Gede Artawan : DSB Gelar Pesta Puisi di Alam Bebas Biar Lebih Membumi - Dewata News

Breaking News

Gold Ads (1170 x 350)

3/27/17

Gede Artawan : DSB Gelar Pesta Puisi di Alam Bebas Biar Lebih Membumi


Buleleng, Dewata News. Com — Selaku Koordinator Dermaga Seni Buleleng (DSB), Dr.Gede Artawan,M.Pd menyatakan, bahwa pesta puisi dan teater yang digelar selama ini di alam bebas – panggung terbuka biar lebih melata,dan membumi.
 
”Kami, DSB punya konsep kenapa gelaran sastra modern yang dikemas dalam Pesta Puisi dan Teater tidak dilaksanakan di gedung maupun ruang ber-ac, misalnya, bahwa dengan digelar di alam bebas biar lebih melata, membumi. Karena itu, sejak tahun 1996 DSB memilih tempat di luar gedung,” katanya di Singaraja, Senen (27/03).
 
Pernyataan Dosen Jurusan Bahasa Indonesia Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) Undiksha itu disampaikan menanggapi adanya usulan jika pentas sastra yang dikoordinir DSB diadakan di Puri Sasana Budaya agar peserta terseleksi.
 
Menurut Gede Artawan, ide yang bagus, tapi DSB punya konsep, sastra biar lebih melata, membumi. Seperti di tahun 1996 DSB gelar pesta puisi di Pelataran Monumen Yuda Mandala Sakti, eks Pelabuhan Buleleng yang saat itu Bupati Buleleng Ketut Wirata Sindu.
 
Bahkan, saat itu pak Wirata Sindhu yang mantan Kakanwil Deppen Provinsi Bali action baca puisi sambil buka baju. Dan pada  tahun 1996 itu juga, DSB rame-rame pentas puisi di rumah jabatan  bupati Wirata Sindu bersama maestro Umbu Landu Paranggi.
 
Sedangkan di tahun 1998 seusai peristiwa amuk massa yang membakar sejumlah perkantoran, termasuk kantor bupati, DSB gelar acara bertajuk PARAS PAROS di sela-sela puing-puing gedung lobi Atiti Wisma kantor bupati.
 
Ditengah puing-puing korban amuk massa waktu itu, Putu Satriya Koesuma dengan Kampung Seni Banyuning menampilkan pragmen Musyawarah Burung-Burung. Terinspirasi peristiwa amuk massa tahun 1998 itu, Made Tirthayasa yang sejak tahun 1970-an dikenal dengan panggilan Cantiryas Boy mengurai kata puisi ”Kekerasan Terhidang di Atas Meja”.
 
DSB, lanjut Gede Artawan, keberadaannya muncul di Gumi Den Bukit sebagai cetusan spontan bersama-sama seniman serba bisa, Gde Dharna dan Made Tirthayasa yang senantiasa menggawangi di setiap event sastra yang digelar.
 
”Lebih unik lagi  tahun 2000 menggelar kegiatan sastra di Taman Makam Pahlawan Curasthana, mengenang Bung Karno. Dan secara periodik saat kepemimpinan Bupati Buleleng Putu Bagiada setiap menyongsong HUT Kota Singaraja sebanyak empat kali berturut-turut menggelar lomba penulisan puisi memperebutkan Tropy ”Singa Ambara Raja Award” berhadiah uang dan antologi puisi sederhana.
 
Sekretaris Pasca Sarjana jurusan Bahasa Indonesia, Gede Artawan yang juga Sekretaris Yayasan Sekolah Lab Undiksha juga mengenang setiap peringatan AA Panji Tisna di Puri Gede Singaraja gelar acara sastra, termasuk di sekretariat di jalan Pulau Samosir.
 
Begitu juga setiap menyambut HUT Proklamasi Kemerdekaan, DSB gelar acara sastra. Dan di tahun 2015 di Pelabuhan Buleleng menghadirkan penyair Dewa Putu Sahadewa / Rsia Dedari dkk.
 
Sementara pada peringatan HUT ke-412 Kota Singaraja tahun 2016 lalu, DSB menggelar Pesta Puisi dan Teater di panggung terbuka Kumarasthana ~ Sanggar Pramuka Kwarcab Buleleng di Jalan Pramuka. Kumarastana Singaraja. Gelaran Pesta Puisi dan Teater di panggung Kumarasthana ini mendapat “selentingan” miris dianggap tandingan pasar hiburan rakyat HUT Kota Singaraja. Tapi sejatinya, ditambahkan Made Tirthayasa, semata-mata mewarnai perayaan HUT Kota Singaraja yang dibangun oleh Anglurah Panji Sakti.
 
”Karena kami menyadari, geliat sastra modern di Singaraja merupakan cikal bakal Bali dengan dobrakan AA Panji Tisna, sang pencetus kawasan wisata Lovina maupun pelopor pendidikan dengan berdirinya Perguruan Bhaktiyasa, serta lahirnya novel-novel yang diciptakan beliau. AA Panji Tisna merupakan seniman sastra modern peretama dari Bali yang mendobrak kancah nasional,” imbuhnya.
Koordinator DSB, Gede Artawan menekankan, semua kegiatan sastra DSB didukung donasi patungan dan donasi pemda, perseorangan yang peduli pada denyut sastra di Buleleng. ”Keberadaan DSB sebagai milik masyarakat pecinta seni sastra modern di Kabupaten Buleleng, khususnya dan ke depan agar terus menggelinding mi untuk terus menggelinding, karena kerja belum selesai,belum apa-apa.,” kata Gede Artawan. (DN ~ TiR).

No comments:

Post a Comment

Redaksi DEWATA NEWS menerima komentar terkait artikel yang ditayangkan di DEWATA NEWS . Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Pembaca berhak melaporkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA. Redaksi DEWATA NEWS akan menilai laporan dan berhak memberi peringatan dan menutup akses terhadap pemberi komentar.

Terimakasih
www.dewatanews.com