Dewata News - Tabanan
Kalau kita amati, sangat banyak krama Bali yang memiliki bakat serta mental yang tangguh sebagai wirausaha. I Wayan Suwija (54) ini contohnya, meski hanya tamatan SD, ia mampu membuktikan kemandirian dirinya sebagai seorang wirausaha yakni sebagai bengkel elektronik dan berhasil. Ketika beranjak remaja, dulu ia sempat kursus, atau lebih tepatnya magang pada salah seorang bengkel elektronik selama 1 tahun. Dari tahun 1977 s/d 1978.
Bapak 2 orang putri ini kemudian menceritakan pengalamannya. Awalnya ketika telah tamat sekolah (SD), ia pun beranjak remaja. Kegiatan sehari-hari ia isi dengan memelihara itik (bebek). Kemudian oleh ibunya ia dinasehati, kalau kegiatan memeliara itik tidak bisa dilakoni selamanya. “Labih baik memiliki ketrampilan, apapun itu. Karena ketrampilan bisa sebagai bekal seumur hidup. Begitu mungkin maksud dari nasehat ibu saya kala itu,” ceritanya sambil mengingat nasihat ibunya dulu, ketika Wayan masih remaja. Kemudian nasehat ibunya tersebut ia turuti. Atas arahan pamannya, akhirnya Wayan Suwija, mengikuti kursus atau magang di salah seorang bengkel elektronik di Tabanan. “Biaya kursus Rp 50 ribu. Kalau dihargakan dengan gabah, uang segitu sama dengan gabah 1 ton ketika itu,” katanya sambil tersenyum.
Setahun mengikuti kursus, ia pun memberanikan diri membuka bengkel radio di rumahnya di Telaga Tunjung Kaja, Timpag, Tabanan. “Waktu itu tahun 1978. Awal mulai membuka bengkel, orang-orang masih jarang memperbaiki radio. Apalagi TV, saya saja masih ingat, tetangga cuma punya TV hitam putih. Ya bengkel juga masih sepi,” katanya meneruskan ceritanya, ketika ditemui di bengkelnya Selasa (19/11). Ketekunan, kesabaran, dan semangat untuk terus belajar, membawa Wayan Suwija kini mampu memperbaiki, bukan saja radio, tapi juga TV berbagai merek dan tipe, cd / dvd player, kipas angin, senter elektronik, hingga alat-alat elektronik untuk rumah tangga lainnya seperti rice cooker, magiccom dll.
Dengan memegang prinsip ketelitian, telaten, jujur, menjaga kepercayaan, ongkos juga tergolong murah, menjadikan bengkelnya tidak pernah sepi. Bahkan orang-orang rela antre, menunggu giliran barang elektroniknya yang rusak diservice. “Kalau memang tidak bisa saya perbaiki, saya akan jujur bilang tidak bisa. Apanya yang rusak saya bilang terus terang,” kata bapak yang kedua putrinya sudah tamat kuliah ini menceritakan.
