Sempadan pantai yang dicaplok untuk bangunan dibeberapa titik kawasan wisata Lovina
Denpasar.
Dewata News.Com — Pemerintah Kabupaten Buleleng melalui leading
sector Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) untuk ketiga kalinya secara
rutin setiap tahun menggelar Festival Lovina yang dipusatkan di pantai Bina
Ria, Desa Kalibukbuk, Lovina.
Seperti halnya gelaran Lovina Festival & Sail Indonesia 2014 yang digulirkan,
sejak hari Kamis (25/09) sekitar pukul 18.00 Wita petang setelah dibuka resmi
oleh Bupati Buleleng Putu Agus Suradnyana. Acara serimonial yang molor satu jam
dari undangan itu diawali denganparade budaya dari desa penyangga kawasan
wisata Lovina, seperti Pemaron, Tukadmungga, Anturan, Kalibukbuk, Kaliasem dan
Desa Temukus.
Selain itu, kegiatan pembukaan yang glamor dengan kesenian Ngoncang,
Gegitaan, Grembengan dalam rangka menyambut tamu undangan. Dibalik itu,para
pengusaha hotel dan restoran yang berdampingan dengan pusat gelaran Lovina
Festival mengaku tidak dapat undangan. Padahal, PHRI Cabang Buleleng terlibat
langsung dalam kegiatan Lovina Festival dan Sail Indonesia 2014, seperti diakui
pekerja sekaligus pemilik hotel dan restoran tidak jauh dari Patung Lumba-Lumba
sebagai maskot Lovina yang tak bersedia namanya ditulis.
Sebelumnya sekitar pukul 08.00 Wita sudah memajang berbagai jenis pameran
Handycraft, dilanjutkan dengan kegiatan PHRI dengan ”Food and Exhibition”,
serta lomba fotografi.
Dibalik glamornya Lovina Festival yang digelar selama tiga hari, hingga
Sabtu (27/09), Dewata News menelusuri bagaimana liarnya Lovina, seperti pengkaplingan
sempadan jalan yang menuju Zurich Bar&Karaoke yang kini sudah ditutup
karena bermasalah ”kebisingan”, dan jalan di sebelah utara restoran Kakatua
yang sebelumnya lebar 4 meter menjadi 1,5 meter.
Jalan dipersempit dari 4 meter jadi 1,5 meter dan pajangan jemuran di sentra Lovina
Dampaknya, mobil yang keluar masuk di sepenjang jalan yang dihuni
beberapa hotel dan restoran tidak bisa papasan. Termasuk pula, dipersempitnya
sungai yang membagi Desa Kalibukbuk-Kaliasem yang diurug oleh pemilik bangunan
restoran, mengakibatkan setiap musim hujan, jalan menuju pantai Bina Ria banjir,
bagaikan sungai
Begitu pula garis sempadan pantai dibeberapa titik kawasan wisata
Lovina, dengan mengurug tidak ada masyarakat
maupun LSM peduli lingkungan yang menggubris dan meributkan. Memanmg beda
dengan ribut-ributnya reklamasi di teluk Benoa, Badung.
Bahkan, kata salah seorang pekerja sekaligus pengusaha hotel dan
restoran itu, liarnya Lovina itu sudah dilaporkan kepada dinas/instansi
berwenang di Pemkab Buleleng, tapi sepertinya tetap cuek dan ”buta bongol”,
dengan memilih promosi ke London, dan serba festival. ”Semua itu akan sia-sia
dalam upaya meningkatkan kunjungan wisatawan ke Buleleng, kalau liarnya Lovina
itu tidak ditertibkan. Singapura tidak punya apa-apa tapi hukumnya ditegakkan,
aman, bersih, tertata, dikemas dengan baik, sehingga kunjungan wisatawan
mengalahkan Bali,” ungkap pengusaha hotel yang maral melintang di dunia
pariwisata.
.Who cares? Atau Siapa Peduli. (DN~TiR).—
No comments:
Post a Comment
Redaksi DEWATA NEWS menerima komentar terkait artikel yang ditayangkan di DEWATA NEWS . Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Pembaca berhak melaporkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA. Redaksi DEWATA NEWS akan menilai laporan dan berhak memberi peringatan dan menutup akses terhadap pemberi komentar.
Terimakasih
www.dewatanews.com