Kerisnya Panji Sakti Pejenengan di Pura Pemayun ? - Dewata News

Breaking News

Gold Ads (1170 x 350)

5/10/17

Kerisnya Panji Sakti Pejenengan di Pura Pemayun ?


Buda Kliwon Pahang, Piodalan di Pura Pemayun Banjar Asatan
 
PURA PEMAYUN yang terletak di tengah-tengah Banjar Asatan tempo doeloe yang kini sebagai Banjar Adat Pakraman Banjar Tegal, Buleleng, setiap hari Buda Kliwon Pahang, / Pegat Uwakan merupakan upacara piodalan, seperti upacara yang berlangsung pada hari Rabu (10/05). Kendati asal-usul Pura Pemayun di wilayah Kelurahan Banjar Tegal itu tidak dikenal orang dan tak dapat diselidiki dari nama-nama dewa yang dipuja disana, tampaknya memiliki hubungan seni historis dan seni legendaris dengan raja Buleleng. Pahlawan itu adalah Anglurah Ki Gusti Panji Sakti.
 
Pusaka yang menjadi atribut terpenting dalam Pura Pemayun itu adalah, sebuah keris yang konon berasal dari tokoh legendaris itu. Lebih jauh C.J.Grader yang menulis Poera Pemajoen van Bandjar Tegal itu mengungkapkan, bahwa untuk meletakkan benda-benda keramat pada dasar dan tempat-tempat lain di pura itu pada waktu pura mengalami perbaikan, maka diperlukan seorang keturunan Panji Sakti melakukan perbuatan simbolis ini.
 
Tempat pemujaan atau altar yang terutama, diorientasikan ke arah timur dan adalah tempat pemujaan (pelinggih) Dewa Ayu Ngurah Panji. Suatu fakta yang menghubungkan pura ini dengan Desa Panji. Namun, sumber-sumber yang didapatkan sangat sedikit yang dapat menjelaskan hubungan antara Pura Pemayun dan Panji Sakti. Kerisnya Panji Sakti yang sekarang ini menjadi benda keramat (Pejenengan) di Pura Pemayun.
 
Pada upacara piodalan, Rabu (10/05) merupakan Piodalan Alit dan prosesnya dimulai dari “mendak nyawang” di pelataran Tugu Singa dipimpin juru sapuh Pura Pemayun, yakni Mangku Komang Arta Merta yang nota bena putra Jro Mangku Made Sedana almarhum yang sudah ”kejumput” ketika masih kecil.
 

Ssebagai juru sapuh penerus sang kakek dan bapaknya, Mangku Komang Arta Merta,sejak enam bulan lalu sudah terbiasa nganteb banten dari warga krama pemedek yang umumnya warga krama adat pakraman Banjar Tegal. Diantara warga karma adat Pakraman Banjar Tegal, juga tampak melakukan sembah sujud bakti mantan Wakapolda Bali Brigjen Pol (Purn) I Nyoman Suryasta didampingi istri dan keluarga.
                                                                         
Melalui upacara Piodalan di Pura Pemayun, khususnya warga krama adat Pakraman Banjar Tegal Buleleng melakukan dhirgayurastu ke hadapan Ida Sanghyang Widhi, semoga seluruh isi jagat semesta ini hidup damai, tenteram dan bahagia.
 
Menurut Van der Tuuk, ada keunikan di Pura Pemayun ini, bahwa Ratu Demang dan Ratu Demung, belum pernah disebut-sebut dimana-mana dalam pura-pura di Bali. Altar-altar tempat pemujaan di Pura Pemayun ’’dibintangi’’ dalam ukuran dan keistimewaannya oleh ruangan kopel (gedong) bata untuk pelinggih Dewa Ayu Ngurah Panji.
 
Yang sangat mencolok, adalah bentuk padmasana yang terletak di bawah atap, di atas dasar yang meninggi. Atap diatas padmasana adalah suatu  hal yang luar biasa di Bali. Karena tempat itu diasosiasikan dengan Dewata Tertinggi, biasanya Surya dan Siwa. Di Pura Pemayun, tempat itu adalah untuk Dewa Sakti Bayu.
 
Dewa inilah, katanya yang tertua di pura Pemayun, karena bertahta di atas padmasana, sampai-sampai para pedanda pun mau memujanya.  Bahkan konon, ketika Panji Sakti masih nyeneng agung sebagai Raja Buleleng juga hormat. Made Tirthayasa.

No comments:

Post a Comment

Redaksi DEWATA NEWS menerima komentar terkait artikel yang ditayangkan di DEWATA NEWS . Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Pembaca berhak melaporkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA. Redaksi DEWATA NEWS akan menilai laporan dan berhak memberi peringatan dan menutup akses terhadap pemberi komentar.

Terimakasih
www.dewatanews.com