Plataran L’Harmonie Lejitkan Menjangan - Dewata News

Breaking News

Gold Ads (1170 x 350)

5/19/16

Plataran L’Harmonie Lejitkan Menjangan





MENPAR Arief Yahya mulai memikirkan keseimbangan Pulau Bali. Senin, 16 Mei 2016, tokoh Inspiratif BUMN 2016 yang dinobatkan Majalan BUMN Track itu meresmikan Fasilitas Plataran L’Harmonie di Plataran Menjangan Resort and Spa, Kawasan Taman Nasional Bali Barat. 

Bukan hanya memperhatikan Bali Selatan yang semakin crowded, tetapi juga mendorong ecotourism di sisi lain Negeri Dewata yang pamornya makin ngetop di mata dunia itu., setelah menjadi best island 2015 versi Conde Nest itu.

Sekitar 16 bulan lalu, persisnya 30 Januari 2015, saat tiga bulan menjabat, Arief Yahya meletakkan batu pertama di kawasan terlindung itu. Kini resort dengan konsep environment friendly itu sudah berdiri cantik, menyatu dengan hutan tropis dan alam yang masih asli. “Konsep resort ini mengandalkan kekuatan alamiah, back to nature. Prinsipnya, semakin dilestarikan, semakin mensejahterakan,” kata Menpar Arief Yahya.

Wisatawan Tiongkok, seperti dilansir Pos Bali,  mulai awal 2016 ini paling banyak berdatangan ke Bali. Bahkan, selama ini Bali yang didominasi oleh turis Australia, sekarang sudah terheser oleh wisatawan dari Negeri Tirai Banbu itu. Karena pertumbuhan wisman mulai signifi kan, maka Menpar mendorong pemerataan ke semua sisi pulau Bali.

Didampingi Tachrir Fahtoni, Dirjen Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem Kementerian LHK, Yozqua Makes, CEO Plataran, dan David Makes, Direktur PT. Trimbawan Swastama Sejati/TSS, Menpar Arief Yahya memuji kecepatan manajemen group Plataran itu. Mereka menepati janjinya, 2016 sudah siap beroperasi. “Saya mengapresiasi kinerja Plataran! Mereka bekerja cepat, tidak lelet dan bisa menepati janjinya,” aku Arief Yahya.

Lebih lanjut Menpar menyebut, “Hanya visi, misi dan aksi yang bisa mengubah dunia. Visi tanpa Aksi itu fantasi, Aksi tanpa Visi itu sensasi! Alias kepentingan sesaat saja,” kata Marketeer of The Year 2013 versi MarkPlus itu.

Dia sangat yakin pendekatan ecotourism adalah benchmark yang paling bagus untuk Sustainable Tourism Development (STD). Karena itulah yang tengah dikembangkan UN-WTO maupun standart penilaian tour and travel index competitiveness World Economic Forum (WEF). Memang pengembangan ekowisata itu tidak sama dengan mass tourism yang mengejar jumlah wisman. Di ecotourism ini lebih mencari kualitas wisman dengan value yang lebih besar.

“Kemenpar mengembangkan kedua konse itu. Keduanya saling melengkapi, saling mendukung. Kita harus punya destinasi dengan mass tourism, kita juga terus mengembangkan atraksi untuk high end tourism. Plataran di Menjangan Bali Barat ini lebih ke high end, yang punya selera tinggi dan berbasis pada ecotourism,” jelas Arief Yahya.

Target ekowisata, kata lulusan ITB, Surrey University Inggris dan Doktor Strategic Marketing Unpad Bandung itu adlah 10 persen dari total penghasilan pariwisata Indonesia. “Angkanya sekitar USD 2 Milyar, target pada 2019. Fokus pengembangan ekowisata ada di Bali Utara dan Barat. Tidak lagi di selatan, agar terjadi pemerataan dan tidak banyak kesenjangan,” ucap dia.

Dari dulu Arief Yahya berprinsip, tidak boleh merusak alam. Dari dulu sudah memegang teguh prinsip konservasi, karena pariwisata adalah urusan pelestarian. Ada banyak contoh, konservasi yang membawa rezeki jangka panjang. Justru kalau dirusak, dengan cepat akan menjadi malapetaka yang tidak mudah menyelesaikannya.

Karena itu, lanjut Menpar Arief Yahya, konservasi harus memberikan manfaat yang seimbang untuk keberlanjutan lingkungan, sosial budaya, dan nilai ekonomi masyarakat. Konservasi harus memiliki dua makna, ada cultural value juga punya fi nancial value. 

Caranya? “Biarkan industry led, government support. Pisahkan dengan jelas peran pemerintah sebagai regulator dengan para industri dan operator. Wasit tidak boleh merangkap menjadi pemain,” tandasnya yang juga didampingi I Putu Artha, Bupati Jembrana dan Nyoman Sutjidra Wakil Bupati Buleleng.

Konservasi, kata Arief, harus memberikan manfaat yang seimbang untuk keberlanjutan lingkungan, sosial budaya, dan nilai ekonomi masyarakat. Prinsip itu sudah terpatri dalam spirit kerja di Kementerian Pariwisata. “Bukan hanya konservasi di sumber daya alam, tapi juga karya-karya budaya di  negeri ini. (DN ~ PB/ari).

No comments:

Post a Comment

Redaksi DEWATA NEWS menerima komentar terkait artikel yang ditayangkan di DEWATA NEWS . Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Pembaca berhak melaporkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA. Redaksi DEWATA NEWS akan menilai laporan dan berhak memberi peringatan dan menutup akses terhadap pemberi komentar.

Terimakasih
www.dewatanews.com