
SEJAUH ini kasus korban meninggal akibat rabies di Bali menjadi 12
orang. "Jika itu terbukti rabies, berarti total korban meninggal akibat
rabies di Bali selama tahun 2015 menjadi 12 orang. Kami sudah dapat laporannya,
dan kini masih menunggu konfirmasi tim yang sedang melakukan investigasi, dan
tampaknya memang mengarah ke rabies," ujar Kepala Dinas Kesehatan Provinsi
Bali, dr. I Ketut Suarjaya.
Menurut Suarjaya, dari total korban ini, Kabupaten Buleleng masih
menjadi daerah dengan angka kasus kematian tertinggi dengan total 5 orang
meninggal, dilanjutkan Kabupaten Bangli dengan 2 orang meninggal. Badung 1
orang, Tabanan 1 orang, Gianyar 1 orang, Karangsem 1 orang, dan Klungkung 1
orang. "Hingga saat ini secara keseluruhan kasus gigitan hewan penular
rabies di Bali relatif tinggi, yaitu 17.624 kasus dan stok VAR saat ini hanya
6.751 vial," tambah Suarjaya.
Sementara itu, Gubernur Bali, Made Mangku Pastika menilai langkah paling
efektif dalam mengantisipasi merebaknya kasus rabies adalah tindakan eliminasi,
dengan tetap mengindahkan norma-norma yang berlaku.
”Rabies harus ditanggulangi, karena nyawa
manusia lebih berharga daripada nyawa anjing. Semua sayang binatang yang juga
merupakan mahluk ciptaan Tuhan, tetapi apa boleh buat jika keadaan sudah
seperti ini kita harus lebih mengutamakan nyawa manusia,” ujarnya.
Korban meninggal akibat Rabies, atau gigitan
anjing gila di Buleleng tercatat lima orang, setelah, Kadek Dwi Antari (32)
warga Dusun Kanginan, Desa Sawan, Kecamatan Sawan, Buleleng, meninggal pada
Minggu (20/9), setelah menjalani perawatan intensif selama 3 hari, di Rumah
Sakit Umum Daerah (RSUD) Kabupaten Buleleng.
Sebelum meninggal, memang diketahui korban sempat digigit anjing pada
Bulan Juli lalu, saat berusaha menolong anaknya Kadek Budi dari kejaran anjing.
Namun sayang, Antari malah digigit anjing tersebut, pada bagian kaki kanannya.
Sedangkan anaknya, hanya terkena goresan kuku anjing.
Setelah kejadian itu, korban tidak pernah memeriksakan kondisinya ke
Puskesmas ataupun RSUD Buleleng. Setelah, 2 bulan berlalu, kemudian korban
merasakan tidak enak badan, dan memeriksakan kondisinya ke Puskesmas terdekat,
dan langsung dirujuk ke RSUD Buleleng.
Di RSUD Buleleng, korban dilakukan Observasi, dan diduga tertular
penyakit Rabies, karena terlihat gejala yang sangat identik dengan penderita
Rabies. Upaya pengobatan dilakukan dengan mencari Vaksin Anti Rabies (VAR) ke
RSUD Buleleng, namun tidak ada dan disarankan ke Puskesmas. Di Puskesmas
Tejakula I, VAR juga tidak tersedia, sehingga korban dirawat seadanya tanpa VAR.
Tiga hari dirawat, akhirnya korban meninggal dunia. Antari, yang
meninggal terkena penyakit Rabies ini, langsung dimakamkan pada Senin (21/9)
pukul 12.30 wita, di setra Desa Sawan.
Menurut penuturan suami korban, Ketut Suwandi (40), istrinya digigit
anjing yang tidak diketahui pemiliknya, sekitar 2 bulan lalu, saat Upacara
Umanis Galungan. Bahkan menurutnya, awalnya istrinya menyelamatkan anaknya yang
berusaha digigit anjing, namun malah istrinya yang digigit anjing.
“Kejadiannya ada 2 bulan lalu, pas ada pameran, pulang dari sana di
depan SD 2 Sawan, istri saya digigit anjing. Saya sempat kejar anjing itu, tapi
anjing itu sudah tidak ada. Awalnya, anak saya yang mau digigit, tapi istri
yang mencoba mengusir anjing itu, malah menggigit kaki kanan istri saya,” ujar
Suwandi, Senin (21/9) ditemui di Setra Desa Sawan.
