Buleleng,
Dewata News. Com —
Memasuki Desa Sidetapa, Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng
terdapat suasana hutan yang sejuk dan
dengan menawarkan suasana
alam yang terkesan liar
namun memberi rasa
teduh dan damai. Memasuki
daerah pemukiman, dihadapkan oleh penduduk
yang ramah dan
bersahaja dan mudah untuk
diajak berkomunikasi.
Dari beberapakali Dewatanews.com berkunjung ke Desa
Sidatapa, dalam pemukiman masih
terdapat rumah-rumah adat
penduduk khas Bali
Aga yang disebut Bale
Gajah Tumpeng Salu,
yang tersebar di beberpa
tempat disekitar
pemukiman. Rumah adat ini
terbuat dari tanah
liat dan membelakangi jalan
tidak seperti rumah
pada biasanya yang menghadap ke jalan.
Di dalam rumah adat terdapat
3 sekat ruang.
Sekat ruang yang pertama disebut Nista Ning Mandala dipergunakan masyarakat
sebagai menerima tamu, ruang kedua disebut Madya Ning Mandala,
tempat untuk masyarakat memasak,
menyiapkan upacara dan menyimpan
alat-alat upacara keagamaan. Sedangkan Utama
Ning Mandala adalah
sebagai tempat persembahyangan. Secara
keseluruhan mempunyai makna, seperti ini rumah yang memiliki 3 ruangan yang
menyimpan ilmu pengetahuan.
Rumah kuno ini sudah dibangun ratusan tahun
lalu dan bertahan kokoh sampai sekarang, hingga memasuki “zaman now”. Bangunannya sangat unik. tembok tanah, atap
seng dan di masa depan akan di kembangkan menjadi museum Sidatapa.
Rumah ini menjadi pusat kunjungan para
wisatawan manca negara tidaklah mengherankan, karena bangunan ini sangat unik, tetapi dalam
berkunjung ke rumah kuno ini tidak sembarangan bisa masuk, karena keberadaannya
di sakralkan. Sehingga pengambailan foto hanya diperkenankan di dua ruangan
(ruang madya dan nista mandala) sementara di ruang utama mandala sangat di
sakralkan.
Beberapa minggu terakhir rumah tradisional
ini menjadi perhatian khusus dari pihak Kadis Pariwisata Kabupaten Buleleng
Nyoman Sutrisna yang terjun langsung beserta rombongan berkunjung ke rumah tua
ini.
Desa sidatapa terletak di ketinggian 450 meter
di atas permukaan air laut, bercuaca sedang dan jika berkendaraan dari Lovina
sekirar 20 menit.
Menengok Masa Lalu Sidatapa
Desa
Sidatapa dulunya bernama desa Gunung Sarim,
karena sesuatu dan lain hal ada perubahan nama menjadi Sidatapa, yang
artinya Sida=Mampu dan Tapa=Meditasi. (Mampu melakukan meditasi). Sejalan dengan perjalanan waktu, maka nama
Sidatapa diwujudkan dalam patung seorang tua yg bertapa di sebuah goa yang
mampu mencapai tujuannya, dan inilah yang menjadi icon desa, patung bertapa.
Dalam perkembangan wisata desa nantinya
patung ini akan di buat menjadi souvenir
terinspirasi dari patung budha yang sampai sekarang bisa menghidupi orang
banyak, karena duplikatnya di jual di obyek obek wisata.
Program rintisan Komunitas Buleleng Harmoni,
seperti yang diungkapkan Wayan Ariawan, memperkenalkan Bali Aga ke luar negeri
dengan konsep pariwisata yangg berbasiskan alam dan budaya. Dalam tiga tahun pergerakan
komunitas yang dikendalikan penuh oleh Wayan Ariawan, di samping Perbekel Desa
Sidatapa Putu Budiasa dan Perbekel Desa Cempaga Putu Suarjaya, ternyata sudahsdh
ada beberapa obyek yang sudah siap dikunjungi.
”Program ini adalah program independen yg
di bangun oleh masyarakat lokal untuk mewujudkan perubahan di Bali Aga. Sementara
ini tidak ada korupsi di komunitas, karena disini tidak ada dana, yang ada
hanya idealisme dan semangat,” kata Wayan Ariawan.
Untuk
saat ini Desa
Sidatapa masih perlu dikembangkan sebagai Desa Wisata yang berbudaya
dan berbasiskan lingkungan demi keberlangsungan wisata di Desa Sidatapa. Masyarakat
Desa sampai saat
ini masih belum menarik uang
retribusi bagi wisatawan
yang berkunjung, karena pengembangan Desa Wisata ini masih dalam
tahap promosi dan
peningkatan potensi atraksi wisata, seperti yang diungkapkan oleh Koordinator Komunitas Buleleng Harmoni,
Wayan Ariawan.
Di
Desa Sidatapa akan
dibuat guest house
yang menyerupai rumah adat,
membentuk sanggar tari untuk
pementasan tari-tarian, membuat
program cooking class masakan
khas daerah Buleleng untuk wisatawan
agar wisatawan lebih merasakan suasana dan
kehidupan masyarakat di
Desa Sidatapa.
Selain
Budaya dan Seni
yang diperkenalkan kepada
masyarakat, Komunitas Buleleng Harmoni akan terus dan terus melepas burung
dan membiarkan burung-burung terbang
bebas di kawasan
hutan dan kawasan pemukiman,
membuat jalur trekking
disepanjang kawasan hutan,
membuat program daur ulang
sampah dan program
menanam kembali tanaman dan
pohon agar lingkungan
tetap lestari dan terjaga.
Program–program tersebut juga akan melibatkan wisatawan
agak mereka juga
bisa menghargai lingkungan
dan alam. Komunitas Buleleng Harmoni juga akan
memberikan kursus bahasa
Inggris kepada masyarakat Desa Sidetapa, dan memberikan penyuluhan
tentang guiding dan sadar wisata. Made
Tirthayasa.—
No comments:
Post a Comment
Redaksi DEWATA NEWS menerima komentar terkait artikel yang ditayangkan di DEWATA NEWS . Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Pembaca berhak melaporkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA. Redaksi DEWATA NEWS akan menilai laporan dan berhak memberi peringatan dan menutup akses terhadap pemberi komentar.
Terimakasih
www.dewatanews.com