Bandara Buleleng akan Membahayakan Kemurnian Bali Utara - Dewata News

Breaking News

Gold Ads (1170 x 350)

10/17/14

Bandara Buleleng akan Membahayakan Kemurnian Bali Utara



Buleleng, Dewata News.Com Proyek Bandara Internasional dapat merusak keuntungan alam dan budaya yang dimiliki oleh Bali Utara.

     Dua tokoh masyarakat dari Buleleng, yang mantan Menteri Pariwisata I Gede Ardika dan Ahli Lingkungan, I Made Gde Metra, sepakat bahwa Bali tidak membutuhkan bandara internasional kedua jika pulau itu serius mewujudkan "pariwisata yang berkualitas" secara benar.

    "Buleleng masih memiliki alam sekitarnya, sementara budaya dan kehidupan sosial masih dalam bentuk yang paling murni. Ini harus dilestarikan untuk 50 tahun ke depan, " kata Ardika, Jumat

    Ardika mengatakan, bahwa Buleleng  bukanlahmembutuhkan bandara, tapi transportasi yang lebih baik dan infrastruktur jalan yang akan datang dari pengembangan pelabuhan kapal pesiar di Celukan Bawang di Gerokgak.

    "Pembangunan bandara akan memiliki kesan negatif berdampak pada situasi lingkungan, sosial dan budaya masyarakat Buleleng," tegasnya.

    Dia menggarisbawahi: "Buleleng harus dilestarikan karena potensi alam dan budaya yang berfungsi sebagai keuntungan utama dari selatan Bali."

    "Kami telah menyaksikan sendiri bagaimana Bali Selatan menghadapi perkembangan yang tidak terkendali sekarang. Jika Buleleng dapat mengontrol perkembangannya, kita akan menjadi daerah yang lebih maju daripada di selatan, "katanya.

    Ardika juga khawatir, bahwa krisis air yang luas di pulau Bali adalah hasil dari perkembangan yang tidak terkontrol.

    "Jika bandara hadir di Buleleng, semua tanah di sekitar bandara akan digunakan untuk pengembangan properti. Buleleng akan berakhir sebagai hutan beton belaka, "kata Gede Ardika, mengungkapkan perlawanan terhadap rencana pembangunan bandara.
                                                                   Gede Ardika
    Ardika mengatakan konsep Tri Hita Karana harus digunakan untuk mengembangkan potensi wisata di Buleleng, dengan menjaga desa-desa tua dan mengeksplorasi seni dan budaya warisan daerah.

    "Pertanian dengan subak [sistem irigasi] tradisional Bali harus dilestarikan, sementara wisatawan tidak perlu tinggal di hotel, sebaliknya mereka bisa tinggal di rumah penduduk desa," saran Ardika.

    Ardika mencontohkan pelaksanaan pariwisata ideal adalah keterlibatan masyarakat, seperti saat ini sekitar Pantai Pemuteran. Dia percaya, bahwa masyarakat Pemuteran telah menerapkan konsep terbaik pelestarian lingkungan dan pelestarian spiritual dalam praktek pariwisata mereka.

    Sementara pakar lingkungan dari Universitas Panji Sakti di Singaraja, Made Gde Metra, mengatakan pemerintah provinsi Bali sekarang dihadapkan dua pilihan sulit dalam rencana pengembangannya, apakah akan menerapkan pariwisata kualitas atau kuantitas pariwisata.

    "Sebuah bandara kedua diperlukan jika Bali masih mengharapkan untuk meningkatkan jumlah pengunjung. Namun studi teknis pada keselamatan penumpang, biaya sosial dari pembangunan, serta apakah rencana ini sejalan dengan konsep Tri Hita Karana harus dilakukan pertama, katanya. (*).—

No comments:

Post a Comment

Redaksi DEWATA NEWS menerima komentar terkait artikel yang ditayangkan di DEWATA NEWS . Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Pembaca berhak melaporkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA. Redaksi DEWATA NEWS akan menilai laporan dan berhak memberi peringatan dan menutup akses terhadap pemberi komentar.

Terimakasih
www.dewatanews.com