“Setelah kejadian itu, tidak ada tanda apa-apa, kemudian 3 hari sebelum
meninggal ini, istri saya sakit, terus saya bawa ke Puskesmas, dan diberikan
Pil. Kemudian saya bawa ke RSUD, katanya VAR kosong, dan saya menunggu, sampai
istri saya meninggal. Kondisi istri saya saat itu, takut embusan angin dan
takut melihat cahaya matahari, juga teriak-teriak,” imbuhnya.
Dengan meninggalnya Antari akibat Penyakit Rabies, menunjukan dalam
tahun ini di Buleleng sudah tercatat ada 4 orang yang meninggal dunia, setelah
digigit anjing yang membawa virus rabies. Untuk itu, upaya penanganan
permasalahan rabies terus digencarkan oelh Dinas Kesehatan Buleleng, dengan
memberikan VAR.
“Upaya penganan sudah kami intensifkan, penyediaan VAR saat ini sudah
mencukupi, karena dalam pemeberian VAR itu tidak mudah, kami harus Observasi
dulu kemudian cek hasilnya, dan melihat kondisi anjing yang menggigit itu.
Tidak sembarangan bisa diberikan VAR kepada manusia, kalau tidak terjangkit
Rabies, lalu kami berikan, kesehatan manusia itu nantinya yang berbahaya. Yang
jelas upaya Antisipasi, akan terus kami lakukan,” kata Kepala Dinkes Buleleng,
dr. I Gusti Nyoman Mahapramana, didampingi Sekretaris Dinas kesehatan, Nyoman
Suasa Giri.
“Kalau terkena gigitan anjing, cara paling mudah penanggulangan awal
itu, bersihkan dengan air yang mengalir dan gunakan sabun, kemudian berikan
betadin, setidaknya dapat mengurangi penyebaran Virus Rabies itu, setelah itu
periksakan ke Medis,” imbuh Mahapramana.
Sementara itu, Dinas Pertanian dan Perternakan Buleleng, usai menerima
laporan terjadinya, kasus Rabies hingga menyebabkan meninggal dunia, langsung
turun ke lokasi Desa Sawan melakukan Vaksinasi Anjing. Distanak Buleleng yang
turun, bersama Tim dari Provinsi Bali menyisir perumahan warga yang memiliki
anjing, untuk diberikan Vaksin.
Kabid. Kesehatan Hewan Distanak Buleleng, Drh. Wayan Susila mengatakan,
kegiatan ini merupakan kegiatan rutin, untuk memberikan Vaksin terhadap
keberadaan Anjing, yang berpotensi menyebarkan virus Rabies. Meskipun begitu,
dirinya menampik, kegiatan pemberian Vaksin anjing di Desa Sawan, merupakan
tindaklanjut dari kasus meninggalnya Antari akibat Penyakir Rabies.
“Ini memang kegiatan rutin
memberikan Vaksin, ini memang sudah dari sebelumnya kami programkan,” jelasnya,
di Desa Sawan.
Kendati begitu kejadian meninggalnya Antari akibat gigitan anjing ini,
akan menjadi bahan evaluasi Distanak Buleleng kedepannya, lebih mengintensifkan
pemberian Vaksin terhadap anjing-anjing, dan termasuk melakukan eliminasi
Anjing yang diduga terjangkit Rabies.
“Ini kami gencarkan pemberian Vaksin terhadap Anjing, dan kami akan
bekerjasama dengan pihak Desa, untuk mendata anjing-anjing yang diduga terkena
virus Rabies, agar kami bisa melakukan eliminasi, untuk mencegah maraknya
penyakit Rabies,” pungkasnya. (Tirthayasa).—
No comments:
Post a Comment
Redaksi DEWATA NEWS menerima komentar terkait artikel yang ditayangkan di DEWATA NEWS . Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Pembaca berhak melaporkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA. Redaksi DEWATA NEWS akan menilai laporan dan berhak memberi peringatan dan menutup akses terhadap pemberi komentar.
Terimakasih
www.dewatanews.com