Pemprov Bali Komit Kembangkan Pariwisata Berlandaskan Tri Hita Karana - Dewata News

Breaking News

Gold Ads (1170 x 350)

8/7/20

Pemprov Bali Komit Kembangkan Pariwisata Berlandaskan Tri Hita Karana


Denpasar, dewatanews.com - Pariwisata berkelanjutan sebenarnya tidak hanya meliputi upaya pelestarian sumber daya lingkungan, tetapi lebih luas dari itu. Masyarakat Bali dengan Filosofi Tri Hita Karana atau tiga hubungan harmonis antara manusia dengan Tuhan, sesama manusia, dan lingkungan, sebenarnya telah memahami bahwa keseimbangan alam harus tetap dijaga. 

 

Untuk itu Pemerintah Provinsi Bali pun berkomitmen untuk mendukung pembangunan Bali dengan tetap menjaga alam Bali beserta isinya melalui visi ‘Nangun Sat Kerthi Loka Bali’. Intinya, pariwisata berkelanjutan merupakan visi bersama semua pihak baik pemerintah, masyarakat, dan pengusaha.


Demikian disampaikan oleh Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati (Cok Ace) saat menjadi salah satu pembicara dalam acara webminar yang diselenggarakan oleh DESMA center bertajuk “High Tourism Low Emission” pada Jumat (7/8).


Dalam sambutannya, Wagub Cok Ace yang juga merupakan ketua PHRI Bali setuju jika Pariwisata Berkelanjutan harus dapat memberikan pengalaman berkualitas bagi pengunjung, sekaligus meningkatkan kualitas masyarakat setempat dan melindungi kualitas lingkungan. Jika hal ini diterapkan, maka pariwisata Bali akan dapat terus dinikmati oleh masyarakat dalam jangka panjang.
 

Dalam seminar yang menghadirkan Asisten Deputi Pengembangan Infrastruktur dan Ekosistem Pariwisata Kementerian Pariwisata Indra Ni Tua, Ir. Dasrul Chaniago, M.Sc Direktur Pengendalian Pencemaran Udara, Kementrian LHK, I Nyoman Sudiarta, SE, Ketua Persatuan Angkutan Wisata Bali (PAWIBA), Wiwik Mahdayani, S.ST.Par, DESS, Founder & Direktur DESMA Center, serta dimoderatori oleh Taufik Imansyah Anchor Redaksi Trans 7, Wagub Cok Ace menjabarkan beberapa peraturan gubernur dan peraturan daerah di Bali yang berkaitan dengan komitmen pemerintah untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan. 

 

“Saya ingin menyoroti Pergub No. 45 Tahun 2019 Tentang Bali Energi Bersih. Dalam pergub ini, seluruh bangunan publik dan pariwisata di Bali didorong untuk menggunakan sumber energi baru dan terbarukan (EBT), misalnya berupa energi surya,” jelasnya.
 

 

Ia menambahkan pengusaha pariwisata Bali senantiasa mendukung langkah pemerintah untuk mengembangkan pariwisata Bali ke arah yang lebih baik. Dukungan ini terwujud dari implementasi peraturan pemerintah tentang pemanfaatan teknologi dan bahan bakar ramah lingkungan untuk operasional hotel dan restoran. 

 

“Seperti yang kita lihat, ini adalah beberapa contoh penerapannya di Bali oleh anggota PHRI. Misalnya penerapan solar panel sebagai sumber energi surya, kendaraan listrik untuk operasional hotel, pemanfaatan bahan bakar yang lebih ramah lingkungan seperti Pertalite yang didukung oleh program Pertamina dan pemanfaatan minyak jelantah sebagai bio diesel,” bebernya.
 

 

Ia bahkan menyatakan Pemanfaatan teknologi dan bahan bakar ramah lingkungan sebenarnya sangat diminati oleh para pelaku usaha pariwisata. Hal ini disebabkan karena manfaat yang diperoleh sebenarnya sangat baik bagi bisnis. Sebagai contoh: Pemanfaatan teknologi ramah dan bahan bakar ramah lingkungan bisa menjadi media promosi yang baik kepada para tamu sekaligus mempromosikan brand image hotel yang unggul. 

 

“Kami menyadari bahwa kepedulian terhadap kelestarian lingkungan dan perubahan iklim merupakan hal yang menjadi perhatian semua orang di dunia, terutama generasi muda/milenial. Manfaat lain bagi hotel adalah berupa penghematan biaya operasional, terutama untuk energi. Listrik adalah salah satu komponen yang besar biayanya di hotel. Selain itu, tentu saja dengan menggunakan teknologi ramah lingkungan, kita juga turut melestarikan alam Bali,” tandasnya.

 

Sebelumnya Indra Ni Tua dalam keynote speaker menyampaikan bahwa Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kretaif memang tengah mengembangkan sustainable tourism yang ramah terhadap alam. Ia mengatakan Kemenpar memiliki rencana strategis pembangunan pariwisata nasional, regional, dan global. Yaitu menjadikan pariwisata berkelanjutan sebagai dasar dan arahan.  


“Kemenpar mempunyai program pembangunan pariwisata berkelanjutan dengan memberikan pendamping kepada destinasi wisata. Sehingga pariwisata memberi manfaat ekonomi bagi masyarakat setempat. Pendampingan diharapkan agar kemanfaatan ini bisa terus berlangsung dan dijaga. Itu yang menjadi agenda kita dan juga dunia dalam pengelolaan pariwisata berkonsep ekowisata,” ujar Indra Ni Tua
 

Indra menambahkan, program kerjasama tersebut sejalan dengan program United Nations World Tourism Organization (UNWTO). Dimana saat ini telah ada 18 destinasi pariwisata internasional terdaftar sebagai lokasi STO di UNWTO. 5 diantaranya berada di Indonesia.

"Yakni Sleman bekerjasama dengan Universitas Gadjah Mada, Pangandaran bekerjasama dengan ITB, Sanur bekerjasama dengan Universitas Udayana, Sesaot bekerjasama dengan Universitas Mataram, dan Pangururan Samosir bekerjasama dengan Universitas Sumatera Utara," terang Indra.
 

Begitu juga dengan pembicara lainnya yang sependapat bahwa pariwisata tidak boleh memberikan dampak negatif kepada alam. Memang dari data statistic, saat ini pariwisata salah satu penyumbang terbesar efek gas rumah kaca di dunia. Karena penggunaan kendaraan serta pesawat terbang yang bahan bakarnya tidak ramah lingkungan. Ke depan Bali diharapkan bisa mengembangkan teknologi ramah lingkungan untuk kendaraan bermotor serta fasilitas pariwisata.

No comments:

Post a Comment

Redaksi DEWATA NEWS menerima komentar terkait artikel yang ditayangkan di DEWATA NEWS . Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Pembaca berhak melaporkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA. Redaksi DEWATA NEWS akan menilai laporan dan berhak memberi peringatan dan menutup akses terhadap pemberi komentar.

Terimakasih
www.dewatanews.com