Kerisnya Panji Sakti Pejenengan di Pura Pemayun? - Dewata News

Breaking News

Gold Ads (1170 x 350)

10/13/16

Kerisnya Panji Sakti Pejenengan di Pura Pemayun?


Oleh :  Made Tirthayasa

PURA PEMAYUN di Banjar Adat Pakraman Banjar Tegal, Buleleng, Singaraja, setiap hari Rabu Kliwon Pahang, menyelenggarakan Piodalan Agung, seperti upacara yang berlangsung pada hari Rabu (12/10).

Serangkaian upacara Piodalan di Pura Pemayun itu, Wakil Bupati Buleleng Nyoman Sutjidra menyempatkan waktu sibuknya tangkil, pada sore harinya melakukan sembah bakti. Terlebih, Wabup Sutjidra yang belum mendapat rumah jabatan itu, bertempat tinggal diwilayah Lingkungan Tegal Sari, Kelurahan Banjar Tegal.

Atas nama Pemkab Buleleng, Wabup Sutjidra usai sembahyang menyerahkan dana punia sebesar Rp5 juta. Sementara pada malam harinya, Kabag Humas Sekretariat DPRD Kabupaten Buleleng Gede Sugiartana ”diutus”  Ketua Dewan Gede Supriatna juga melakukan hal yang sama dan menyerahkan dana punia sebesar Rp2 juta diterima Prajuru Pura Pemayun Putu Swastika yang mantan Lurah Banjar Tegal.

Kendati asal-usul Pura Pemayun di wilayah Kelurahan Banjar Tegal itu tidak dikenal orang dan tak dapat diselidiki dari nama-nama dewa yang dipuja disana, tampaknya memiliki hubungan seni historis dan seni legendaris dengan raja Buleleng. Pahlawan itu adalah Anglurah Ki Gusti Panji Sakti.

Pusaka yang menjadi atribut terpenting dalam Pura Pemayun itu adalah, sebuah keris yang konon berasal dari tokoh legendaris itu. Lebih jauh C.J.Grader yang menulis Poera Pemajoen van Bandjar Tegal itu mengungkapkan, bahwa untuk meletakkan benda-benda keramat pada dasar dan tempat-tempat lain di pura itu pada waktu pura mengalami perbaikan, maka diperlukan seorang keturunan Panji Sakti melakukan perbuatan simbolis ini. 

Tempat pemujaan atau altar yang terutama, diorientasikan ke arah timur dan adalah tempat pemujaan (pelinggih) Dewa Ayu Ngurah Panji. Suatu fakta yang menghubungkan pura ini dengan Desa Panji. Namun, sumber-sumber yang didapatkan sangat sedikit yang dapat menjelaskan hubungan antara Pura Pemayun dan Panji Sakti. Kerisnya Panji Sakti yang sekarang ini menjadi benda keramat (Pejenengan) di Pura Pemayun.

Keris – Pejenengan Panji Sakti yang dikeramatkan ini dikeluarkan, hanya pada waktu piodalan Pura Pemayun. Bahkan, saat upacara pesucian ke Pura Mumbul di Jalan Melati, selain pralingga, Pejenengan Panji Sakti juga ikut diusung. Dengan adanya keris Panji Sakti itu, maka hubungan Pura Pemayun degan pura-pura di Panji itupun dipertegas dan syah.

C.J. Grader yang menulis monograph ’’De Poera Pemajoen van Banjar Tegal dan dimuat dalam majalah Jawa XIX,1939’’ menulis, Pura Pemayun disungsung dari kasta-kasta triwangsa dan sudra bersama-sama. Pada awalnya, Pura Pemayun merupakan pura panti. Maksudnya, Pura Pemayun telah berkembang dari pura panti, meskipun para anggota banjar tidak meyakini akan hal ini.

Dikisahkan juga tentang asal-usul keris Panji Sakti itu. Bhatara Dalem, yaitu gelar yang umumnya dipakai untuk memuliakan raja Klungkung mempunyai laskar yang terdiri dari empatpuluh prajurit. 

