Buleleng, Dewata News.Com – Makna Hari Raya kuningan (Tumpek Kuningan) yang jatuh setiap enam bulan sekali dan kali ini, Sabtu – 27 Desember 2014.
Ida Pandita Mpu Daksa Yaska Acharya Manuaba
mengatakan, Kuningan berasal dari kata ke-uningan (uning = tahu) atau
kepradnyanan. ”Pada hari Raya Kuningan kita nunas kepradnyanan kepada Ida Sang
Hyang Widhi melalui manifestasinya Wisnu, Sangkara, Mahadewa,” kata Mpu Daksa
Charya Manuaba yang kelahiran Banjar Tegal Singaraja ini.
Yang
dimaksud dengan kepradnyanan, menurut Mpu Daksa Charya Manuaba, adalah
kesaktian. Orang yang sakti adalah orang yang mampu menggunakan ilmu
(pengetahuan dan ketrampilan) yang dimilikinya agar dapat digunakan untuk
bekerja memperbaiki kualitas hidup.
Karena itu, pada hari raya Kuningan, lakukan
persembahyangan atau meditasi pagi hari (sebelum jam 12 siang) kontak dg Beliau
untuk menyerap energi kepradnyanan.
Mpu Daksa Charya Manuaba mengisyaratkan umat
agar jangan coba-coba melakukan rekayasa memperdaya orang, jangan memanipulasi
untuk kepentingan diri sendiri, jangan rakus, jangan serakah, jangan mabuk
(mabuk kepinteran, mabuk kekuasaan), jangan pernah menghina guru, orang tua dan
penglingsir. Karena, semuanya itu akan menjadi racun bagi hidupnya,
kesengsaraan akan menanti dalam waktu dekat maupun dalam jangka panjang.
(DN~TiR).—

No comments:
Post a Comment
Redaksi DEWATA NEWS menerima komentar terkait artikel yang ditayangkan di DEWATA NEWS . Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Pembaca berhak melaporkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA. Redaksi DEWATA NEWS akan menilai laporan dan berhak memberi peringatan dan menutup akses terhadap pemberi komentar.
Terimakasih
www.dewatanews.com