Gede Indria: Keputusan KPU Tetapkan Paslon SURYA Cacat Hukum - Dewata News

Breaking News

Gold Ads (1170 x 350)

12/12/16

Gede Indria: Keputusan KPU Tetapkan Paslon SURYA Cacat Hukum


Buleleng, Dewata News. Com - Semua  orang   dan   badan   hukum  bersamaan   kedudukan   dalam  hukum   dan pemerintahan, wajib menjunjung hukum tanpa kecuali, KPU Kabupaten Buleleng sebagai Pejabat Tata Usaha Negara harus taat pada asas-asas hukum.
 
Salah seorang praktisi hukum, Gede Indria, SH, MH menilai, rapat pleno terbuka KPU Kabupaten Buleleng dalam menghasilkan dua Putusan Penetapan Paslon SURYA berdasarkan Putusan PT TUN Surabaya, Perkara Nomor: 5/G.Pilkada/2016/PT.TUN.Sby terburu-buru dan cacat hukum dilihat deari kacamata hukum.
 
Dalam kaitan dengan gugatan tata usaha negara pemilihan, mantan anggota FPDIP DPRD Bali ini menyebut, bahwa Mahkamah Agung telah mengaturnya melalui Peraturan Mahkamah Agung (PERMA) Nomor 11 Tahun 2016 tentang  Tata Cara Penyelesaian Sengketa   Tata   Usaha  Negara   Pemilihan   Dan   Sengketa  Pelanggaran   Administrasi Pemilihan.
 
Salah   satu   yang   diatur   dalam  PERMA  tersebut, menurut Indira,  adalah   soal   tenggang   waktu mengajukan   upaya   hukum   kasasi. Pasal   13   (1)  menyatakan :  Para  pihak   yang keberatan atas putusan pengadilan  sebagaimana dimaksud Pasal 12 ayat (1) dapat mengajukan permohonan kasasi dalam tenggang waktu 5  (lima) hari terhitung sejak diucapkannya putusan atau sejak pengiriman putusan. Pasal 1 angka 16 menyebutkan, bahwa yang dimaksud dengan hari adalah hari kerja.  Dalam ilmu hukum soal hari itu ada 2 (dua) jenis, yaitu hari kalender dan hari kerja.
 
Dengan   berpedoman   pada  ketentuan   di   atas,   terhadap  Putusan   Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara (PT TUN) Surabaya atas gugatan “Surya” yang diucapkanya pada hari Selasa, 6 Desember 2016,   maka tenggang   waktu   untuk  menyatakan kasasi   jikalau dihitung dari putusan diucapkan, paling akhir adalah Selasa, 13 Desember 2016. (hari kerja adalah tgl 6, 7, 8, 9 dan 13 Desember, sedangkan tgl 10 Sabtu, tgl 11 Minggu dan tgl 12 Senin tidak dihitung karena bukan hari kerja). Artinya Putusan PTTUN Surabaya baru mempunyai nilai eksekutorial mulai  tanggal 14 Desember 2016, sejak itu  telah mempunyai  kekuatan  hukum tetap.  Biasanya  pada  halaman  akhir  dari putusan  diisi catatan:   “Putusan ini telah mempunyai kekuatan hukun tetap karena upaya hokum kasasi telah lampau waktu”.
 
Maka segala tindakan hukum yang akan dilakukan oleh KPU Kabupaten Buleleng atas adanya   putusan  PT.TUN  Surabaya  tersebut semestinya  menunggu putusan yang dinyatakan telah mempunyai kekuaan hukum tetap atau telah mempunyai daya eksekusi, meskipun KPU Buleleng tidak akan mengajukan upaya hukum kasasi.
 
”Jika ini dilanggar, maka KPU Buleleng dapat dinilai  “gangsaran tindak kuwangan daye”,  dan bisa saja  Keputusan   yang   diterbitkan  menjadi  “salah   kedaden”  serta  dapat   digugat   dan
dinyatakan tidak sah,” kata Gede Indria.
 
Dilihat   dari   sisi   hukum   (bukan  politis), lanjut Indria,   maka  Keputusan   KPUD   Buleleng  tentang Penetapan   Pasangan   Calon   “Surya”  pada   hari   ini   Senin, 12   Desember  2016 bisa  mengikuti Pilkada Buleleng tahun 2017 adalah keputusan keburu nafsu.
 
Keputusan   KPU Buleelng dimaksud  adalah   cacat   hukum.   Keputusan  KPU   Buleleng   telah   ditetapkan, padahal   Putusan   PT.TUN   Surabaya  belum   mempunyai   daya   eksekusi.    KPUD   Buleleng seharusnya  sabar  menunggu  jangka  waktu   menurut peraturan   perundang-undangan
yang berlaku. ”Ikuti “the law of the game” agar KPU Buleleng tidak melanggar UU dan asas-asas
umum   pemerintahan   yang   baik  (AAUPB),” imbuhnya.
 
Kemenangan   gugatan   “SURYA”   dan kekalahan   KPU  Buleleng  di   PT.TUN  Surabaya, menurut praktisi hokum asal Desa Nagasepeha, Buleleng ini,  adalah   salah   satu   bentuk   dari  ketidakmampuan   memahami  aturan   hukum   atau   regulasi   yang berkenaan   dengan   Pilkada.
 
”Kami   berharap   KPU Kabupaten Buleleng   tidak   kehilangan   tongkat  untuk   kedua   kalinya.   Semoga Pilkada Buleleng 2017 dapat memberi tambahan kecerdasan dalam berdemokrasi di era reformasi ini dan globalisasi di planet bumi ini. Dalam demokrasi klasik disebutkan “dari rakyat,  oleh   rakyat   dan   untuk  rakyat”  kita   Indonesia   menyebutnya Kerakyatan yang   dipimpin   oleh  hikmat   kebijaksaan   dalam  permusyawaratan   dan   perwakilan. Pejabat bukan semata-mata pemimpin tapi pelayan,” tutupnya. (DN ~ TiR).

No comments:

Post a Comment

Redaksi DEWATA NEWS menerima komentar terkait artikel yang ditayangkan di DEWATA NEWS . Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Pembaca berhak melaporkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA. Redaksi DEWATA NEWS akan menilai laporan dan berhak memberi peringatan dan menutup akses terhadap pemberi komentar.

Terimakasih
www.dewatanews.com