Suluhbali saat ngobrol di bengkelnya, memang melihat barang-barang seperti TV, radio, cd/dvd player hingga kipas angin menumpuk memenuhi ruangannya hingga ke belakang. Bukan karena tidak mampu ia perbaiki, tapi konsumennya yang kebanyakan sudah berlangganan, rela antre. Berminggu bahkan kadang-kadang sampai lebih, mereka mempercayakan kepada Wayan untuk memperbaikinya. Kadang kewalahan karena usaha tersebut memang ia jalani seorang diri. Kepercayaan, kejujuran, ongkos yang tidak terlalu mahal merupakan prinsip yang ia pegang selama ini. Hal tersebutlah yang nampaknya membuat para konsumennya merasa puas hingga betah berlangganan. “Meski lama atau antre, tapi saya puas dan yakin,” kata salah seorang pelanggan Wayan. Di usia bengkelnya yang sudah hampir 35 tahun ini, Wayan tetap rendah hati dan tekun dengan usahanya. (Suluh Bali)
Bapak 2 orang putri ini kemudian menceritakan pengalamannya. Awalnya ketika telah tamat sekolah (SD), ia pun beranjak remaja. Kegiatan sehari-hari ia isi dengan memelihara itik (bebek). Kemudian oleh ibunya ia dinasehati, kalau kegiatan memeliara itik tidak bisa dilakoni selamanya. “Labih baik memiliki ketrampilan, apapun itu. Karena ketrampilan bisa sebagai bekal seumur hidup. Begitu mungkin maksud dari nasehat ibu saya kala itu,” ceritanya sambil mengingat nasihat ibunya dulu, ketika Wayan masih remaja. Kemudian nasehat ibunya tersebut ia turuti. Atas arahan pamannya, akhirnya Wayan Suwija, mengikuti kursus atau magang di salah seorang bengkel elektronik di Tabanan. “Biaya kursus Rp 50 ribu. Kalau dihargakan dengan gabah, uang segitu sama dengan gabah 1 ton ketika itu,” katanya sambil tersenyum.
Setahun mengikuti kursus, ia pun memberanikan diri membuka bengkel radio di rumahnya di Telaga Tunjung Kaja, Timpag, Tabanan. “Waktu itu tahun 1978. Awal mulai membuka bengkel, orang-orang masih jarang memperbaiki radio. Apalagi TV, saya saja masih ingat, tetangga cuma punya TV hitam putih. Ya bengkel juga masih sepi,” katanya meneruskan ceritanya, ketika ditemui di bengkelnya Selasa (19/11). Ketekunan, kesabaran, dan semangat untuk terus belajar, membawa Wayan Suwija kini mampu memperbaiki, bukan saja radio, tapi juga TV berbagai merek dan tipe, cd / dvd player, kipas angin, senter elektronik, hingga alat-alat elektronik untuk rumah tangga lainnya seperti rice cooker, magiccom dll.
Dengan memegang prinsip ketelitian, telaten, jujur, menjaga kepercayaan, ongkos juga tergolong murah, menjadikan bengkelnya tidak pernah sepi. Bahkan orang-orang rela antre, menunggu giliran barang elektroniknya yang rusak diservice. “Kalau memang tidak bisa saya perbaiki, saya akan jujur bilang tidak bisa. Apanya yang rusak saya bilang terus terang,” kata bapak yang kedua putrinya sudah tamat kuliah ini menceritakan.
Suluhbali saat ngobrol di bengkelnya, memang melihat barang-barang seperti TV, radio, cd/dvd player hingga kipas angin menumpuk memenuhi ruangannya hingga ke belakang. Bukan karena tidak mampu ia perbaiki, tapi konsumennya yang kebanyakan sudah berlangganan, rela antre. Berminggu bahkan kadang-kadang sampai lebih, mereka mempercayakan kepada Wayan untuk memperbaikinya. Kadang kewalahan karena usaha tersebut memang ia jalani seorang diri. Kepercayaan, kejujuran, ongkos yang tidak terlalu mahal merupakan prinsip yang ia pegang selama ini. Hal tersebutlah yang nampaknya membuat para konsumennya merasa puas hingga betah berlangganan. “Meski lama atau antre, tapi saya puas dan yakin,” kata salah seorang pelanggan Wayan. Di usia bengkelnya yang sudah hampir 35 tahun ini, Wayan tetap rendah hati dan tekun dengan usahanya. (Suluh Bali)
No comments:
Post a Comment
Redaksi DEWATA NEWS menerima komentar terkait artikel yang ditayangkan di DEWATA NEWS . Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Pembaca berhak melaporkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA. Redaksi DEWATA NEWS akan menilai laporan dan berhak memberi peringatan dan menutup akses terhadap pemberi komentar.
Terimakasih
www.dewatanews.com