Perkembangan Teknologi Bisa Menjadi Ancaman Bagi Kerukunan Umat Beragama - Dewata News

Breaking News

Gold Ads (1170 x 350)

10/14/17

Perkembangan Teknologi Bisa Menjadi Ancaman Bagi Kerukunan Umat Beragama


Badung, Dewata News. Com - Perkembangan teknologi saat ini yang semuanya serba digital selain membawa dampak positif bagi masyarakat, ternyata juga mampu menjadi ancaman serius bagi kerukunan umat beragama di Indonesia khususnya di Bali. Hal tersebut terungkap saat Gubernur Bali Made Mangku Pastika membuka secara resmi sekaligus sebagai keynote speaker dalam acara Musyawarah Antar Umat Beragama yang dilaksanakan oleh Forum Komunikasi Antar Umat Beragama (FKUB) di Goodway Hotel, Nusa Dua, Bali, Sabtu (14/10).

“Bisa kita lihat di media sosial, bayangkan saja kalau ada oknum yang membuat berita hoax tentang SARA kemudian di share di medsos yang bisa diakses setiap orang dimanapun dan kapanpun, hal itu bisa memicu berbagai opini yang bisa saja menyebabkan hancurnya kerukunan beragama, itulah dampak dari perkembangan teknologi tersebut yang wajib kita perhatikan,” tegas Pastika. 

Menurutnya, hal tersebut sengaja dilakukan untuk merusak para generasi muda saat ini, mengingat penggunan terbanyak media sosial tersebut adalah para generasi muda. “Kalau kita yang sudah tua-tua ini mungkin susah untuk terpengaruh tapi anak-anak muda itu, walaupun tidak semua yang terpengaruh tapi pengaruhnya bisa berdampak yang sangat masiv,” sambung Pastika. Oleh karena itu, Pastika sangat mengharapkan agar pemahaman tentang kerukunan beragama di kalangan generasi muda harus benar-benar dikembangkan guna tetap menjaga harmonisnya antar umat beragama di Indoensia khususnya di Bali. 

Lebih lanjut disampaikan Pastika, selain perkembangan teknologi terdapat ancaman lain yang perlu diperhatikan dan di bahas dalam musywarah tersebut yakni, politik identitas dan juga permasalahan ekonomi. Oleh karena itu, penghayatan dan pengamalan Pancasila secara konsisten merupakan salah satu solusi terbaik dalam upaya menjaga kerukunan umat beragama. Selain itu, Pastika juga menekankan kepada para pemangku kepentingan maupun masyarakat agar dalam menyelesaikan permasalahan, harus mengutamakan budaya dialog. Selain itu, masyarakat Bali yang mengenal istilah "menyama braya" atau persaudaraan juga harus dijadikan pedoman dan panduan dalam menyelesaikan permasalahan.

Sementara itu Ketua Panitia Musda FKUB I Gede Nurjaya mengatakan bahwa Musda yang mengambil tema “Merawat Kerukunan Berkelanjutan Untuk Meningkatkan Kualitas Kehidupan Beragama, Bermasyarakat dan Bernegara”, akan digelar selama dua hari yakni 14 dan 15 Oktober 2017, yang diikuti oleh 70 orang peserta dari FKUB Provinsi dan Kabupaten/Kota se-Bali ditambah perwakilan pemerintah provinsi dan kabupaten/Kota. Musyawarah itu, lanjut dia, bertujuan membahas apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan yang berkaitan dengan kehidupan keagamaan. Dengan saling memahami antar umat beragama dalam masyarakat yang heterogen, maka perbedaan yang ada itu akan dapat dijadikan sebagai pendukung dalam membina semangat kebersamaan.

Kegiatan tersebut dibuka secara resmi oleh Gubernur Pastika yang ditandai dengan pemukulan gong sebanyak 5 kali yang merupakan simbol dari Pancasila.

No comments:

Post a Comment

Redaksi DEWATA NEWS menerima komentar terkait artikel yang ditayangkan di DEWATA NEWS . Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Pembaca berhak melaporkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA. Redaksi DEWATA NEWS akan menilai laporan dan berhak memberi peringatan dan menutup akses terhadap pemberi komentar.

Terimakasih
www.dewatanews.com