Buleleng, Dewata News. Com — Keinginan Pemerintah Kabupaten Buleleng melalui Dinas Sosial guna memberikan yang terbaik kepada semeton Karangasem di posko pengungsian, bukan hanya sebatas mengarahkan pada lokasi pengungsian yang nyaman dan aman sebagai tempat berteduh.
Bahkan, untuk menghindari kesan monoton, Dinas Sosial Kabupaten Buleleng berencana untuk memberdayakan para semeton Karangasem yang berada di posko pengungsian,seperti diakui Kadis Sosial Kabupaten Buleleng, Gede Komang.
“Memang itu sudah menjadi pemikiran pemerintah, malah ada pemikiran dari anggota dewan, terutama bapak ketua tempo hari sempat berbicara, bagaimana berdayakan mereka, apakah mereka dijadikan pembantu rumah tangga, atau mereka punya keterampilan, perusahaan-perusahaan mana yang mau menampung. Sekarang tergantung para pengungsi, mau gak mereka diberdayakan”, kata Gede Komang di Singaraja, Rabu (11/10).
Hal senada juga diungkapkan Perbekel Desa Tembok, Kecamatan Tejakula, Dewa Komang Yudi. Pihaknya berkomitmen memberdayakan semeton Karangasem yang berada di wilayahnya, sehingga tidak ada kesan pengungsi dimanjakan ataupun dimasakkan.
Kendati memang, pada umumnya pengungsi di Desa Tembok terbiasa masak sendiri, dilengkapi pemberian kelengkapan alat-alat masak yang memadai. Uniknya lagi, semeton Karangasem yang mengungsi di Desa Tembok dalam setiap hari diberdayakan sekitar 40 hingga 50 orang wajib piket dilengkapi dengan tanda pengenal.
Sesuai kesepakatan, beragam pekerjaan yang diambil alih semeton pengungsi di Desa Tembok seperti pekerjaan administrasi, penerimaan logistik, pengambilan pakaian, distribusi logistik. Dengan kata lain, penempatan mereka bukan sebagai pengungsi, namun bagian dari warganya. Pihaknya juga menyambut baik rencana Dinas Sosial Kabupaten Buleleng yang ingin menjembatani semeton Karangasem dengan mempekerjakan mereka.
Ibu Ketut Selamet dari Desa Kubu Juntal Karang Anyar, Karangasem menyatakan, sangat bersyukur dan berterima kasih kepada Perbekel Desa Tembok yang telah memperhatikan dan memberdayakan mereka di posko pengungsian dengan kegiatan kerajinan tangan ngemote, membuat tamas dan serobong. Dengan aktivitas tersebut mampu mengusir rasa jenuh dan bosan selama berada di posko pengungsian.
Ketut Selamet yang kesehariannya sebelum mengungsi bekerja sebagai buruh bangunan berharap, ada pihak mempekerjakannya sesuai keahlian sebelum berada di pos pengungsian di Desa Tembok.Bahkan, ia bersyukur ditengah-tengah hidup dalam pos pengungsian, kedua putranya yang menjadi tumpuan harapan masa depan, kini bersekolah di SMA dan SD di Desa Tembok. Sedangkan suaminya terpaksa bolak balik dari pos pengungsian ke desa asalnya, Kubu Juntal, untuk memberikan makan ternak peliharaannya, seperti sapi, kambing dan babi. (DN~ TiR).—
No comments:
Post a Comment
Redaksi DEWATA NEWS menerima komentar terkait artikel yang ditayangkan di DEWATA NEWS . Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Pembaca berhak melaporkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA. Redaksi DEWATA NEWS akan menilai laporan dan berhak memberi peringatan dan menutup akses terhadap pemberi komentar.
Terimakasih
www.dewatanews.com