Denpasar, Dewata News. Com - Momentum Rapat Kerja Evaluasi Program Pembangunan Semester II Tahun 2016 di Gedung Wiswa Sabha
Utama Kantor Gubernur Bali, Rabu (1/3) dimanfaatkan Gubernur Bali Made Mangku Pastika untuk mengingatkan
pimpinan daerah di Kabupaten/Kota se-Bali agar secara serius menunjukkan
komitmennya mengentaskan kemiskinan. Ini menyusul laporan BPKP yang menilai
kinerja Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa (PMD) di Kabupaten/Kota belum
maksimal.
“Saya minta di’greget’kan kepala PMD nya masing-masing,” katanya.
Gubernur Pastika merujuk istilah ‘greget’ yang sedang tren di kalangan anak
muda.
Sebelumnya, ketika
ditanya soal perkembangan dana Desa, Kepala Dinas PMD Provinsi Bali Ketut
Lihadnyana mengatakan baru tiga Kabupaten/Kota, yakni Denpasar, Bangli dan
Klungkung yang melaksanakan Siskeudes, sementara yang lainnya sudah tapi belum
lengkap. Padahal, Siskeudes bermanfaat untuk efektivitas, akuntabilitas dan
transparansi penggunaan Dana Desa. Menurutnya dengan Siskeudes, Kepala Desa
tidak bisa serampangan menggunakan dana Desa. Apalagi penggunaan Siskeudes juga
menjadi amanat UU dan perintah KPK.
Selain soal Siskeudes,
peran Kepala Desa dalam pengentasan kemiskinan juga menjadi sorotan di rapat
kerja. Gubernur menduga masih ada mark up angka kemiskinan di tingkat desa. Hal
ini diperkuat data kemiskinan yang tidak sinkron antara data makro dan mikro. Sementara
Kadis PMD Prov Bali Ketut Lihadnyana menemukan misalnya data-data calon penerima
bedah rumah yang tak tepat sasaran. Begitu juga soal integrasi JKBM ke JKN.
Kepala UPT JKMB Dinas Kesehatan Provinsi Bali IGA Mahadewi mengeluhkan masih lambatnya
update data warga miskin yang
didaftarkan untuk mendapat Kartu Indonesia Sehat (KIS) padahal kuota masih ada.
Hal ini menanggapi pernyataan Gubernur yang mengatakan masih ada laporan warga
yang kesulitan berobat karena kartu JKBM tak bisa dipakai lagi.
Sementara itu terkait dengan berpindahnya kewenangan SMA/SMK dari Pemkab/Kota ke Pemprov Bali, Gubernur Pastika punya agenda utama untuk menyeimbangkan mutu pendidikan di seluruh Bali. “Guru-guru di daerah terpencil itu ada yang dibayar cuma tiga ratus ribu per bulan, bagaimana mau mutunya bagus,” ujarnya.
Oleh
sebab itu ia meminta agar Dinas Pendidikan mengidentifikasi sekolah dengan mutu
terendah. Ia menilai perlu ada insentif untuk sekolah dan guru-guru yang
mengajar di daerah terpencil sehingga mutunya bisa meningkat untuk mengejar
sekolah yang ada di kota.
No comments:
Post a Comment
Redaksi DEWATA NEWS menerima komentar terkait artikel yang ditayangkan di DEWATA NEWS . Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Pembaca berhak melaporkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA. Redaksi DEWATA NEWS akan menilai laporan dan berhak memberi peringatan dan menutup akses terhadap pemberi komentar.
Terimakasih
www.dewatanews.com