Gianyar, dewatanews.com — Desa Peliatan kembali menegaskan diri sebagai salah satu pusat “life art” Bali yang tetap hidup lintas generasi. Melalui ajang Abisatya Sani Nugraha, puluhan seniman Peliatan menerima penghargaan sebagai bentuk apresiasi dan dorongan untuk menjaga keberlanjutan seni tradisi. Penganugerahan berlangsung Minggu (30/11) malam di Wantilan Pura Dalem Gede Peliatan, Ubud.
Program yang digelar untuk kedua kalinya oleh Natya Sani ini tidak hanya menjadi ajang penghormatan bagi para maestro, tetapi juga menjadi tolok ukur dan pakem hidup berkesenian di Peliatan. Perbekel Peliatan, Made Dwi Sutaryantha, mengapresiasi langkah pelestarian yang dilakukan komunitas setempat.
“Pemberian penghargaan ini kami harap menjadi tongkat keberlanjutan berkesenian di Peliatan. Kami sangat berterima kasih dan mengapresiasi upaya pelestarian yang dilakukan Natya Sani Peliatan,” ujarnya.
Kepala Dinas Kebudayaan Gianyar, I Wayan “Yantu” Adi Parbawa, menyampaikan kekagumannya terhadap konsistensi Peliatan dalam merawat seni sebagai bagian hidup masyarakat. Menurutnya, keberadaan Natya Sani memberi penguatan baru bagi ekosistem seni budaya, bahkan memiliki peran strategis seperti Majelis Kebudayaan Bali.
“Sebagai akar kesenian Gianyar, Peliatan memiliki lembaga yang berperan penting dalam pelestarian. Keberadaan lembaga ini akan sangat mempermudah peranan MKB di kecamatan maupun kabupaten. Semoga langkah ini menular ke desa-desa lainnya,” harapnya.
Atas seizin Bupati Gianyar, Kadisbud langsung menginstruksikan jajarannya untuk mendata seluruh penerima penghargaan, terutama yang belum terdaftar sebagai peserta BPJS Ketenagakerjaan kategori seniman. Hal ini sebagai bentuk komitmen pemerintah dalam memberikan perlindungan bagi pelaku seni.
“Pemerintah sangat mendukung langkah pembangunan di bidang seni dan budaya. Para seniman yang belum terdata akan kami tindak lanjuti agar menerima program pemerintah sesuai kategori,” katanya.
Pada penganugerahan kali ini, sejumlah maestro dari berbagai bidang seni menerima penghormatan. Di bidang seni lukis tercatat nama Ida Bagus Made, I Wayan Turun, Ngakan Rai Lanus, I Gusti Made Kwanji, I Nyoman Daging, I Ketut Madra, I Nyoman Darmana, I Wayan Djudjul, dan I Ketut Bawa S.Pd.
Bidang seni patung meliputi Anak Agung Gede Raka, Wayan Neka, Wayan Ayun, I Ketut Pedas, I Wayan Pasti, dan I Nyoman Togog. Untuk sastra, penerima penghargaan antara lain Tjokorda Raka, Ida Bagus Belawa, I Ketut Lagas, I Nyoman Besang, Ida Bagus Made Sara, Tjokorda Anom Wardhana, I Nyoman Warjana, dan Ida Pedanda Gede Made Jelantik.
Di seni tari, penghargaan diberikan kepada Ni Ketut Nyantet, I Wayan Digdig, Desak Ketut Layar, Jero Wiraga, I Wayan Rarem, dan I Made Abur. Sementara itu, untuk seni karawitan penghargaan diberikan kepada I Made Gerindem, I Ketut Nesa, I Ketut Ambek, dan Tjok Alit Hendrawan.
Melalui Abisatya Sani Nugraha, Peliatan kembali mempertegas komitmennya menjaga tradisi sebagai identitas, sembari menyiapkan generasi baru agar “life art” tetap hidup dan berakar kuat di tengah modernitas.

No comments:
Post a Comment
Redaksi DEWATA NEWS menerima komentar terkait artikel yang ditayangkan di DEWATA NEWS . Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Pembaca berhak melaporkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA. Redaksi DEWATA NEWS akan menilai laporan dan berhak memberi peringatan dan menutup akses terhadap pemberi komentar.
Terimakasih
www.dewatanews.com