NGONCANG, Musik Tradisional Bali yang Unik - Dewata News

Breaking News

Gold Ads (1170 x 350)

11/5/17

NGONCANG, Musik Tradisional Bali yang Unik


Belum lama ini Anda bisa mendengar musik unik di Bali, yakni Ngoncang tapi sekarang hampir tidak ditemukan dan dikhawatirkan akan tidak ada lagi. Namun, khusus di Kabupaten Buleleng tradisi Ngoncang akan tetap bisa dinikmati, karena senantiasa dipergunakan ketika dilaksanakan upacara Pitra Yadnya ~ Ngaben saat pelaksanaan Mebersih layon atau jenazah maupun dalam bentuk batangan cendana sebagai pengganti Layon.
 
Seperti halnya, ketika dilaksanakan acara Mebersih Ni Nyoman Murdi (64) serangkaian kegiatan Upacara Pitra Yadnya ~ Ngaben, Minggu (05/11) sore. Sementara puncak acara Ngaben diselenggarakan pada hari Selasa (07/11) di Setra Adat Banjar Pakraman Banjar Tegal.
 
Ngoncang memiliki sejarah panjang yang dimulai saat terjadi penggelapan nasi oleh orang-orang yang menumbuk padi di palung kayu, yang disebut "Ketungan" (dalam bahasa Bali). Hal ini dilakukan untuk memisahkan sekam padi dan kemudian filter bambu digunakan untuk menghaluskannya, siap untuk memasak atau dijual.
 
Kegiatan menumbuk padi di Ketungan ini umumnya dilakukan oleh perempuan dan dalam proses menumbuk padi, mereka membuatnya menyenangkan untuk menghilangkan rasa lelah dan bosan. Mereka memicu semangat mereka dalam menumbuk padi, tidak hanya dengan pasang surut yang berulang, tapi juga menyentuh dinding ketungan untuk membuat suara yang berbeda dan berbeda. Pemukul kayu disebut ”elu” juga digunakan untuk membantu menghancurkan beras dan menambahkan suara unik. Ini menjadi tradisi dan bentuk musik dan tarian yang disebut Ngoncang.
 
Seperti orang Bali dengan bangga mengatakan "orang Bali adalah seorang seniman sejak lahir dan seorang petani dengan profesi" dan melalui sisi artistik ini, sebuah rumah dibuat menjadi tarian tradisional dan bentuk musik.
 
Hal ini biasanya dilakukan oleh kelompok wanita yang berdiri berhadapan, setengah di dalam ketungan dan setengah di samping ketungan, selalu tampil dengan ceria dan gembira.
Meski penampilan unik ini hampir tidak terlihat lagi, tetap ada karena perannya sebagai ritual Hindu selama upacara "ngaben" atau kremasi. Pertunjukan Ngoncang merupakan bagian istimewa dari upacara pembuatan kremasi yang benar-benar lengkap.
 

Ngoncang biasanya dilakukan jika ada gerhana bulan. Mitosnya adalah bahwa di surga ada air ajaib, ’’obat mujarab kehidupan’’ yang setiap orang minum akan hidup selamanya. Namun ada seorang ogre yang melindungi ”obat mujarab kehidupan” dan menginginkannya untuk dirinya sendiri. Waktu yang tepat untuk sampai ke ”obat mujarab kehidupan” datang pada saat bulan purnama. Jadi si ogre mencuri obat mujarab itu dan meminumnya, tapi disaksikan oleh bulan yang memberi tahu Tuhan di surga mencegah si ogre meminumnya, dengan menembakkan ogre dengan panah yang memotong leher si ogre dan memenggalnya. Jadi kepala si ogre kemudian hidup selamanya tapi tubuhnya mati.
 
Sering kali si ogre menemukan bulan untuk balas dendam dan menghabiskan bulan di mulutnya untuk membentuk gerhana atau ”bulan kepangan”. Bulan yang seharusnya menerangi bumi pada malam hari lenyap dari pandangan dan tidak lagi bisa bersinar di bumi. Ini adalah saat kita melakukan Ngoncang untuk membuat keributan dan membujuk si ogre untuk melepaskan bulan.    Made Tirthayasa.—

No comments:

Post a Comment

Redaksi DEWATA NEWS menerima komentar terkait artikel yang ditayangkan di DEWATA NEWS . Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Pembaca berhak melaporkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA. Redaksi DEWATA NEWS akan menilai laporan dan berhak memberi peringatan dan menutup akses terhadap pemberi komentar.

Terimakasih
www.dewatanews.com