasukkan dalam daftar atlet baik di KONI Bali maupun di KONI Kabupaten/Kota di Bali.

“Karena IKIP PGRI Bali sendiri tidak semata-mata mencetak calon guru saja, namun juga atlet berprestasi," tambahnya. (DN - Bdi)

No comments:

Post a Comment

Redaksi DEWATA NEWS menerima komentar terkait artikel yang ditayangkan di DEWATA NEWS . Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Pembaca berhak melaporkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA. Redaksi DEWATA NEWS akan menilai laporan dan berhak memberi peringatan dan menutup akses terhadap pemberi komentar.

Terimakasih
www.dewatanews.com