Ditengah Pamdemi Covid-19, Tenun Tradisional di Banjar Pesalakan Mulai Bangkit - Dewata News

Breaking News

Gold Ads (1170 x 350)

6/27/20

Ditengah Pamdemi Covid-19, Tenun Tradisional di Banjar Pesalakan Mulai Bangkit


Gianyar, dewatanews.com - Aktivitas Menenun di Banjar Pesalakan, Desa Pejeng Kangin, Kecamatan Tampaksiring, Gianyar, yang terhenti lebih dari dua puluh tahun kini bangkit kembali. Uniknya, kembali ditekuninya aktifitas ini justru disaat pandemi Covid-19 sedang merebak diwilayah Gianyar.

Warga berdalih, aktifitas ini dilakukan untuk mengisi waktu luang ditengah pasca berhenti bekerja dari perusahannya. Desak Wulan, salah satu pekerja tenun tradisional khas Banjar Pesalakan, mengaku sebelum Covid sempat bekerja lain namun kini berlalih dan belajar menenun.

"Ia karena ditengah covid tidak ada pekerjaan, dan sekarang belajar menenum", ungkapanya.

Awalnya merasa tak percaya diri, namun setelah hampir dua pekan belajar, tanpa putus asa dan mulai mahami tehnik tenun tradisional.

"Sempat tak percaya diri sih, tapi terus belajar, ya ternyata produk tiange bisa diterima",  bangganya.

Di Banjar ini sejatinya ada beberapa masyarakat melakukan aktivitas menenun. Namun sayangnya kurang terorganisir dan sempat tidak berjalan seperti sebelnya. Kepala Dusun Banjar Pesalakan Pejeng Kangin, Made Astawa, mengakui banyak warganya yang dirumahkan dan justru bisa bangkit lagi dari menenun.

“Karena pandemi ini, banyak masyarakat kami yang dirumahkan. Karena hal tersebut, untuk mengisi waktu luang maka bangkitkan kembali aktivitas menenun ini. Kurang lebih sudah dua bulan dimulai aktivitas ini,” ujarnya.

Dikatakan oleh Made Astawa, aktivitas menenun ini memang cukup sulit, namun dikatakan setidaknya masyarakat dapat belajar agar tradisi atau aktivitas menenun ini tidak punah dimakan waktu.

“Apa salahnya kita belajar, untuk mengisi waktu luang juga. Walaupun sulit, tapi ini sangat penting untuk tetap melestarikannya,” ucapnya.

Untuk pemasaran hasil kerajinan tenun ini menyasar wisatawan yang tinggal di seputaran Desa Pejeng Kangin.

“Untuk pemasarannya kepada wisatawan asing yang ada di sekitaran wilayah kami, kami punya link link ke sana. Hasilnya sungguh luar biasa, mereka sangat menyukai dan mengapresiasi hasil karya tenun masyarakar kami,” katanya.

Sedangkan salah satu penenun termuda di kelompok tersebut, Desak Wulandari mengatakan bahwa dirinya baru dua minggu belajar untuk menenun.

“Awalnya saya tidak memiliki minat untuk menenun, tapi karena untuk mengisi waktu luang ditengah pandemi maka saya coba-coba untuk belajar. Makin kesini, saya semakin suka dan juga belajar banyak motif-motif baru,” tuturnya.

Untuk satu buah hasil kerajinan tenun ini, dubutuhkan waktu tiga sampai lima hari.

“Memang cukup lama untuk prosesnya, karena mulai dari tahapan pertama yakni ngulak namanya, kemudian ngayinan, nusuk, dan ketiga baru nunun. Itu memakan waktu,” ucapnya.

Saat ini, motif yang sering dibuat oleh kelompok penenun di Banjar Pesalakan ini adalah motif rangrang, gegambiran, dan songket.

“Kami juga menyesuaikan dengan motif-motif yang saat ini banyak diminati oleh konsumen. Untuk satu buah hasil kerajinan tangan tenun ini, dihargai mulai dari Rp 150 ribu sampai dengan Rp 500 ribu," imbuhnya.

No comments:

Post a Comment

Redaksi DEWATA NEWS menerima komentar terkait artikel yang ditayangkan di DEWATA NEWS . Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Pembaca berhak melaporkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA. Redaksi DEWATA NEWS akan menilai laporan dan berhak memberi peringatan dan menutup akses terhadap pemberi komentar.

Terimakasih
www.dewatanews.com