Ketika baginda ingin mempersenjatai dengan keris, disuruhlah seorang membuat senjata. Keris-keris itu diberi nama vasal raja-raja yang bersejarah. Akan tetapi keris yang dibawa oleh Panji Sakti itu disebut I Baru Semang. Ketika ke-empatpuluh buah keris itu selesai dibuat, Bhatara Dalem lalu membagi-bagikannya kepada ke-empatpuluh orang anggota laskar itu. Akan tetapi, setelah semua itu menerima bagiannya, masih ada satu bersisa. 

Ke-empatpuluh itu dikumpulkan kembali dan dihitung, dan semua heran karena keris itu berjumlah tepat empatpuluh buah. Keris itu dibagi-bagikan kembali, dan kembali kelebihan sebuah terjadi. Bagaimanapun caranya membagikan, namun keadaan tetap demikian dan teka-teki ini tidak dapat dipecahkan. Kemudian Bhatara Dalem menyerahkan keris kelebihan itu kepada Panji Sakti yang telah dididik di istana Klungkung yang pada saat itu disebut I Barak, yang berarti si Merah. Dengan keris itu, ia membunuh seseorang yang bergelar Nyakan Gendis didekat Desa Panji.

Demikian inilah, maka hubungan antara Pura Pemayun dan dinasti Klungkung satu dinasti berdarah campuran Jawa-Bali. Tempat yang diduga menjadi tempat tinggal Panji Sakti di desa Panji masih ada. Di daerah Bali Selatan, banyak ceritra yang menyangkut nama Panji Sakti dalam berbagai expedisi yang dipimpinnya, dan ia-pun telah diduga berperang melawan Blambangan. Raja Buleleng dan Jero Anyar di Sukasada, keduanya mengaku keturunan Panji Sakti.

Menurut Van der Tuuk, ada keunikan di Pura Pemayun ini, bahwa Ratu Demang dan Ratu Demung, belum pernah disebut-sebut dimana-mana dalam pura-pura di Bali. Altar-altar tempat pemujaan di Pura Pemayun ’’dibintangi’’ dalam ukuran dan keistimewaannya oleh ruangan kopel (gedong) bata untuk pelinggih Dewa Ayu Ngurah Panji.Yang sangat menyolok, adalah bentuk padmasana yang terletak di bawah atap, di atas dasar yang meninggi.Atap diatas padmasana adalah suatu  hal yang luar biasa di Bali. Karena tempat itu diasosiasikan dengan Dewata Tertinggi, biasanya Surya dan Siwa. Di Pura Pemayun, tempat itu adalah untuk Dewa Sakti Bayu. Dewa inilah, katanya yang tertus di pura Pemayun karena bertahta di atas padmasana, sampai-sampai para pedanda pun mau memujanya.

Pada upacara piodalan, juga ditampilkan ilen-ilen duwe, seperti baris pendet, baris demang-demung. Pura Pemayun disungsung krama pemaksan dan pesaren, namun bangunan pura itu sebagian dipelihara oleh krama banjar, termasuk dinding pemisah ruang dalam dan ruang depan. Sedangkan ruangan dalamnya adalah tanggung jawab krama banjar, yang juga harus memelihara altar (pelinggih) tempat pemujaan Dewa Ayu Ngurah Panji dan tempat sesajen paling barat. Bale pegongan dipelihara bersama tiga organisasi, sedangkan tembok pemisah kedua ruangan, tembok disekitar depan dan semua bale-bale dan altar-altar pemujaan lainnya adanya menjadi tanggung jawab pemaksan dan pesaren. Pada saat upacara piodalan besar serta membutuhkan biaya banyak, krama banjar diperlukan bantuannya, seperti pada piodalan, Rabu – Kliwon Pahang, 12 Oktober 2016.—

No comments:

Post a Comment

Redaksi DEWATA NEWS menerima komentar terkait artikel yang ditayangkan di DEWATA NEWS . Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Pembaca berhak melaporkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA. Redaksi DEWATA NEWS akan menilai laporan dan berhak memberi peringatan dan menutup akses terhadap pemberi komentar.

Terimakasih
www.dewatanews.com