Gianyar, Dewata News. Com - Pasemetonan diharapkan semakin membuka diri dan menyatu dengan umat Hindu secara menyeluruh, serta semakin peka terhadap kondisi sosial umat dan masyarakat. Karena menurutnya filosofi menyama braya harus diimplementasikan dalam program pasemetonan misalnya dengan membantu keluarga pasemetonan yang kurang mampu, tidak sebatas hanya dalam hal upacara yadnya, tetapi dalam kehidupan sosial-ekonomi secara keseluruhan. Demikian disampaikan Gubernur Bali Made Mangku Pastika dalam sambutannya saat menghadiri Maha Semaya warga Pande Provinsi Bali dalam rangka Pesamuhan Agung V dan Paruman Sulinggih III di Museum Neka Jl. Raya Sanggingan, Campuhan, Ubud, Gianyar, Minggu (21/6).
“Anggota pasemetonan harus saling dukung dan saling bantu, kalau tidak begitu bukan pasemetonan namanya itu” tegas Pastika
Gubernur juga mengingatkan agar warga pasemetonan tidak terlena dengan kehebatan dan kesuksesan leluhur namun harus memikirkan adalah masa depan.
“Kita memahami hidup dengan menengok masa lalu bukan memandang, jika kita menjalani hidup terus memandang kebelakang kita bisa nabrak dan celaka, apa yang sudah diraih oleh leluhur harus dijadikan pijakan sehingga kita bisa meraih lebih dari apa yang leluhur raih itulah pratisentana yang mengagungkan leluhur,” jelas Pastika.
Warga Pande yang dikenal sebagai keturunan tukang/pengrajin diharapkan Gubernur menjadi benteng masuknya teknologi dalam menghadapi Masyarakan Ekonomi Asean (MEA), dengan cara didukung pendidikannya. Karena menurut Pastika , Bali yang hanya memiliki sumber daya manusia karena tidak memiliki sumber daya alam, hanya bisa bersaing jika bisa memperbaiki dan meningkatkan kualitas diri orang-orangnya.
Kepada para Sulinggih yang menghadiri Paruman, Gubernur mengajak agar tetap memberikan pencerahan dan tuntunan demi mendukung tatanan kehidupan sosial yang tertib dan tentram. Paruman yang dilaksanakan juga diharapkan mampu memilih pengurus dan merumuskan program dan langkah-langkah pembinaan pesemetonan ke depan, memecahkan berbagai masalah pasemetonan dan keumatan secara internal, serta umat Hindu dan masyarakat Bali secara umum.
Hal senada disampaikan perwakilan PHDI Provinsi Bali, Sire Empu Dharma Sunu Saba Pandita mengharapkan agar para Sulinggih di Pasemetonan agar bersatu dan bersinergi dalam Paruman sehingga mencapai satu keputusan.
“Marilah kita bersatu dalam perbedaan, dimana pun daerah kita berada tetapi leluhur kita tetap satu”jelasnya.
Ketua Panitia Penyelenggara, I Wayan Sutena, menyatakan acara tidak hanya diikuti oleh perwakilan warga pande dari daerah-daerah di Bali saja tetapi juga diikuti oleh warga Pande dari Provinsi lain diantaranya Sulawesi, Lampung dan Lombok.
Acara juga diisi launching buku yang dikarang oleh Prof. Doktor I Made Bakta berjudul “Meniti Kehidupan : Berguru dari Pengalaman dan Riwayat Leluhur Pande di Bali” dan buku “Pemahaman Keris Bali” yang dikarang oleh Jero Jejeneng Mpu Keris Pande Suteja Neka. (DN - HuM)
No comments:
Post a Comment
Redaksi DEWATA NEWS menerima komentar terkait artikel yang ditayangkan di DEWATA NEWS . Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Pembaca berhak melaporkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA. Redaksi DEWATA NEWS akan menilai laporan dan berhak memberi peringatan dan menutup akses terhadap pemberi komentar.
Terimakasih
www.dewatanews.com