Denpasar, Dewata News. Com - Pemerintah Provinsi Bali telah melakukan berbagai upaya untuk mewujudkan kemandirian pangan dan energi. Komitmen tersebut diungkapkan Kadis Ketahanan Pangan Provinsi Bali Drh. I Wayan Mardiana,MM serta Kabid ESDM Dinas Tenaga Kerja dan ESDM Provinsi Bali Putu Agus Budiana dalam orasinya pada Podium Bali Bebas Bicara Apa Saja (PB3AS), Minggu (27/8).
Kadis Ketahanan Pangan menerangkan, untuk mewujudkan ketahanan pangan Bali, telah dilaksanakan sejumlah program antara lain mengembangkan kawasan mandiri pangan di sejumlah desa antara lain Subagan, Tumbu dan Tegallinggah. Selain itu, pihaknya juga membentuk 22 kelompok pangan lestari. Lebih dari itu, Pemprov Bali juga mengintensifkan pembinaan bagi Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) dan memberi ruang bagi mereka untuk memasarkan produk.
"Setiap hari Jumat, kita buka toko tani di Kantor Dinas Ketahanan Pangan. Gapoktan binaan kita berikan subsidi," ujarnya. Pada bagian lain, Mardiana juga mendorong masyarakat untuk mengoptimalkan pemanfaatan bahan pangan lokal.
Sementara terkait upaya mewujudkan kemandirian energi, Kabid ESDM Agus Budiana menerangkan bahwa hingga saat ini 85 energi yang digunakan adalah Bahan Bakan Minyak yang bersumber dari fosil. Menurutnya, energi yang bersumber dari fosil memiliki sejumlah kelemahan dan efek negatif. "Sumber energi ini bersifat tak terbarukan dan penyumbang polusi terbesar," tandasnya.
Menyikapi hal itu, pemerintah saat ini mengedepankan kebijakan untuk memanfaatkan sumber energi baru dan terbarukan. Menindaklanjuti kebijakan tersebut, Pemprov Bali telah mengembangkan desa mandiri energi dengan pemanfaatan energi surya (solar cell). "Salah satunya kita kembangkan di Desa Ban yang banyak masyarakatnya belum terlayani PLN. Saat ini pengerjaannya hampir rampung dan kita targetkan mampu menghasilkan listrik 10 KW, cukup untuk 20 rumah," terangnya.
Masih terkait dengan pengembangan energi baru dan terbarukan, di Kantor Gubernur juga telah terpasang solar cell yang mampu menghasilkan energi listrik sebesar 60 KW. Bahkan, keberadaan solar cell di Kantor Gubernur ini berhasil menghemat biaya listrik hingga Rp. 30 juta tiap bulannya. "Ini kan penghematan yang sangat signifikan. Kami berharap masyarakat juga bijak memanfaatkan energi,” ajaknya.
PB3AS minggu ini juga diwarnai orasi tentang filosofi bendera merah putih oleh Wayan Wisnaya alias Jero Penjor. Ia mengajak seluruh masyarakat utamanya kalangan generasi muda untuk menghormati dan memaknai semangat yang terkandung dalam filosofi merah putih. “Kalau bukan kita, siapa lagi yang menghormati,” ujarnya. Agung Ariawan dari Pemogan yang tampil berikutnya menyampaikan harapan agar masyarakat Bali tak tebang pilih dalam menolak atau mendukung sebuah kebijakan. “Kalau rencana Reklamasi Teluk Benoa ditolak, kenapa tak ada yang bersuara terkait reklamasi yang dilakukan untuk pengembangan Pelabuhan Benoa atau rencana pembangunan pelabuhan baru di Buleleng yang juga rencananya akan memanfaatkan lahan reklamasi. Konsisten dong,” sindirnya.
Pelaksanaan PB3AS minggu ini makin semarak dengan penampilan SMK Teknologi Denpasar. Para siswa menyuguhkan sejumlah atraksi menghibur antara lain paduan suara, musikalisasi puisi dan joged bumbung. Salah seorang siswanya yaitu Ni Wayan Putri Ayu juga tampil berorasi dengan tema ‘Globalisasi Bukan Cahaya Kehancuran”. Dalam orasinya, Ia menjelaskan banyak sekali dampak positif era globalisasi. Satu diantaranya adalah berkembangnya teknologi di bidang informasi memudahkan komunikasi.
No comments:
Post a Comment
Redaksi DEWATA NEWS menerima komentar terkait artikel yang ditayangkan di DEWATA NEWS . Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Pembaca berhak melaporkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA. Redaksi DEWATA NEWS akan menilai laporan dan berhak memberi peringatan dan menutup akses terhadap pemberi komentar.
Terimakasih
www.dewatanews.com